Search This Blog

Thursday, July 12, 2012

Hailstorm


Judul                : Hailstorm
Penulis              : Fachrul R.U.N
Editor               : Louis Javano
Ilustrator dan Sampul    : V. Weyland
Pencipta Hikayat          : Ami Raditya
Penyusun Hikayat         : Rama Indra dan Azisa Noor
PR                               : Truly Rudiono
Cetakan                       : 1, 2012
Penerbit                        : Gramedia Pustaka Utama



           Selamat sebelumnya saya ucapkan kepada sang penulis karena telah menghasilkan satu seri novel Vandaria yang sejauh ini paling dewasa dan paling menyenangkan untuk dibaca. Bukan bermaksud mengecilkan seri-seri lainnya, tapi semakin ke sini, semakin terasa utuh saja novel-novel seri Vandaria yang diterbitkan Gramedia. Dari segi pembangunan karakter, Hailstorm adalah yang paling apa adanya dan paling manusiawi. Tidak ada tokoh yang hitam sepenuhnya ataupun putih sepenuhnya. Sulit menebak siapa yang sebenarnya jahat dan siapa yang sebenarnya baik, karena memang begitulah kebanyakan manusia di dunia ini, tidak 100% putih tapi juga tidak 100% hitam, ada wilayah abu-abu di antara keduanya, dan Fachrul R.U.N berhasil mengeksplorasi wilayah abu-abu itu serta memadukannya dalam satu lagi kisah petualangan besar yang terjadi di semesta Vandaria.

             Adalah wangsa Hailstorm, sebuah keluarga bangsawan penguasa di kerajaan Black Moon yang bertekad untuk mencari tambahan kekuatan dari alam lain. Setelah berhasil menyandera Orbis, seorang frameless kuat, mereka memaksanya untuk membuka Grand Ark, sebuah gerbang yang dapat menghubungkan antara Vandaria dengan alam para monster, Reigner. Ekspedisi pun dibentuk, lewat ancaman atau bujukan uang, akhirnya terkumpul puluhan orang yang terdiri atas prajurit bayaran, ahli pedang, budak-tawanan, prajurit, anggota kelompok rahasia, serta seorang pejuang wanita yang telah bertekad untuk tidak bertarung lagi—Lavinia. Kelompok ekspedisi menembus Reigner itu ditugaskan untuk menghadap Raja Deimos Amurdad demi mendapatkan kekuatan besar itu. Ekspedisi itu dipimpin sendiri oleh Iridio Hailstorm, putra sulung keluarga Hailstorm yang pemberani. 

              Pintu menuju alam kematian pun dibuka, dan dimulailah perjalanan maut menelusuri alam Reigner yang penuh monster dan deimos, dengan berbagai racun mematikan dan jebakan tak kasat mata. Satu per satu, pejuang itu tumbang. Mereka mendapati bahwa alam itu terlalu beraroma maut untuk dijelajahi. Musuh-musuh terlalu kuat, dan perpecahan demi perpecahan yang terjadi semakin menambah banyak korban tewas. Akhirnya, hanya mereka yang terkuat secara fisik dan mentalah yang akan berhasil keluar hidup-hidup dari Reigner, dengan membawa kekuatan dahsyat yang mungkin belum pernah dijumpai di bumi Vandaria sebelumnya. Namun, sebelum itu, kelompok itu juga harus menghadapi musuh tak kasat mata yang selalu mengintai, berupaya membalas dendam pada Lavinia di masa lalunya. Ekspedisi ini sendiri ibarat hukuman bagi para anggota ekspedisi yang rata-rata memiliki sejarah kelam di masa lalunya. 

              Dari segi cerita saja Hailstorm ini sudah luar biasa “out of the box”, apalagi dari sisi pembangunan karakternya. Salah satu kehebatan dari Hailstorm adalah tema perjalanan yang tidak biasa (yakni perjalanan ke Alam Kematian) dan karakter-karakternya. Penulis begitu piawai menciptakan tokoh-tokoh yang unik sekaligus tak terlupakan dalam Hailstorm, di mana setiap karakter memiliki sisi lain yang kemudian terbukti bisa dieksplorasi dengan baik. Saya paling suka dengan karakter Lavinia. Pejuang wanita ini begitu tangguh dalam bertarung, tapi jiwanya digerogoti oleh masa lalu nan kelam. Ada juga Iridio, satu-satunya anggota keluarga Hailstorm yang waras dan berani melawan monster apapun—tapi sayang ia tidak berani menentang perintah ayahnya saat mengirimkan ekspedisi bunuh diri ke Reigner ini. Di dalamnya, tidak melulu disajikan perang fisik, namun juga gejolak batin dari masing-masing anggota ekspedisi sehingga ceritanya benar-benar utuh. Saya suka sekali saat Iridio berkata: 

              “Dalam medan pertempuran, aku tidak bisa lagi memikirkan soal derajat. Karena mereka berada di bawah naunganku, aku harus memastikan mereka dapat bergerak dengan maksimal.” (hlm 131)

               Membaca Hailstorm, tampak sekali betapa penulisnya telah begitu dewasa karena ia berhasil menyisipkan nilai-nilai kekeluargaan, kesetiakawanan, dan juga tanggung jawab melalui sebuah cerita fantasi petualangan. Dari awal, Hailstorm terlihat gelap karena mengambil setting di Reigner—Alam Kematian—namun sebenarnya novel ini menawarkan kehangatan kemanusiaan: rasa cinta sepasang suami istri, kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, serta pengorbanan antar-sahabat. Lebih utama lagi, Hailstorm seolah menegaskan kembali bahwa keluarga adalah segalanya. Mungkin, satu-satunya kelemahan yang saya temukan adalah kurang detailnya (atau kurang kejamnya) deskripsi alam Reigner itu, juga nasib-nasib tragis sejumlah karakter yang sebetulnya bisa diselamatkan! *eh spoiler!

             Nilai plus lain terletak pada alur ceritanya yang “hanya satu” sehingga pembaca dimudahkan untuk mengikuti alurnya. Alurnya simpel, tapi jelas dan runtut, yang kemudian diperkaya oleh si penulis dengan menggambarkan kondisi psikologis para anggota ekspedisi. Agar tidak membuatnya menjadi membosankan, penulis juga piawai menyelipkan adegan-adegan pertempuran di spot-spot tertentu sehingga pembaca tidak bosan. Satu lagi, typo alias salah ketik juga minim (Thanks Gramedia karena seri ini sudah ada editornya) di samping ilustrasi-ilustrasi di beberapa halamannya sangat membantu pembaca dalam mengimajinasikan cerita. Pun, pertempuran akhirnya, adegan pertarungannya begitu memuaskan! Saya mau nanya sedikit, Reigner itu plesetan dari “neraka” ya? 

              Satu lagi (dari tadi satu lagi satu lagi terus), sebagaimana seri-seri Vandaria lainnya, Hailstorm telah berhasil mengakrabi pembaca yang mungkin sebelumnya belum mengenal Vandaria. Entah bagaimana, siapapun bisa membaca secara acak seri-seri Vandaria, dan kemudian tiba-tiba langsung jatuh cinta dengan semesta rekaan nan unik namun menakjubkan ini. Membacanya, kita akan segera ikut mengkristal dalam alam ini, yang menjadikan benak begitu haus akan petualangan-petualangan selanjutnya. Karena alasan inilah para penulis dan creator dan illustrator dan kartu Vandaria Saga akan terus dinantikan karya-karyanya oleh para penggemar fiksi fantasi di Indonesia. Selamat, sekali lagi.

3 comments:

  1. seri Vandaria ini ada berapa ya mas? mau coba baca tapi ga tau mau mulai beli dr yg mana -.-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada takdir Elir, Kristalisasi, harta Vaeran, Hailstorm, sama Ratu Seribu Tahun. Ayo coba baca satu, recomended Hailstorm sama Ratu Seribu Tahun

      Delete
  2. Mas dion, pertanyaan saya kurang lebih sama dgn org diatas sy, soalnya sy jg bingung urutan bacanya gmn hehe. Sebelumnya sy jg udh cari tau kalo novel vandaria saga ini bukan novel yg bersambung2 alias 1 novel ceritanya kelar.

    Nah yg menjadi perhatian sy adalah katakanlah sy bacanya ngacak ga sesuai urutan tgl rilis, soalnya mas kan juga recommend haelstorm sm ratu seribu tahun kan, apakah sy bakal kelewatan informasi2 ttg lore/dunia dari vandaria saga ini mengingat vandaria saga ini kan bisa dibilang bergenre high fantasy kaya lord of the rings.

    Itu pertanyaan sy mas dion hehe. Sy liat post terakhir blog ini tgl 17 feb 17 berarti kan msh update dan sy jg udh nulis panjang lebar mudah mudahan dijawab hehe. Soalnya sy SANGAT semangat buat baca novel2 vandaria saga ini dan pengen side job jd novelis. Kalo mau lewat email boleh juga, di aditmcfc@gmail.com.

    Sekian terima kasih !

    ReplyDelete