Judul : Chiru’un, Disciples of
Luan (Si gadis dari Suku Selatan)
Penulis : Tasfan
Editor : Ratna Mariastuti
Korektor :
A.S. Sudjatna
Sampul : Moon Eclipse Studio
Cetakan :
Pertama, Mei 2012
Penerbit :
DIVA Press
Sekitar tiga tahun yang lalu,
dunia fiksi Indonesia sempat dihebohkan oleh novel Tanril, sebuah
novel semisilat-fantasi yang ditulis
dengan sangat apik oleh Nafta Shintiel Meika. Tanril begitu memuaskan pembaca yang mengharapkan adanya gebrakan
baru dalam dunia fiksi-fantasi lokal sehingga inilah satu di antara sedikit
fiksi fantasi lokal yang mendapat bintang empat di Goodreads. Kalau saja bukan
karena model lay out-nya yang
memusingkan mata karena setiap dialog dicetak miring semua, tentu banyak yang akan memberi nilai hampir sempurna. Untungnya, penulis tidak berlama-lama
menghilang, ia muncul kembali dengan prekuel dari Tanril, yang mengisahkan apakah Luan
itu (yang menjadi sesuatu yang begitu misterius di Tanril), apakah Dao Di itu,
dan mengapa pergerakan takdir bisa sedemikian cepat di padang-padang rumput
selatan dan Zirconia.
Kisah diawali dengan munculnya
Suku Selatan yang menguasai dunia bagian selatan dengan lima konfederasinya. Salah satunya adalah
Konfederasi Bayu yang memiliki tugas melindungi sebuah suku suci penjaga
rahasia suci alam semesta yang konon telah ada bahkan sebelum Dewa Maha Kuasa
dan Maharaja Dunia Clem muncul. Rahasia itu bernama luan, dan inilah kisah tentang rahasia itu. Adalah Chiru’un,
seorang gadis kecil bandel yang bersama delapan gadis lainnya dari Suku Selatan
telah terpilih sebagai para pewaris luan yang
selanjutnya. Mereka semua dikumpulkan oleh Sang Wanita Suci Penguasa Luan, Anbelle yang bertugas menjaga cahaya pelangi suci, luan itu sendiri.
Manusia hidup mengabdi pada kewajiban
Karenanya hatinya sesungguhnya
Lebih tinggi dari gunung
Lebih dalam dari lautan
Karena jiwanya sesungguhnya murni
Hanya terlihat setelah tempaan dan
beban
Ia bisa mengatasi segalanya dan melepas
segalanya
Itulah inti dari jalan pelangi
Sembilan anak
suci itu kemudian dikumpulkan dan dididik di Balai Bayourunaa, sebuah bangunan biara di tengah padang rumput tempat
Anbelle, sang Tetua Tertinggi Penguasa tinggal. Di tempat inilah Chiru’un dan
delapan gadis lainnya ditempa, baik fisik, pikiran, dan terutama hati mereka
dalam jalan pelangi. Tidak ada asal-usul, atau karakter, atau perbedaan fisik
atau apapun yang dipertahankan disini, mereka semua adalah sama, sesama saudari
yang diikat oleh tali pelangi yang menyatukan mereka. Hari-hari dijalani dengan
berlatih menyulam dan bersemadi, masuk ke alam pelangi itu sendiri. Dari yang
semula hanya menjahit dengan benang biasa, akhirnya sembilan pewaris luan itu bisa mengeluarkan benang-benang
cahaya sewarna pelangi dari jari mereka. Inilah wujud luan yang paling dasar.
Segera saja, mereka
larut dalam kegembiraan. Segera saja, mereka berlomba menghasilkan aneka bentuk
benang-benang cahaya yang mampu menipu
mata dan bisa digunakan untuk melihat cahaya tak kasat mata. Saat itulah
Chiruun mampu memahami potensi besar dalam diri, sebuah luapan energi besar
yang harus disalurkan dan dijalankan dengan semestinya, yakni dengan belajar luan. Dan hari demi hari, tahun demi
tahun, pelajaran dan didikan diberikan oleh Anbelle dengan segenap kesabaran
dan pengetahuan dalam dirinya. Begitu rupa penulis menggambarkan masa delapan
tahun pelajaran mereka, lengkap dengan karakterisasi yang sangat kuat dan
jalinan cerita yang rumit hingga akhirnya datanglah masa-masa menjelang prahara. Kesembilan penerus luan harus
bersiap. Di depan mereka, terbentang masa yang penuh marabahaya yang hanya bisa
diatasi oleh jiwa yang pemberani dan memiliki bekal untuk menggunakan pengetahuan luan. Lalu, bisakah Chiruun dan delapan
kawannya lulus sebagai para penguasa luan? Bagaimana nasib dunia dan suku selatan
selanjutnya? Semuanya bergantung pada penguasaan dan pemahaman mereka akan luan itu.
Chiru’un--dengan
jumlah halaman yang lebih dari 500--kurang menampilkan episode-episode khas
dari sebuah fiksi fantasi (yakni pengantar, pemicu, konflik, dan penyelesaian).
Alurnya mungkin bisa dibilang datar dan agak membosankan karena hampir tidak
ditemukan adegan tentang perang secara fisik. Penulis rupanya lebih menonjolkan
pengembangan karakter serta konsep antropologis dari bangsa Suku Selatan dan
bangsa-bangsa di sekitarnya. Lebih dari itu, penulis bahkan menciptakan
bahasanya sendiri, sebagaimana Tolkien. Lebih hebatnya lagi, walaupun bahasa
itu rekaan, tapi penulis menyusun kosakatanya secara konsisten, tidak asal
comot atau merangkai huruf tak bermakna. Bahasa dalam Chiru’un begitu metodologis,
yang hampir-hampir membuat pembaca percaya bahwa bahasa itu ada. Novel ini juga
secara mendetail membahas tentang aspek-aspek geografis dan terutama ciri-ciri
fisik dan budaya dari bangsa-bangsa yang berdiam di dunia rekaannya. Sungguh,
hampir-hampir novel ini bisa menjadi rujukan antropologis dari dunia fantasi
yang diciptakan oleh sang penulis.
Sebagaimana saya
bilang di atas, alur Chiru’un begitu
lambat dan hampir-hampir datar. Hal ini berbahaya karena dapat membuat pembaca
bosan dan langsung melempar buku ini ke rak. Tapi anehnya, buku ini sama sekali
tidak membosankan. Kepiawaian penulis dalam merangkai kata dan kalimat adalah
sangat luar biasa, hampir-hampir membuai bak seorang tukang cerita yang kehadirannya
sendiri sudah mempesona pembaca. Kita akan diajak ke dunia Luan, belajar tentang diri sendiri dan juga orang lain, serta
karakter-karakter manusia pada umumnya. Aneka nasihat dan nilai kehidupan
disampaikan dengan begitu bagusnya, dengan typo
yang minim dan model penceritaan yang sangat rapi dan menyenangkan.
Banyak orang di dunia ini mengalami penderitaan dan kesusahan. Tapi, di
kelak hari, mereka melihat derita dan kesusahan itu sebagai kenangan
indah.” (hlm 169)
“Apakah kalian memahami rahasia alam semesta ini: bahwa kebahagiaan
sejati tidak ditemukan di masa lalu atau masa depan, melainkan di masa kini.” (hlm
521)
Begitu banyak pelajaran tentang
kehidupan dalam novel ini, saya sendiri sampai terpaku melihat betapa piawainya
penulis bertutur tanpa terkesan menggurui, betapa hal-hal besar itu dapat
disampaikan melalui sebuah cerita fiksi-fantasi tanpa menghilangkan alur cerita
ataupun mengubahnya menjadi sebuah buku motivasi populer. Dan, bagi pembaca
yang telah terlebih dulu terpesona dengan Tanril,
maka Chiru’un akan membuat keterpesonaan itu kian lengkap. Akhirnya,
apakah luan itu? Apakah yang dimaksud
dengan jalan pelangi itu? Bacalah dan Anda akan paham bahwa dalam diri
masing-masing insan selalu ada pelangi yang akan mengusir awan kelap dalam
jiwa.
“Luan adalah sinar pembimbing hidup kami. Jalan jiwa dan jantung hati
kami. Anyaman kasih an harapan kami. Cahaya kami. Sekarang, dan selamanya.” (hlm
516)
Selamat berpetualang dalam luan.
serasa nonton film2 silat jaman dulu yang mereka ditempa di perguruan shaolin gitu ya..keren! baru tau ada fikfan lokal kayak gini =)
ReplyDeleteIya, kayaknya ini penulisnya memang ambil dari sana. Dan hebatnya lagi, tulisan ini begitu utuh dan lengkap, walaupun minus adegan perang atau pertempuran
ReplyDelete“Apakah kalian memahami rahasia alam semesta ini: bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan di masa lalu atau masa depan, melainkan di masa kini.” <-- Sukaaa
ReplyDeleteIyaaa, msh banyak lagi kalimat2 bagus di dalam novel ini.
ReplyDeleteGila, reviewnya aja keren. Apalagi bukunya ya.
ReplyDeletekarena nama chiru'un mnjadi judul novel trsbut, sy kira chiru'un lh yg mnjadi pwaris luan di akhir crita, tp pd knyataan.a di akhir crita bkn chiru'un yg mnjadi pwaris, mlainkan blum ad yg trpilih, nah! yg sy bngungkan, ending model sperti ini mmang d sngaja u/ mnumbuhkan rasa pnasaran pmbaca? atau pnulis mmang sngja tdk mnuntaskan cerita.a yh? mohon u/ d jwb, terimakasih:)
ReplyDeleteHalo Yogi, sepertinya memang disengaja karena Chiruun ini akan menjadi prekuel dari dari novel Tanril 1 dan 2 yang telah terbit lebih dulu di sini https://www.goodreads.com/book/show/5122823-tanril?ac=1
DeleteBuku ini memang prekuel dari buku Tanril 1 dan 2 yang telah lebih dulu terbit, silakan linknya
Deletehttps://www.goodreads.com/book/show/5122823-tanril?ac=1
Ada lanjutan ceritanya g ya? , ceritanya bagus menarik ok baget pokoknya...
ReplyDeleteAda lanjutnya, meskipun bukunya malah sudah lebih dulu terbit kak
DeleteSilakan salin tautan berikut ini di laman baru
https://www.goodreads.com/book/show/5122823-tanril?ac=1.
discount sunglasses
ReplyDeletecheap jordan shoes
toms outlet
nike huarache sale
ugg outlet
nfl jerseys
michael kors outlet
Cheap Jerseys Online
chrome hearts
true religion jeans
tiffany and co
tiffany and co uk
http://www.cheapbasketballshoes.us.com
michael kors handbags
huarache shoes
http://www.chromehearts.us.com
Cheap Jordans For Sale
Cheap NFL Jerseys China
adidas nmd runner
cheap oakley sunglasses
ray ban sunglasses
fitflops