Judul: The Lost Symbol
Pengarang: Dan Brown
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno (Mulus sekali terjemahannya, salut)
Tebal: 784 hlm
Cetakan: 2016
Penerbit : Bentang Pustaka
Hidup di dunia tanpa menyadari makna dunia itu ibarat berkeliaran di perpustakaan besar tanpa menyentuh buku-bukunya.
Lima bintang, puas sekali bacanya. Tidak banyak buku tebal dan berat yang begitu nagih untuk dibaca meski tangan rasanya pegel. Pegelnya jadi tidak begitu terasa, kalah sama rasa ingin tahu yang dipancing pengarang pada tiap akhir bab. Seperti novel-novel Brown yang lain, The Lost Symbol tetap mengeksplorasi tema-tema sejarah konspirasi yang dipadukan dengan alur thriller penuh misteri. Di buku yang seluruhnya berlatar di Washington DC ini, Brown mengekplorasi simbol-simbol organisasi Free Mason (Mason Bebas) yang sudah sejak lama menjadi tema panas untuk hal-hal beraroma konspirasi tingkat dunia. Di novel ini, organisasi rahasia itu ternyata tidak serahasia kedengarannya meskipun mereka juga punya banyak rahasia.
Lost Symbol dimulai dengan Robert Langdon, seorang simbolog
Harvard ternama, yang mendadak dipanggil ke Washington, D.C. oleh mentornya
Peter Solomon. Ia diminta untuk memberikan ceramah tepat di bawah kubah
legendaris yang muncul di sampul buku. Peter sendiri adalah seorang tokoh
Freemason terkemuka. Namun, misteri mulai muncul ketika setibanya di Capitol
Building, Langdon mendapati panggilan itu adalah jebakan. Faktanya, Peter
Solomon tengah diculik oleh seorang pria misterius bernama Mal'akh. Sebuah
tanda mata dari Peter terpajang tepat di bawha kubah Rotunda Capitol Building.
Dengan menawan Peter, Malakh memaksa Langdon memecahkan
rangkaian simbol demi menemukan “Kebijaksanaan Kuno” atau kata yang hilang, yang diyakini tersembunyi oleh para Freemason.
Masalah makin pelik ketika CIA ikut turun tangan dan mengejar Langdon CS. Dan
begitu alurnya, sama seperti novel-novelnya yang lain: adegan kejar-kejaran
sambil kuliah singkat tentang sejarah konspiratif serta wujud arsitektural yang
terhubung dengan nilai-nilai Mason
Langdon bekerja sama dengan Katherine Solomon, adik perempuan
Peter, yang merupakan ilmuwan Noetic Science. Wanita iu sendiri tengah
melakukan penelitian tentang kekuatan pikiran manusia, termasuk eksperimen yang
menunjukkan bahwa kesadaran manusia dapat memengaruhi materi. Katherine bahkan
membuktikan bahwa jiwa punya massa.
Pencarian membawa keduanya (dan tentu pembaca) ke berbagai
lokasi penting di Washington D.C., seperti Capitol Building, Museum
Smithsonian, Katedral Nasional Washington, House of the Temple, hingga
Washington Monumen yang merupakan tiruan kolosal dari Obeliks Mesir. Sepanjang
perjalanan, kita diajak memecahkan simbol-simbol Mason, kutipan kuno, hingga
geometri sakral yang diklaim tersembunyi dalam desain kota Washington.
Bagian ini yang paling menarik, apalagi jika kita sambil
meng-googling foto dan video lokasinya lewat media sosial. Dan Brown
menggunakan banyak bangunan Mason yang nyata di Washington, D.C., seperti
George Washington Masonic National Memorial dan House of the Temple. Brown
lewat fiksinya mengklaim bahwa tata kota Washington mengandung Geometri sakral,
Simbol-simbol Mason, Penjajaran astrologis yang dipertimbangkan saat
pembangunan kota ini. Beberapa landmark nyata di Washington D.C. digambarkan
memiliki Simbolisme matematika, rang tersembunyi (ditambah unsur fiksi),
pengaruh desain esoteric. Brown menggabungkan fakta arsitektur nyata dengan
teka-teki yang ia ciptakan. Entah benar atau tidak, tapi ini menarik untuk
sebuah cerita misteri-thriller.
Brown memberikan sentuhan dramatis dan fiksi, tetapi
beberapa konsep berasal dari teori ilmiah pinggiran yang benar-benar ada. Salah
satu yang fresh di novel ini adalah pembahasan tentang Noetic Science. Menurut internet,
noetic Science adalah bidang penelitian nyata yang dipelajari oleh Institute of
Noetic Sciences (IONS). Bidang ini mencakup penyelidikan tentang pengaruh pikiran
terhadap materi, kesadaran manusia yang mempengaruhi realitas fisik, dan sebuah
upaya untuk menyadarkan kemanusiaan secara global.
Seperti klaim pengarangnya Freemason adalah sebuah
organisasi nyata. Freemason benar-benar
ada dan memiliki ritual, simbol, serta struktur keanggotaan yang kita bisa
dengan mudah mencarinya di internet. Bahkan, anyak tokoh AS, termasuk George
Washington, adalah anggota Mason. Organisasi ini sendiri—menurut Langdon—terlalu
banyak disalahpahami. Tujuan Freemason adalah mengupayakan agar manusia mampu
mencapai potensi setinggi-tingginya, dan ini pula yang menjadi tujuan besar
dalam alur cerita The Lost Symbol.
"Hanya melalui kesadaran bahwa hari-harinya di dunia terbatas, seorang manusia bisa memahami pentingnya menjalani hari-hari itu dengan kehormatan, integritas, dan pelayanan terhadap sesama manusia."

No comments:
Post a Comment