Judul: Wisata Hits di JogjaPenyusun: Anton Prabu Semendawai dan N.H. Sudibyo
Kota Yogyakarta mempunyai
potensi objek wisata, letak geografis yang strategis, serta sarana dan
prasarana yangmendukung sebagai kota tujuan wisata. DIY memiliki luas
tersempit setelah Provinsi DKI Jakarta. Namun demikian, hal tersebut
tidak membuat DIY menjadi daerah yang kecil dalam bidang pariwisata,
karena buktinya propinsi ini mampu menyandang predikat kedua
sebagai daerah tujuan wisata setelah Provinsi Bali. Dalam libur Nataru
2024, Jogja bahkan melesat menyalip Bali dan menjadi kota tujuan wisata paling
favorit.
Keberhasilan Jogja tidak
lepas dari promosi yang gencar. Salah satunya promosi dari mulut ke mulut dan
juga lewat media sosial. Kepuasan, trust dan commitment dapat menciptakan
word of mouth yang positif bagi pelanggan. Pelaku usaha harus terus
berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen guna untuk
menciptakan pengalaman positif bagi konsumen sehingga
menimbulkan respon emosional yang dirasakan selama mendapatkan apa yang
sesuai dengan harapan mereka.
Jogja sebagai Kota Wisata
Kuliner
Tujuan makan tidak hanya
untuk mengenyangkan perut, tetapi merupakan sebuah pengalaman. Orang
sekarang makan di luar selain cari enaknya juga penasaran dengan
viralnya. Pembelanjaan kuliner untuk wisatawan nusantara merupakan
pengeluaran terbesar kedua setelah akomodasi, sedangkan untuk wisatawan
mancanegara menduduki peringkat keempat setelah Biro perjalanan
wisata, produk kerajinan, dan akomodasi
Wisata kuliner
menjadi salah satu wisata unggulan di Kota Yogyakarta karena
berkarakteristik urban tourism, tidak memiliki potensi wisata
alam. Pariwisata kuliner merupakan perjalanan yang direncanakan untuk
menemukan makanan dan minuman, serta mendapatkan pengalaman gastronomi
yang berkesan. Kenapa wisata kuliner harus diseriusi, karena: Pengeluaran
untuk makanan mencapai sepertiga dari total pengeluaran
perjalanan pariwisata itu sendiri, di mana makanan lokal menjadi
komponen utama dalam sebuah aktivitas wisata dan industri
pariwisata (Kivela & Crotts, 2005).
Beberapa kendala yang
dihadapi dalam pengembangan pariwisata kuliner di Kota Yogyakarta yakni
akses jalan yang relatif sempit, kesulitan area parkir, sarana prasarana
yang belum memadahi, dan belum optimalnya dukungan masyarakat. Isu kuat
yang melekat di Kawasan wisata Malioboro yakni harga kuliner yang tidak
wajar sehingga menjadipenghalang bagi wisatawan yang ingin menikmati kuliner
di sepanjang jalan Malioboro. Hal ini disebabkan oleh
perilaku sebagian pelaku usaha pariwisata yang mementingkan keuntungan
jangka pendek, tanpa memperhatikan citra pariwisata Kota Yogyakarta dalam
jangka panjang.
Dalam
upaya pemasaran, pemerintah daerah perlu mengajak influencer dan akun-akun
publik besar yang berkecimpung pada bidang kuliner. Langkah ini dinilai
sangat efektif dan memiliki daya jangkau yang luas. Sejarah
dan budaya Kota Yogyakarta dapat diceritakan melalui berbagai kuliner
yang ditawarkan, melalui storytelling di balik
produk kuliner. Inovasi produk harus dilakukan tanpa meninggalkan
keaslian sebagai identitas budaya. Contoh bagus adalah bakpia dengan aneka
isian yang menyesuaiakan selera kekinian tapi tetap sesuai pakem tradisionalnya.
Kota Yogyakarta sebagai
Kota Gastronomi
Kota Yogyakarta mempunyai
potensi untuk dikembangkan sebagai kota gastronomi, bukan hanya sekedar
kuliner. Kuliner mempunyai makna yang lebih sempit dibandingkan
gastronomi, yakni sebatas aktivitas menikmati makanan.
Sementara gastronomi mempunyai makna menikmati makanan disertaidengan
pengalaman mempelajari sejarah dan budaya sebuah makanan.
Makanan tradisional adalah
makanan yang dibuat dari bahan yang dihasilkan di daerah setempat kemudian
diolah dengan cara dan teknologi yang dikuasai oleh masyarakat setempat.
Produk makanan tradisional mempunyai ketampakan, citra rasa, dan aroma
yang sangat dikenal dan disukai bahkan dirindukan oleh masyarakat
setempat. Bahkan, makanan tradisional menjadi identitas kelompok
masyarakat asal makanan dan dapat digunakan sebagai sarana pemersatu
bangsa dan membangun rasa cinta tanah air.
No comments:
Post a Comment