Judul: Revolusi Makan
Penyusun: Hiromi Shinya
Penerbit: Qanita
Buku ini agak kurang umum. Dalam artian, apa apa yang dipaparkan Dr. Hiromi agak berbeda dengan anjuran diet yang selama ini kita kenal. Tapi sebenarnya prinsip dasarnya sama. Salah satunya, beliau menyarankan makan makanan enak karena makan harus dinikmati. Memakan makanan tanpa menikmatinya hanya akan menghasikan diet yang menyiksa. Jika ini dikaitkan dengan buku #DietKenyang karya Hughes, bisa jadi benar karena Hughes menyarankan semacam afirmasi positif di pikiran agar kita menyukai makanan sehat tapi tidak enak rasanya itu.
Tulisan Dokter Hiromi Shinya menggambarkan dengan sederhana perbedaan besar antara pengalaman nyata bertahun-tahun dan temuan bidang kesehatan di berbagai jurnal. Buku ini dengan nyaman mengindikasikan bahwa fisik setiap orang itu berbeda-beda, jadi penanganan 'bagaimana hidup sehat' antara satu dengan yang lain bisa jadi berbeda. Contohnya, ada orang yang cocok dengan olahraga berat, sementara lainnya cukup olahraga ringan tapi rutin. Penulis bahkan lebih menyarankan jalan kaki santai ketimbang lari terengah-engah. Kuncinya pada rutin dan sesuai kapasitas tubuh masing-masing.
Buku ini terutama berfokus pada usus sebagai otak kedua (seperti iklan susu itu) karena kesehatan seseorang sangat bergantung pada apa yang dia makan. Ia menyarankan untuk lebih banyak mengonsumsi makanan segar yang belum diolah, banyak minum air mineral, dan (yang agak susah) minum ramuan kuncup bunga dan melakukan enema kopi (harus pake kopi berkualitas tinggi). Beberapa sarannya mungkin lebih cocok diterapkan di masyarakat negara maju, tapi setidaknya kita bisa menjalankan saran-saran lainnya yang masih bisa kita lakukan. Ini dia:
1. Minum 1,5 - 2 liter air sehat tiap hari (air sehat loh)
2. Puasa pagi (cukup makan buah, sayur, dan jus; baru siangnya makan nasi + lauk)
3. Mencoba beras merah
4. Mengerakkan badan secara rutin dan SESUAI KEMAMPUAN
5. Detoksifikasi hati dengan bersyukur dan menyayangi
6. Menikmati makanan yang kita makan, apa pun itu.
Kopi ternyata bermanfaat, sementara produk turunan susu malah berbahaya bagi saluran pencernaan. Ini agak bikin kaget sih. Tapi, dari pembacaan buku ini, bisa diambil satu kesimpulan utama: makan makanan raw atau sealami mungkin atau yang diproses paling sedikit.
No comments:
Post a Comment