Judul: Tulisan dan Kehormatan
Penyusun: Bandung Mawardi
Cetakan: Pertama, April 2021
Tebal: 116 hlm
Penerbit: BukuKatta
"Saya kira seorang novelis akan lebih suka melihat novelnya terbit dan mendapatkan honorarium sekadarnya dari penerbitan itu daripada mendapat hadiah sejumlah uang tapi novelnya tidak terbit-terbit juga." (Hlm. 50)
Stephen King benar dalam salah satu kutipannya, bahwa buku adalah portal ajaib yang dapat dibawa-bawa. Buku kumpulan esai karya Bandung Mawardi ini menjadi bukti buku bisa memindahkan pembaca menilik ke era lampau, tahun 1950 - 1980an, di Indonesia ketika sebagian besar pembaca buku ini mungkin masih kecil atau malah belum lahir. Masa ketika internet belum mendunia dan persebaran informasi serta literasi masih didominasi oleh kertas lewat buku, surat kabar, dan tentu saja majalah.
Indonesia pernah ramai oleh publikasi dalam bentuk ketiganya. Serangkaian sayembara menulis dalam berbagai bentuk, tema, dan hadiah membuktikan bangsa ini pernah dan masih gemar membaca. Ratusan peserta, dengan hadiah yang mungkin kini terkesan sedikit saja, tetapi tentu besar pada zamannya. Tidak hanya menghasilkan juara, sederet karya sastra besar turut lahir karenanya. Kartini, Basis, Femina, Gadis, Hai; masihkah banyak yang mengingat majalah majalah yang pernah jaya ini?
Putu Wijaya, Putu Setia, Maria A. Sardjono, V. Lestari, Sapardi Djoko Damono, hingga Renda dan Jokpin. Semua nama yang kini mudah kita temukan di deret toko buku ini, turut menyumbang dalam maraknya sayembara menulis cerpen, novel, novelet, dan drama serta puisi dalam sejarah permajalahan di Indonesia. Majalah tidak hanya penting sebagai dokumentasi hal Ikhwal populer di masyarakat pada susu masa.
Majalah juga turut memajukan sastra dan memunculkan sederet nama yang banyak kemudian ternama hingga sekarang. "Sejarah kesusastraan di Indonesia mencatat bahwa sayembara berpengaruh dalam biografi dan kemunculan teks-teks sastra penting." (Hlm. 91). Anak muda 90an tentu juga masih ingat dengan majalah Aneka YESS, Gadis, dan Anita Cemerlang yang kaya akan cerpen. Bukti bahwa remaja pun gemar membaca. Apa yang dikira hanya produk hura-hura dan perlambang mode kekinian pada zamannya, ternyata andil juga dalam memajukan sastra.
Ketekunan mengumpulkan, mengarsip, lalu menuliskan kisahnya adalah salah satu keistimewaan Bandung Mawardi. Tidak terbayangkan betapa penuh debu dan bau apak yang harus dijalaninya saat menempuh sunyi untuk menulis buku ini. Darinya kita pembaca tahu banyak tentang sejarah buku, penulis buku, dan juga dunia buku pada era itu. Mungkin memang baru terbatas pada majalah lama, tetapi ikhtiarnya sudah luar biasa. Semoga buku ini menjadi pengingat, bahwa kita memang pernah dan selalu menjadi bangsa yang membaca. Begitu.
No comments:
Post a Comment