Search This Blog

Wednesday, January 17, 2024

Metode Jakarta, Amerika Serikat, Pembantaian 1965, dan Dunia Global Kita Sekarang

Judul: Metode Jakarta

Penulis: Vincent Bevins

Tebal: 416 hlm

Cetakan:  May 19, 2020

Penerbit: Marjin Kiri

Berakhirnya perang dunia kedua memunculkan dua negara adikuasa yang akan saling berebut menyebarkan pengaruhnya ke dunia. Amerika Serikat dengan doktrin kapitalismenya serta Uni Soviet dengan paham sosialismenya. Perang dunia memang usai, tetapi kontra antara keduanya akan memunculkan perang jenis baru dengan korban yang tidak kalah mengerikan. Bergerak diam diam di belakang layar, pihak pihak kuat ini menyusup ke berbagai negara dunia ketiga (negara-negara merdeka setelah perang dunia 2 ditambah negeri Amerika Latin) dan menyokong terjadinya pembantaian puluhan sampai jutaan orang yang mungkin tidak semuanya benar-benar pantas dibunuh. 

Indonesia tahun 1960 an menjadi terkenal di seluruh dunia ketika Soekarno bertindak "terlalu percaya diri" dengan mencoba menantang AS. Setelah sebelumnya menggagas Gerakan Non Blok dan Konfrensi Asia Afrika, Soekarno terus bergerak berani dengan menciptakan olahraga saingan dari Olimpiade yakni Ganefo, keluar dari PBB, dan menyerang gerakan pembentukan negara baru Malaysia yang dianggap boneka Inggris. Awalnya dekat dengan Washington, Soekarno pelan-pelan mulai condong ke Timur. Pelan-pelan, jarum bergeser ke arah kiri dan Indonesia bergerak ke arah negara sosialis. Tepat sebelum tahun 1965, Indonesia adalah negara sosialisme terbesar ketiga di dunia setelah Uni Soviet dan Tiongkok. Partai Komunis Indonesia menjadi partai resmi dengan popularitas yang tinggi di kalangnaaa rakyat. 

Amerika Serikat yang menasbiskan diri sebagai penjaga kapitalisme dari gerakan kiri, bergerak cepat dengan menyebarkan agen-agennya. Setelah mengatur dan mendanai kudeta militer di Brasil, mereka mengarahkan moncong senapannya ke Indonesia. Dengan bantuan modal melimpah, AS bekerja sama dengan golongan sayap kanan dan militer untuk mengatur sebuah insiden bersejarah dalam upaya merebut kembali Indonesia dari paham kiri. Bagi Amerika Serikat, adalah penting menjaga agar Indonesia tidak jatuh ke tangan sosialis agar negara negara di sekitarnya tetap prokapitalis. Upaya rahasia ini didanai oleh AS dan dijalankan oleh CIA dengan nama operasi "Metode Jakarta." Keberhasilan Metode Jakarta sedemikian luar biasa sehingga nama Jakarta digunakan untuk menamai proyek Amerika Serikat ini di berbagai negara, mulai dari Irak  di Timur Tengah, Amerika Latin, hingga Sri Langka. 


Tanggal 30 September 1965 menjadi tanggal "merah" yang tak terlupakan bagi bangsa Indonesia. Narasi sejarah selama Orde Baru menyebutkan pada tanggal itu aktivis PKI menculik 6 jendral Angkatan Darat (sebenarnya 7 tetapi Jendral A. Nasution berhasil lolos walau terpaksa putrinya yang menjadi korban). Keenam jendral ini konon disiksa sebelum dibunuh secara keji di Lubang Buaya dalam upaya mereka melakukan kudeta pada pemerintahan yang sah. Film G30SPKI yang wajib ditanyanhkan setiap tanggal 30 September pada era Orba melestarikan dan menanamkan dengan kokoh pada benak sebagian besar rakyat Indonesia bahwa PKI telah bertindak kejam di luar batas kemanusiaan, dan karena itu darahnya dianggap halal untuk ditumpahkan. 

Tetapi lewat penyelidikan literatur dan dokumen rahasia CIA, juga wawancara dengan sejumlah saksi mata, penulis ini menyuguhkan alternatif sejarah berbeda dari peristiwa G30SPKI. Menurutnya, ada Amerika Serikat yang telah diam diam mengerakkan tangannya untuk mengatur kudeta bohongan dengan menculik para jenderal AD dan kemudian melemparkan kesalahan kepada PKI. Menurut buku ini, para penculik 6 Jenderal ini adalah sejumlah anggota Angkatan Darat juga, yang katanya hendak mengamankan mereka tetapi entah bagaimana jadinya keenam orang ini malah akhirnya terbunuh. Di buku ini juga masih tidak bisa disebutkan secara pasti siapa yang membunuh keenamnya, apakah tentara atau PKI atau CIA. Semua serba gelap. Termasuk juga perpindahan kekuasaan yang begitu mendadak. Soeharto menjadi panglima tertinggi yang kemudian menjadi semacam "pengganti Soekarno" untuk sementara. Kudeta berhasil digagalkan menurut narasi tentara dan sayap kanan. Bahkan surat Supersemar yang menjadi bukti sahih dari legitimasi kekuasaan Soeharto pun sampai sekarang masih belum ditemukan, bahkan diragukan keberadaannya. Di buku ini pun belum terjawab. 

Tetapi apa yang terjadi menyusul "kudeta gagal" ini benar benar luar biasa. Golongan sayap kanan menggunakan upaya kudeta ini (tentu dengan bantuan Washington) untuk menghajar telak golongan kiri yang menjadi musuh politiknya. PKI langsung dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan narasi disebarluaskan tentang perbuatan keji PKI dan karena itu mereka wajib dibasmi. Bahkan media internasional seperti BBC, ABC, VOA, dan koran koran AS pun ikut menyebarkan propaganda ini. Didorong dengan narasi bahwa komunis adalah antiagama, sayap kanan dan sebagian warga bergerak untuk menghabisi dan membantai seluruh anggota PKI hingga ke akar-akarnya. Semua organisasi terafiliasi PKI, hingga orang-orang kecil yang hanya pernah menonton pertunjukan budaya yang pernah dihelat partai kiri ini, ditangkap, dipenjara, dibunuh, dihilangkan paksa. para tapol kalau tidak dibasmi ya diasingkan ke pulau Buru (salah satunya Pram) dan harus menanggung cap ekskomunis seumur hidup yang membuat mereka dan bahkan keluarganya yang tidak tahu apa-apa pun mendapat imbasnya. 

Keberhasilan Operasi Jakarta begitu luar biasa. Sehari sebelum 30 September 1965 PKI masih menjadi partai remsi dengan pendukung luar biasa banyak di Indonesia. Hanya dalam setahun, negara ini kembali condong pro Barat dan PKI dinyatakan tumpas tak tersisa. Catatan resmi menyatakan sekitar ratusan ribu orang menjadi korban pembantaian, tetapi buku ini menyebutkan angka yang lebih fantastis. Sekitar satu hingga dua juta orang terbunuh dalam salah satu upaya pembasmian terbesar oleh pemerintah suatu negara setelah perang dunia kedua. Begitu berhasilnya Metode Jakarta ini sehingga nama Jakarta digunakan untuk menamai perang melawan sosialisme yang dilakukan secara diam diam oleh AS di berbagai negara setelahnya. 

Operasi Metode Jakarta tidak berhenti, bahkan Indonesia dan Brasil menjadi awal sekaligus percontohan. Amerika Serikat kemudian menjalankan operasi ini di negara negara yang menurutnya penting agar tidak jatuh ke tangan sosialisme. Argentina, Chile, El Salvador, Thailand, Filipina, Timor Leste, Sri Langka, Irak, Korea Selatan, dan puluhan negara lain menjadi saksi pembasmian pengikut paham sosialis secara besar besaran dengan korban ratusan ribu melayang sia-sia. Di beberapa tempat operasi ini bahkan lebih mirip dengan pembasmian etnis atau genosida oleh pemerintah kepada rakyatnya sendiri. Nama Jakarta di era itu tidak lagi menjadi nama sebuah kota berkembang dengan segala romantisme kolonialnya. Metode Jakarta menjadi idiom bagi sebuah operasi pembasmian besar-besaran dalam sebuah perang ideologi yang tidak lebih dari upaya menyebarluaskan pengaruh dan "penjajahan" ekonomi. 

Sebuah buku yang menghadirkan alternatif sejarah baru kepada pembaca. Entah benar atau tidak, buku ini setidaknya menjadi sumber sejarah pilihan untuk mengetahui apa yang selama ini mungkin disembunyikan oleh pihak pemenanh saat mereka menuliskan sejarah versi mereka. 


No comments:

Post a Comment