Search This Blog

Sunday, January 21, 2024

Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?

Judul: Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?

Penyusun: Kim Sang-hyun

Penerjemah: Dewi Ayu Ambar Rani

Tebal: 168 halaman

Cetakan: 10, Maret 2023

Penerbit: Haru


"Tuhan memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan kita untuk menghadapinya." (56).

Kutipan ini bukan saya ambil dari buku agama, tetapi dari buku motivasi bestseller asal Korea dengan judul unik sekaligus bikin agak bergidik ini. Memang dari judulnya saja kita sudah diajak untuk merenung tentang apa arti hidup. Bagaimana kelak jika semua sudah selesai, apakah kita akan dikenang sebagai sosok yang hangat, ramah, dirindukan? Ataukah malah orang hanya ingat kejelekan dan keburukan diri kita semata?

Selain tentang bercermin dari peristiwa kelak, buku ini sejatinya serupa dengan buku-buku motivasi lain. Hanya saja mungkin judulnya yang unik lebih memancing perhatian, ditambah gaya menulis penulis yang menggunakan dirinya sebagai objek untuk motivasi-motivasinya. Sebelum dia memotivasi orang lain, biar dirinya sendiri yang dimotivasi sehingga pembaca lebih yakin kalau teknik yang ditulis di buku ini memang mujarab.

Ditulis dalam bab bab pendek, dikelompokkan dalam empat tema besar, buku ini memuat renungan singkat tentang banyak hal dalam kehidupan. Salah satunya, kecenderungan untuk tidak menjadi diri sendiri demi menghindari konflik atau dianggap mencolok (karena mencolok sering disalahartikan sebagai sombong). Padahal, kita semua hidup dan bertindak sesuai minat dan keinginan masing-masing. Budaya Timur yang lebih cenderung mengutamakan kelompok secara tidak sadar turut mengekang kreativitas serta ekspresi individu, yang berujung pada kondisi jiwa yang terlihat adem ayem di luar tetapi membara di dalam.

Tentang move on, tema yang selalu ramai di kalangan anak muda. Setiap orang yang pernah dilukai dan ditinggalkam ibarat orang yg mendapat sampah dari orang lain. Ketika kita terus mengingat orang tersebut, seraya berharap dia akhirnya kembali dan minta maaf (padahal tidak), sejatinya kita seperti sedang menyimpan sebungkus sampah bau yang terus menerus kita bawa kemana mana. Bau tengiknya menghalangi aroma kebahagiaan, aroma busuknya mengalahkan wangi orang orang baik di sekitar. Jadi, buang saja sampahmu, tak perlu dismpan melulu.

Tentang kebahagiaan, yang terbaik adalah sekarang dan saat ini. Apa yg dimiliki saat ini lebih layak dan logis untuk disyukuri ketimbang apa apa yang belum ada atau yang mungkin akan ada. Dengan kata singkat, lebih baik bersyukur bisa bersama dengan keluarga atau teman teman baik yang selalu hadir menemani ketimbang menghabiskan waktu mencari he / she we cant have. Dalam pandangan yang hampir serupa, jauh lebih mudah mengubah diri sendiri menjadi orang yang lebih baik ketimbang berharap orang lain akan berubah.

Pada akhirnya, kita hidup bersama sekaligus masing-masing. Tidak perlu selalu menunggu hadirnya orang lain untuk membahagiakan kita karena kebahagiaanmu adalah tanggung jawabmu sepenuhnya. Jangan pula terlalu larut dalam ketidakbahagiaan karena "...yang sebenarnya datang setelah itu adalah kebahagiaan." (Hlm. 164)

Jadi teringat ayat indah ini: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

No comments:

Post a Comment