Judul: Tentang Hidup Yang Singkat
Penulis: Seneca
Penerjemah: Carissa Fadina Permata
Tebal: 100 halaman
Cetakan: Pertama, December 1, 2019
Penerbit: Basabasi
ISBN : 9786237290506
Blurb: Sebagian besar umat manusia mengeluh tentang sifat jahat alam, karena kita terlahir untuk menjalani rentang hidup yang singkat, karena waktu yang telah diberikan untuk kita berlalu begitu cepat. Dengan sedikit sekali pengecualian, bahwa hidup berakhir justru saat kita merasa telah siap menjalaninya. Bukan hanya orang-orang di jalan dan masyarakat awam yang berkeluh kesah saat melihatnya, kejahatan universal ini: perasaan yang sama, yang ada di balik segala keluhan juga datang dari orang-orang yang terhormat.
Betapa sering kita merasa waktu tiba-tiba berlalu. Lagi senang-senangnya eh kok sudah selesai aja. Belum juga menikmati kerja keras di masa muda eh penyakit tua sudah keburu menyerang. Kita tidak punya cukup waktu untuk benar-benar menikmati hasil dari kehidupan ini. Atau, benar kah begitu? Mungkin, bukan waktunya yang tidak cukup, tetapi memang hidup manusia yang singkat. Keluhan tentang singkatnya waktu ini sudah menjadi renungan Seneca (4 SM - 65 M) atau sekitar dua ribu tahun yang lalu di tanah Roma.
Hidup, bagi banyak orang, justru berakhir ketika mereka sudah siap untuk menjalaninya. Penyakit tiba-tiba datang menghilangkan kenikmatan usia. Raga yang lelah dan lelah akibat terus dipaksa keras di waktu muda. Jadi, kapan kita bisa benar-benar menikmati hidup? Aristoteles dalam buku ini menjawabnya dengan ungkapan keren: "Batas yang jauh lebih singkat ditetapkan bagi para manusia yang terlahir untuk menjalani takdir yang lebih hebat dan luas."
Kehidupan, menurut Seneca, berjalan cukup lama, dan telah cukup banyak yang dikaruniakan kepada kita untuk segala pencapaian tertinggi jika pencapaian itu terkumpul baik. Hidup jadi terasa singkat ketika dia disia-siakan dalam kemewahan gegabah, dihabiskan untuk hal-hal buruk, sebelum akhirnya kematian menjadi batas akhir yang menyadarkan manusia bahwa hidup telah berlalu sebelum kita tahu bahwa hidup sudah berlalu. Jadi, kata Seneca, bahwa sejatinya kita tidak diberi hidup yang singkat, tetapi kita yang menjadikannya terasa singkat.
Usia ibarat harta. Jika diserahkan kepada dia yang bertanggung jawab, dia akan selalu cukup bahkan bermanfaat untuk anak cucunya. Sebaliknya, hidup di tangan orang yang boros maka dia tidak akan pernah merasa cukup, sepanjang apa pun usia yang diberikan kepadanya. Seneca menyinggung berulang kali tentang pentingnya waktu, yang walau sedikit dan begitu hilang tidak bisa kembali, tetapi waktu akan selalu mencukupi bagi mereka yang pandai menggunakannya.
"Orang-orang irit dalam hal menjaga harta pribadi, tapi begitu menyangkut soal menghambur-hamburkan waktu, mereka bersikap paling boros." (hlm 5)
#Seneca #TentangHidupyangSingkat #OnTheShortnessofLife #stoicism
No comments:
Post a Comment