Judul: Perpustakaan-Dua-KelaminPengarang: Sanghyang Mughni Pancaniti, Catatan Penutup: Atep Kurnia Tebal: 180 halaman, PaperbackCetakan: 1, Maret 2019 Penerbit: Penerbit Semesta
"Isi Perpustakaan Kelamin tak hanya tentang ceritamu mendonorkan kelamin, ada banyak cerita, terutama tentang dunia perbukuan, yang bisa diambil manfaatnya oleh pembaca (hlm 74)
Kutipan di atas untuk menjawab pertanyaan seputar judul buku ini yang memang agak provokatif. Ini adalah kisah Hariang yang begitu mencintai buku, ibu, dan ilmu. Kelamin yang bagi sebagian banyak manusia adalah perlambang kenikmatan puncak duniawi, oleh Hariang dianggap sebongkah bagian tubuh yang layak dikorbankan demi membeli dan mengganti ribuan buku dari perpustakaannya yang terbakar. Betapa sengsaranya tidak lagi bisa merasakan kenikmatan nafsu seksual bagi pria normal sepertinya, yang juga pria yang hendak menikah. Tetapi begitulah, buku dan ilmu punya kedudukan yang jauh lebih tinggi untuk orang-orang seperti Hariang dan Drupadi, istrinya.
"Hariang, sampul yg buruk bisa membuat buku bagus jadi tak menarik, tidak mendorong calon pembaca untuk membelinya." (37)
Melanjutkan buku ke-2, buku penghujung trilogi ini menjawab tanya kenapa Hariang dipenjara. Pembaca juga akan mendapat jawab dan kisah yang takk disangka sangka di ujung babak ketiga ini. Cerita seketika beralih penuh drama yang mengharu biru. Bahwa ada twist yang luar biasa tak tertebak dari sosok yang juga tak bakal bisa ketebak. Dari yang sejak awal pembaca dibuat datar dan kenyang oleh aneka pengetahuan seputar dunia buku dan menulis, ujug-ujug ada drama penutup yang sekaligus menjadi penjelas dari keseluruhan semesta perpustakaan kelamin ini.
Seperti buku pertama dan kedua, berbagai hal tentang buku masih akan kita jumpai di buku ini. Hanya saja, konsepnya lebih ke "bagaimana menerbitkan buku." Jika di buku satu fokusnya membaca buku, dan di buku dua fokusnya menulis buku; maka di buku ini giliran bagaimana menerbitkan buku. Ini menjelaskan proses menulis yang baik: diawali dengan membaca sebagai sumber untuk menulis, lalu praktek menulis sebagai wujud kerja, dan diakhiri dengan menerbitkan tulisanmu agar banyak yang dapat manfaatnya. Pengarang mengulik pelik dunia penerbitan, mulai dari kerja editor, peran penting sampul buku, kerja penerjemah, pengertian ISBN, hingga elemen elemen buku termasuk halaman kolofon. Bahkan dibahas lengkap sejarah sampul buku di Dunia Islam hingga sejarah pembatas buku. Lengkap sudah pengetahuan para pecinta buku.
"Dalam peradaban buku, setiap kebudayaan itu saling mempengaruhi, dari mulai dunia Yunani, lalu dunia Islam, Barat dan Timur, seperti bahu membahu membuat dunia dipenuhi cahaya ilmu." (94)
Pembaca yang sedang menulis dan ingin bukunya diterbitkan pasti akan merasa akrab dengan kisah ini. Bagaimana penolakan begitu pahit, pengorbanan yang harus dilakukan, hingga akhirnya memilih pilihan tersulit untuk menerbitkan sendiri ketika karyanya tidak dilirik. Pengetahuan tentang apa yang dicari penerbit dan naskah apa yang laku memang perlu. Tapi tak seharusnya itu menghalangi atau merusak proses menulismu.
"Perkara naskah ditolak penerbit, jangan anggap itu sebagai kiamat, Hariang, sebab bukan hanya kamu yang mengalaminya, tapi penulis lain juga. Terutama di masa masa awal kariernya." (174)
Seperti biasa, buku tentang buku selalu menyebutkan buku-buku bagus yang telah dibaca pengarangnya. Di buku ini pembaca akan menemukan banyak buku-buku bagus yang sepertinya akan jadi wajib baca juga. Saya sendiri langsung Googling buku-buku lawas yang bagus tapi sekarang sudah hilang dari pasaran. Buku-buku yang tersimpan rapi di perpustakaan para pengiat ilmu dari era abad 20 dan sekarang mungkin sulit ditemukan salinannya. Begitulah, buku bagus selalu menuntun pembaca ke buku-buku bagus yang lainnya.
"Novel dibuat karena yang tak selesai harus diselesaikan, yang menyedihkan harus diliput, yang tidak adil harus dibenturkan pada uang adil. Jadi, novel dibuat agar penulis bisa memberi kata akhir terhadap nasib." (129)
Siapa saja penulis lokal dan internasional yang naskahnya pernah ditolak? Bagaimana buku dan naskah ilmu pengetahuan disebarkan pada era kejayaan Islam? Apa saja isi penerbit dan dalamannya? Mengapa Pram sering sekali menulis tanpa spasi seperti Matari, pasarmalam, dan keretaapi? Bagaimana sampul buku dikerjakan? Apa itu Rectoverso, dan masih banyak hal hal buku banget di novel ini. Akhirnya, ini buku gila membaca yang edan!
No comments:
Post a Comment