Search This Blog

Thursday, January 18, 2024

Berburu Restu, Menikah Bisa Sekocak Itu

Judul : Berburu Restu

Pengarang : Dimas Abi

Tebal: 337 hlm

Cetakan:  June 1, 2023 

Penerbit: Noura

ISBN : 9786232423992


"...kita sama-sama sedang mencoba menentang standar-standar konstruksi dan tekanan sosial yang kadang membodoh-bodohi, dan itu berat loh, Dip." (107)

Pernikahan menjadi puncak impian bagi dua sejoli yang berikrar saling cinta. Peristiwa sakral ini kerap dirayakan besar-besaran, megah, lengkap dengan aneka prosesi adat yang dipilih. Tapi, bagaimana jika calon mempelai pria tidak mau ada resepsi di pernikahannya alias cukup ijab kabul saja di KUA? Inilah kisah Dipa dan Ajeng, dua sejoli yang saling jatuh hati dalam upaya keduanya #BerburuRestu demi mendapatkan pernikahan idaman lewat jalur nggak umum!!!

"Buat Tante, menikah itu hanya layak dilakukan oleh orang yang siap dan tentunya sudah ketemu alasan kenapa dia harus menikah." (106)

Dipa trauma sama namanya resepsi. Bukan karena dulu dia pernah ketahuan datang ke resepsi orang ga dikenal dengan amplop kosong cumanbuat numpang makan karena pas akhir bulan. Bukan pula karena Dipa pernah kesenggol ibu ibu barbar sampe jatuh pas rebutan kambing guling di prasmanan sebuah pernikahan. Bukan pula karena selama jadi tenaga sinoman dia hanya ditempatkan di bagian cuci gelas dan piring karena tampangnya kurang estetik ( eh ini saya dibg 😭😭😂). Bukan, bukan itu semua. Dipa pernah hampir menjadi orang semiskin miskinnya akibat Ayahnya yang meminjam uang ke rentenir demi resepsi kakaknya Dipa. Resepsi telah menjadikan perekonomian keluarganya berantakan.

"Kenapa ... enggak difokuskan untuk mematangkan persiapan mental dan fisik mempelai? Kenapa malah dihabiskan untuk hal-hal yang sifatnya aksesori? Resepsi bukan syarat sah menikah, lho, Pak." (321)

Masalahnya,  Pak Guntur (Bapaknya Ajeng) menganut prinsip "nggak resepsi nggak hore" alias wajib resepsi kalau nggak mau ada insiden pot melayang.

Maka, Dipa dan Ajeng pun bertekad untuk meminta restu kepada Bulik dan Pakliknya Ajeng. Agar apa? Agar supaya kalo dilempar pot bunga, keduanya punya tameng hidup. Eh bukan, ding. Tentunya harapannya ketiga orang itu akan membantu membujuki Pak Guntur agar mau meletakkan pot yg sudah siap dilemparkan ke kepala Dipa itu wkwk. Canda gaesss.

"Jeng, kayaknya mas kena virus korona gejala baru. Hari senang, jantung degdegan, dan rasanya ingin selalu diperhatikan. / Masak ada gejala kayak gitu? / Ada, jeng. Itu semua korona cinta." (32)

*Itu karena woy, gue kunyah juga nih bujang* Sabar, Pak.

Selanjutnya, kita akan dihibur dengan perjuangan Dipa mencuri hati Tante Citra, om Genta, dan Bulik Ratih dalam mempromosikan 'nikah yes, resepsi nggak dulu". Bagian ini bikin ngakak, seru, bikin prihatin, sekaligus bikin pembaca banyak - banyak beristighfar sambil mengelus dada (dadanya sendiri sendiri). Penulisnya jago banget bikin cerita yang beda. Bukan hanya beda karena ceritanya menarik dan tidak bisa berhenti baca bukunya, tp juga pengen borong serum retinol gara - gara kerut kerut halus yg muncul karena seringnya ketawa pas baca. Ini benar novel yang beda, beda dalam arti bagus sekaligus kok ya kepikiran buku roman bisa ngakak tapi tetap njawani kayak buku ini. Oh iya, novel ini memang agak Njawani ya, alias banyak hal-hal Jawa bertebaran. Tp masihh bisa dipahami kok, wong kongene kok dibanding-bandingke aja bisa kok kalian nyanyinya.

"Menjalin hubungan itu bukan tentang pokoknya, tapi baiknya gimana." (115)

Jangan mengharapkan kisah cinta penuh kata - kata berbunga (kecuali jokes bapak bapak yang asli bikin ngakak di setiap awal bab) dalam #BerburuRestu. Bersiaplah dengan jambul mekar Dipa dan Ajeng ginuk-ginuk yang akan menghibur anda sekalian menuju jenjang resepsi impian penuh adegan yang bakal membuat pengunjung puskesmas muntah massal. Atau celetukan celetukan lepas yang hampir muncul di tiap paragraf. Saking banyaknya, adegan sedih pun jadi tetap menghibur di novel ini ( maaf ya Dipa dan Ajeng). Penghargaan untuk maknae terbaik perlu disematkan untuk Tante Citra. Favorit banget tante yang satu ini. Telepon aku dong, Tante, eh.

"Dan, hidup emang sering begitu, toh, Dip? Kadang kamu harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang kamu inginkan." (196)

No comments:

Post a Comment