Judul: Creepy Case Club #3: Kasus Kutukan Congklak
Tradisi membaca Trio Detektif sepertinya menjadi pendorong munculnya banyak penulis dan juga pembaca buku di negeri ini. Memadukan kisah detektif, petualangan, dan yang seram-seram menjadi kunci yang selalu ampuh menarik perhatian. Bahkan di buku ini pun ada markas rahasia dengan sandi rahasianya pula, khas Trio Detektif (dan peserta eh penyelidiknya di buku ini juga ada 3, minus Parva yg ada di Jogja). Tapi buku ini menarik karena dia tidak saja mengekor tradisi Trio Detektif, namun membuatnya sebagai versi lokal dengan sentuhan budaya kita.
Satu lagi, jika novel detektif anak-remaja biasanya hanya menggunakan elemen supranatural alias yang seram seram semata penarik rasa penasaran, novel ini tidak. Trio detektif kita kenal dengan judul-judulnya yang seram seperti Misteri Kuda tanpa Kepala, Misteri Danau Siluman, Misteri Bisikan Mumi; tetapi pada kebanyakan kasus, misteri-misteri itu ternyata hanya trik dan bukan sepenuhnya supranatural. Dalam Creepy Case Club ini, penulis 'melanggar tradisi' tetap memberikan porsi supranatural, bahkan sebagai pemecahan kasus.
Jika di buku yang lain kita diajak logis dengan menyimpulkan bahwa yg seram-seram itu hanya di pikiran, maka buku ini bergerak agak berbeda dengan berusaha memberikan porsi yang sama-sama besar pada elemen logis penyelidikan dan juga elemen supranatural. Seri misteri lokal yg lengkap: Misteri, sejarah, pendidikan, petualangan, detektif, dan seram semua ada.
"...penting untuk selalu menjaga keseimbangan antara yang mistis dan yang logis. Pikiran yang terbuka itu perlu, tapi jangan sampai kita jadi berpikir tanpa dasar." (hlm. 60).
No comments:
Post a Comment