Search This Blog

Wednesday, January 31, 2024

Run Melos! dan Cerita-Cerita Lainnya

 Judul: Run Melos! dan Cerita-Cerita Lainnya

Pengarang: Osamu Dasai

Penerjemah: Nurul Hanafi

Tebal: 104 hlm

Cetakan: Pertama, 2022

Penerbit: Vita Litteras

Osamu Dasai menjadi salah satu penulis yang karyanya cukup banyak dicari pembaca kurun waktu 2022 - 2023. Novelnya "No Longer Human" laris manis dan bahkan diterbitkan oleh empat penerbit Indonesia dalam rentang waktu yang hampir bersamaan (Penerbit Basabasi, Mai, Kakatua, dan Odysei). Setelah sedikit menyimak biografinya yang agak keras, tidak heran novelnya itu laris manis karena Dasai seperti mampu menangkap dan menyalurkan ekspresi gelap jiwa manusia ke dalam novelnya. Dengan tegas, ia seperti mencela segala di sekitarnya dan memilih untuk berjalan di rutenya sendiri. Bersama Yukio Mishima dan Yasunari Kawabata, Dasai termasuk deretan penulis Jepang aba ke-20 yang tewas bunuh diri. Pengarang Jepang idolanya, yakni Rynosuke Akutaga, juga tewas bunuh diri. 

"Olahraga itu bodoh, dan saya tak pernah merasa ingin terlibat." (61)

Osamu Dazai dianggap sebagai penulis fiksi terbaik di Jepang modern pada abad ke-20. Karya-karyanya diterima secara positif di Jepang, karena ia dianggap sebagai pelopor dalam penulisan fiksi pada masa itu. Namun, bakatnya yang luar biasa selalu dibayangi oleh peristiwa tragis yang terus berulang dalam hidupnya. Tidak heran jika nuansa melankolis itu senantiasa meninggalkan jejak dalam karyanya. Dalam kumpulan cerpennya ini, pembaca dapat menyaksikan kecenderungan Dasai yang hendak mengkritik kondisi sosial-ekonomi-politik di dunia dan sekitarnya, tetapi kebanyakan tidak bisa berbuat apa-apa.

1. Pulau Monyet

Berkisah tentang dua ekor monyet yang kabur dari Pulau Monyet yang merupakan suaka penangkaran. Cerpen pendek ini kemungkinan melambankan Jepang yang mendapat "makanan" gratis dari Barat tetapi dengan mengorbankan kebebasan. Dua monyet memilih melarikan diri. Bagi mereka, buat apa makanan gratis dan fasilitas bagus tapi diri terkekang.

2. Larilah, Melos

"Melios, bersetialah bahkan ketika kau masih muda." (19)

Diadaptasi dari legenda Yunani kuno dan puisi karya Schiller, cerpen panjang ini berkisah tentang persahabatan dua orang pria yang saling percaya. Melos dihukum gantung oleh seorang raja lalim. Tetapi ia meminta waktu tiga hari agar bisa menghadiri pernikahan adik perempuannya. Setelah tiga hari, dia akan datang menyerahkan diri untuk dihukum mati. Sebagai jaminan, sahabatnya Selinunteus dijadikan sebagai jaminan. Jika Melos tidak berhasil kembali dalam tiga hari, nyawa sahabatnya itu yang akan dikorbankan. Cerita ini mengharukan, melambangkan prinsip pengarangnya yang begitu menjunjung tinggi kesetiaan persahabatan pria.

3. Kuburan si Monyet

"Iman tanpa akar itu dangkal." (33)

Cerpen panjang yang melankolis. Dua sejoli memutuskan kawin lari karena hubungan mereka tidak direstui oleh orang tua si wanita. Cinta yang sedemikian kuat rupanya tidak bisa melembutkan realitas di dunia nyata yang begitu keras. Kedua berjuang dari nol, mencoba mencari penghidupan sendiri,hingga akhirnya bisa sedikit berbahagia dengan hadirnya seorang anak. Kebahagiaan yang sayangnya segera terenggut oleh tragedi. Kesalahan berbuntut pengorbanan yang ternyata juga sarat kesedihan. Beneran, baca karya pengarang ini memang kudu latihan mental.

4. Suara Pukulan Martil

Mengisahkan tentang kondisi masyarakat Jepang setelah pengeboman di tahun 1945, cerpen ini melambankan kelesuan jiwa-jiwa kalah perang. Para serdadu dan pemerintah yang awalnya sedemikian penuh semangat mengobarkan slogan Jepang Cahaya Asia kemudian menjadi lesu dan melankolis karena kekalahan. Perang tidak hanya telah membunuh tubuh fisik, tetapi juga jiwa-jiwa di dalam tubuh-tubuh yang masih hidup.

"... mereka yang bekerja selalu nampak mencari kuasa dan kejayaan demi diri sendiri." (58)

5. Gunung Berderak

Menggunakan dongeng sebagai dasar penceritaan, cerpen ini terlihat tidak suram. Seekor musang jatuh cinta pada seekor kelinci. Pejantan itu begitu tergila-gila pada si kelinci sehingga apa pun dilakukan, termasuk berbohong dan menjadi tidak dirinya sendiri. Asmara (atau birahi) telah menumpulkan instingnya sehingga ia menjadi tidak awas dan akhirnya celaka karena cinta. Kehadiran yang terus-menerus ternyata tidak selamanya menyenangkan. Berhati-hati juga wajib dilakukan, meskipun itu terhadap mereka yang disukai. 

"Kemarahan seorang perawan bisa membahayakan dan tanpa ampun, terutama kalau korbannya buruk rupa dan bodoh." (72)

Kadang, diperlukan kedewasaan selain pikiran terbuka untuk membaca karya sastra. Sebagaimana tidak semua omongan orang lain harus selalu kita ikuti, demikian juga tidak semua tulisan pengarang besar harus kita iyakan. 

"Kerendahan hati punya manfaat sendiri dan kepatuhan pada tugas sehari-hari bisa menjadi kehidupan paling bermartabat." (50)

No comments:

Post a Comment