Search This Blog

Saturday, January 21, 2023

Sastra, Sebuah Jalan Panjang

Judul: Sastra, Sebuah Jalan Panjang

Penulis: Hasta Indriyana

Cetakan: Pertama 2022

Tebal: 170 hlm

Penerbit: Shira Media

Saya selalu tertarik membaca terkait proses kreatif yang dialami orang-orang kreatif dalam menelurkan karya-karya mereka. Apa yang menjadikan mereka sedemikian kreatif sehingga mampu menghasilkan karya-karya gemilang, salah satunya tulisan. Ini yang lalu mengerakkan saya membeli dan membaca buku ini. Yah selain tentunya diskon 11.11 dan juga promosi jor-joran dari penerbitnya. Tetapi, penggerak utama tetaplah rasa penasaran dengan apa yang kira-kira dialami pengarang, yang biasanya dibocorkan ketika mereka sedang menulis esai.

Seperti judulnya yang panjang, penulis berupaya memaparkan kepada pembaca umum, apa-apa dan banyak lainnya dalam dunia kesusastraan--terutama sastra di Indonesia. Karena formatnya adalah esai (dan banyak di antaranya ditulis untuk media massa) dengan mode serius, kesan berat masih terasa saat membaca buku ini. Untungnya, formatnya yang pendek, rata-rata 5 - 8 halaman per esai, sehingga lumayan bisa "terbaca" tanpa harus terlalu terjun ke dalam hingga membuat kening berkerut dalam.

Lewat esai-esainya, terlihat upaya penulis dalam memperkenalkan sastra dan segala seluk dunia menulis kepada masyarakat di Indonesia. Tapi, sebagaimana judulnya, jalan ke arah sana ternyata masih terasa sangat panjang. Terutama melihat kondisi masyarakat Indonesia yang kebanyakan memang bukan masyarakat penjinjing buku (hlm. 145), apa yang dilakukan penulis sebagaimana tertuang di bab Dari Luar Pagar Sekolah layak diapresiasi. Kita membutuhkan lebih banyak orang yang mau membaca dan sekaligus mengajak orang banyak untuk membaca buku.

Banyak bab pendek dan menyenangkan, terutama di bagian depan dan tengah. Mulai dari alasan dan proses penamaan jalan, sejumlah sastrawan dan komunitas sastra, sejarah komik di Indonesia, ada apa di balik harga buku yang mahal, sejumlah tokoh sejarah yang mencintai buku, juga tentang alih wahana sastra sebagai cara terkini memperkenalkan sastra kepada generasi tiktok. Saya merasa paling relate dengan bab penerjemahan sastra yang memang kayaknya deket sekali dan setiap kali selalu menemukan rintangan atau masalah baru yang mau tak mau harus dicarikan solusinya (sendiri).

Buku ini 'berat" dalam artian berbobot, salah satunya ditandai dengan banyaknya penggunaan rujukan pustaka dalam sejumlah esai atau artikelnya. Hanya sayangnya, tidak semua bab mencantumkan daftar atau sumber referensi. Sejumlah esai juga masih terasa terlalu berat dan panjang untuk dicerna. Dari beberapa ulasan dan juga "curhat" sama teman yang ada relasi, ternyata memang naskah ini isinya cenderung serius. Mungkin ke depan buku-buku sejenis bisa dipoles lagi agar lebih banyak terjangkau dalam pemahaman kalangan pembaca umum atau non-sastra. 

Namun demikian, saya berharap ada lebih banyak buku seperti ini. Semoga lebih banyak pengarang yang bersedia membagikan ilmu kreatifnya lewat esai-esai yang juga ditulis dengan sama menariknya sebagaimana karya-karya fiksi mereka. Kita berharap, semakin banyak yang mau membaca, khususnya membaca karya sastra. Aplaus tambahan untuk sampulnya yang sejuk.

No comments:

Post a Comment