Search This Blog

Saturday, January 21, 2023

Duo Detektif: Sabotase Lokomotif B2503

Judul : Duo Detektif: Sabotase Lokomotif B2503

Pengarang: Wiwien Wintarto

Cetakan: 1, 2019 (Dibaca lewat Ipusnas)

Tebal:160 hlm

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 9786020633961



Kisah petualangan anak seperti Lima Sekawan, Trio Detektif, dan STOP turut membentuk masa kecil generasi 80an dan 90an. Kisah-kisah itu memang yang sangat berkesan, dan karenanya selalu menyenangkan untuk dibaca ulang. Bagaimana dengan generasi yang lahir setelah tahun 2000? Mereka lahir dan tumbuh besar di abad internet, yang tentunya membutuhkan kisah petualangan yang lebih "digital." Bisakah mereka mendapatkan pengalaman membaca yang serupa sebagaimana kakak-kakaknya? Buku ini sepertinya hadir untuk menjawab keresahan itu..

Seperti tertera di judul, karakter utama di buku ini ada dua: Jalu dan Bimo, dua orang sahabat akrab (bestie). Jalu jago soal analisis dan hal-hal yang memutuhkan kemampuan mental, sementara Bimo jago dalam aktivitas fisik dan ketangkasan. Kedua anak itu juga bergabung dan aktif dalam grup whatsapp tentang komunitas pecinta kereta api. Keren dan beruntung memang anak-anak zaman sekarang.  Kegemaran keduanya akan kereta api mendorong mereka untuk berkemah ke sebuah stasiun tua dan mengambil beberapa foto yang sangat disukai anggota grup tersebut. Saat berkemah itulah mereka memergoki sebuah konspirasi menyabotase perjalanan lokomotif B2503, lokomotif legendaris yang kini difungsikan sebagai penarik gerbong-gerbong kereta wisata. 

Memadukan antara kisah petualangan ala STOP dan Lima Sekawan dengan dunia anak-anak kekinian, Duo Detektif memberikan ragam bacaan yang sesuai umur sekaligus sesuai zamannya. Menyenangkan sekali menyimak petualangan Bima dan Jalu yang tinggal masih dalam suasana pedesaan, dan petualangannya pun berlangsung di salah satu rute kereta api terindah di Jawa, masuk Daop IV, yang sekaran dijadikan jalur kereta api wisata, yakni rute Ambarawa - Tuntang. Keunikan rute ini adalah memiliki jalur bergerigi sepanjang empat kilometer, dari Stasiun Jambu di ketinggian 479 meter dari permukaan laut (mdpl) menuju Stasiun Bedono di ketinggian 711 mdpl. Tentu pemandangannya indah sekali.

Alur rapi, dan sepanjang buku memang mulus dengan alur maju.  Kita bisa menemukan semua fitur yang dirindukan dalam sebuah kisah petualangan dalam buku ini: malam hari, kegiatan di luar rumah, berkemah, penyelidikan, penjahat, sedikit bumbu horor, dan analisis ala-ala detektif. Untuk pembaca yang masa anak dan remaja juga dewasa mudanya ditemani dengan novel-novel petualangan terjemahan, buku ini akan menjadi bacaan yang menghibur.

Kelebihan lain ada pada settingnya yang "diperbarui" sesuai kondisi sekarang, ketika anak-anak SD pun sudah akrab dengan berbagai fitur di gawai canggih mereka. Tidak sekadar petualangan, penulis tidak lupa menyisipkan teknologi modern dalam cerita. Fitur seperti grup wa, shareloc, hingga google maps menjadikan kisah di buku ini tetap seru sekaligus tetap tidak ketinggalan zaman. 

Seru juga menyimak petualangan dua anak SD ini, membawa pembaca pada suasana ketika dulu larut dalam beragai seri buku petualangan. Semoga bakal banyak lagi terbit buku-buku petualangan anak kekinian seperti ini agar generasi 2000 juga punya petualangan literasinya sendiri. Semoga seri Duo Detektif ini bisa masih terus dilanjutkan penulisannya. Buku-buku seperti ini sangat bagus untuk mengisi ceruk buku anak yang masih belum sebanyak buku untuk usia remaja dan dewasa. Saran saja sih, kalau bisa banyakin unsur alam dan sejarah dalam penyelidikan mereka.

Buku ini bisa dibaca gratis di Ipusnas. Bacaan ringan yang menghibur sebagai alternatif eristirahat sejenak dari media sosial saat sedang jeda bekerja.

No comments:

Post a Comment