Search This Blog

Friday, January 20, 2023

(bukan) Tabu di Nusantara

Judul: Bukan Tabu  di Nusantara

Penulis: Achmad Sunjayadi

Tebal : 216 Halaman

Cetakan: January 1, 2018

Penerbit: Buku Kompas

ISBN: 9786024124502

Tahun 1777, serombongan kepala suku di Pulau Tonga Samudra Pasifik naik ke kapal Kapten James Cook. Ketika ditawari makanan, orang-orang itu diam saja dan menolak. Mereka hanya menjawab "taboo." Cook kemudian mencatat, kata itu bermakna sesuatu yg dilarang, atau mengacu pada semua benda yang tidak boleh disentuh. Tabu dalam perkembangan selanjutnya turut dilekatkan pada unsur seksualitas meskipun yang tabu tidak melulu yg sensual.

Manusia dan seksualitas susah untuk dipisahkan. Membacaa catatan-catatan tabu di buku ini, pembaca akan maklum betapa apa apa yang ditabukan dan pernah menjadi tabu pun juga sudah ada di penjuru Nusantara sejak awal abad 15. Menggunakan berbagai catatan arsip dan juga babad sejarah, penulis buku ini mengumpulkan berbagai peristiwa sejarah terkait ekspresi seksualitas yang terjadi di nusantara, mulai dari Skandal di Kastil Batavia, perselingkuhan di era VoC, hingga aktris porno pertama di Indonesia.

Membaca kisah kisah di paruh pertama buku ini ibarat membaca kolom majalah gosip. Berisi kisah perselingkuhan, roman cinta terlarang, juga petualangan para pemain cinta. Hanya saja, latar waktunya terjadi di era VOC dan Hindia Belanda. Hal yang menarik. Kisah kisah ini membuktikan betapa sebenarnya sifat manusia itu serupa dan berulang dari masa ke masa. Sungguh tidak beda dengan apa yg sering kita lihat di media gosip. Sayangnya, bagian pertama ini serasa kurang karena sebagai dokumentasi sejarah tidak menyertakan sumber rujukan yang melimpah.

Berbeda dengan paruh kedua buku, bahasannya lebih menarik, variatif, dan dengan catatan kali serta sumber rujukan yang jelas. Tidak melulu kisah atau berita perselingkuhan, tetapi ada jejak jejak sejarah terkait ekspresi seksualitas di negeri ini. Misalnya tentang foto atau lukisan wanita pribumi yang konon "toples" dan berhasil membujuk para pemuda Belanda untuk pindah ke Hindia Timur. Ternyata itu hanya akal akalan semata demi menggerakkan dunia pariwisata ala mooi indie.

Menarik juga pada tahun 1930an pernah terbit buku "khusus dewasa" di Pekalongan. Buku berjudul Nasehat en Recepten Boewat Orang Mendjadi Waras en Koewat ini konon dilarang dibaca oleh perempuan. Salah satu isinya tentang bagaimana mencegah agak anak moeda tidak terlalu larut dalam fantasi. Di antaranya dengan tempat tidur jangan terlalu hangat. Hal lain yang dibahas tentu tidak jauh dari urusan obat kuat dan jamu jamuan. Buku ini pasti mahal harganya kalau masih ada.

Iklan-iklan bernuansa seksualitas pada era pra kemerdekaan juga jadi bahasan menarik di buku ini. Bisa dilihat pada hlm. 138, kita akan menjumpai aneka iklan yang salah satunya mungkin sempat viral di media sosial tentang iklan jadoel bikin ngakak. Ternyata jurusan bau badan, obat kuat, dan alat kontrasepsi juga sudah marak di era itu. Bagian kedua buku ini lebih kaya dan penuh karena terlihat ada upaya penulis memberikan sedikit pengantar dan analisis dari sejumlah peristiwa sejarah yang terjadi.

Akhirnya, apa yang pernah tabu kini mungkin sudah biasa ditemui. Manusia melarang, dia juga yang melanggar. Menyimak perkembangan semua yang tabu dan pernah tabu di buku ini memunculkan pemahaman bahwa seiring perjalanan waktu karakter manusia hampir tidak berubah banyak, budaya dan lingkungannya saja yang berubah-ubah.

No comments:

Post a Comment