Judul: Seni Penerjemahan Sastra
Penyusun: Anton Kurnia
Cetakan: Maret 2022
Tebal: 204 hlm
Penerbit: Diva Press
Dengan lebih dari 70 novel dan ratusan cerpen yang telah diterjemahkan ya, Anton Kurnia tentu sudah sangat kompeten dan layak untuk membagikan pengalaman, ilmu, dan karyanya dalam dunia penerjemahan, terutama penerjemahan sastra. Buku ini ibarat bukti otentik dari perjalanan panjang seorang Anton Kurnia yang menempuh laku di jalan penerjemah selama lebih dari dua puluh tahun. Mulai dari 1998, dirinya yang bukan mahasiswa sastra memberanikan diri untuk mulai menerjemahkan cerpen2 karya pengarang dunia dan mengirimkannya ke media massa. Apa yang awalnya coba coba ternyata malah menjadi jalan hidupnya.
Anton Kurnia adalah contoh nyata bahwa seorang ahli bisa muncul dari seorang otodidak. Walau tidak berlatar belakang jurusan sastra atau bahasa, tetapi kecintaannya pada membaca telah mendorongnya pada dunia kata-kata. Dunia yang ternyata memang telah menghidupkannya sekaligus menghidupkan kehidupannya. Dia membuktikan bahwa dengan menjadi penulis dan penerjemah, seseorang bisa mengantungkan sumber kehidupannya. Meskipun dengan catatan, bagaimana gaya hidupnya disesuaikan dengan bayaran dari dunia tulisan. Tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang berkarya di bidang perdagangan apalagi hiburan. Tetapi, cukup dan tidak cukup itu memang tergantung yang menjalaninya.
Kembali ke bukunya, Seni Penerjemahan Sastra ini sebagaimana judulnya membahas tentang penerjemahan karya sastra secara umum. Menerjemahkan karya sastra tentu berbeda dengan menerjemahkan tulisan non-fiksi atau dokumen. Dalam sastra ada rasa dan irama yang juga harus diterjemahkan, bukan hanya sekadar makna. Anton Kurnia menyebut menerjemahkan sastra tentunya selevel lebih rumit ketimbang pernejemahan teks jenis lain karena menerjemahkan sastra ibarat menciptakan sebuah karya sastra baru di bahasa sasaran.
Bagian pertama mengulas seluk beluk penerjemahan, apa itu penerjemahan menurut para ahli penerjemahan, bagaimana proses menerjemahkan, apa apa yang harus dipersiapkan dalam menerjemahkan, bagaimana penerjemah belajar menerjemahkan, juga apa saja yang harus diterjemahkan dalam menerjemahkan sastra. Membaca bagian ini membuat saya mau tidak mau harus angkat topi kepada para penerjemah sastra, karena merekalah, sebagaimana dikatakan Jose Saramago, para pencipta kesusastraan dunia.
Bagian kedua dan ketiga adalah kumpulan tulisan Antok Kurnia yang pernah dimuat di media massa. Topiknya tentu saja tidak jauh dari buku dan terjemahan. Sayang sekali bagian ini banyak yang hanya salin tempel, tidak ada usaha untuk menjadikannya esai atau tulisan baru yang cocok dijadikan sebuah bab dalam buku. Karena hanya artikel, tentu pembahasannya terlampau luas dan kurang mendalam. Penulis lebih sering menyoroti perkembangan terjemahan di negara ini dan perbandingannya dengan terjemahan di negara negara lain. Di bagian ini kita juga akan mendapat banyak info terkait pengalaman penulis dalam menghadiri dan meramaikan acara acara sastra.
Bagian 4 adalah yang paling menarik menurut saya. Tulisan di bagian ini mengingatkan saya pada kolom bahasa Kompas yang banyak membahas seluk beluk asal kata. Anton Kurnia tentu mengaitkannya dengan penerjemahan. Menarik menyimak seranai variasi warna dalam bahaa Indonesia, asal muasal kata, dan juga pengaruh asing yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia adalah percampuran dari berbagai unsur budaya dan bahasa. Bagian kelima juga kumpulan artikel tentang dunia buku secara luas, yang tentunya tetap asyik disimak dengan gaya penulisan yang memang ringan dan enak diikuti.
Sayangnya untuk judul sebombastis ini, buku ini kurang memuaskan. Isinya memang menarik tetapi lebih banyak bergulat dalam tataran wacana menerjemahkan sastra dan bukan bagaimana menerjemahkan sastra itu sendiri. Bagian satu lumayan memberi wawasan tentang bagaimana menerjemahkan sastra, tetapi itu terlampau umum dan contohnya juga sangat sedikit. Bagaimana menerjemahkan majas, mengalihbahasakan rima dan irama, menggunakan kalimat yang luwes, atau hal hal lain terkait teknis penerjemahan karya sastra masih sangat sedikit dibahas. Hanya beberapa info kecil seperti bahwa nama bisa diterjemahkan dan bahwa peribahasa atau ungkapan sebaiknya juga diterjemahkan sebagai peribahasa dan ungkapan juga. Ada juga tips memparafrase dan mendeskripsikan kata kata yang tidak ada padanannya dalam bahasa sasaran.
Pembaca tampaknya harus mencari buku buku lain jika ingin lebih mendalami dunia terjemahan. Walau begitu, buku bersampul cantik ini dapat menjadi pengantar yang menyenangkan bagi mereka yang ingin terjun dan bergelut di dunia penerjemahan sastra.
No comments:
Post a Comment