Search This Blog

Tuesday, March 15, 2022

Neraka Cermin, menyentil Sisi Gelap dalam Diri Manusia

Judul: Neraka Cermin

Pengarang: Edogawa Rampo

Penerjemah: Anton WP

Tebal: 102 Halaman

Terbit: 2011 

Penerbit : BukuKatta (first published 2005)

ISBN 139789791032506


Kadang, ungkapan jangan menilai buku hanya dari sampulnya saja memang benar adanya. Banyak buku bagus tapi tidak terdeteksi radar pembaca hanya karena sampulnya tidak atau kurang menarik, atau kurang pas. Di era media sosial yang menuntut penampilan visual wah seperti saat ini, sampul buku mau tak mau menjadi pertimbangan penting dalam membeli sebuah buku. Ada ribuan produk buku diluncurkan di linimasa dan juga toko buku, tapi hanya tidak banyak yang mendapatkan perhatian semestinya. Terlalu banyak produk sementara kemampuan membeli dan membaca masyarakat pastinya terbatas. Dalam hal ini, pemilihan sampul yang sesuai (tidak harus bagus, tapi sesuai) bisa menjadi solusi untuk menarik perhatian dari ribuan produk yang juga sama-sama ingin menjadi perhatian. 

Buku kumpulan cerpen yang terbit tahun 2011 ini salah satunya. Buku dengan isi bagus tapi sampulnya kurang cocok. Bukan berarti sampulnya jelek, hanya kurang sesuai. Sekilas pandang, orang akan mengira ini buku komik manga, atau setidaknya buku tentang komik manga. Malah ada gambar Conan Edogawa juga yang ditampilkan. Mungkin memang strateginya untuk menarik pasar yang saat itu belum banyak yang tahu tentang pengarang terkenal dari Jepang ini, Edogawa Rampo. Alhasil, enam kisah misteri di dalamnya seolah terbenam dalam sampul komikal yang terlalu ringan untuk isinya yang berat. 

Edogawa Rampo dikenal juga sebagai Bapak Cerita Misteri dari Jepang. Kepopulerannya bisa disamakan dengan Edgar Allan Poe yang juga menjadi Bapak Cerita Misteri Dunia. Hal yang lebih menarik lagi, Edogawa Rampo ternyata adalah bentuk pelafalan dalam bahasa Jepang dari Edgar Allan Poe. Penulis memang mengidolakan sosok pengarang dari Barat itu. Pengaruh yang juga bisa dilihat dan dirasakan pada karya-karyanya di buku ini. Misteri yang ditawarkan Rampo tidak melulu misteri hantu atau kisah kriminal semata. Mirip dengan Allan Poe, Rampo memadukan antar misteri dan kriminalitas yang kesemuanya erat terkait dengan sisi gelap psikologis manusia. Enam kisah misteri di buku ini membuat pembaca tidak hanya bergidik ngeri, tetapi sekaligus terhibur dan menyadari fakta yang sering dilupakan kalau manusia itu sendiri masih menjadi misteri paling rumit di alam semesta.

Buku ini terdiri atas enam cerita pendek misteri, dengan kekhasan masing-masing. Kisah pertama berjudul Neraka Cermin. Berkisah tentang seorang nerd yang tergila-gila pada cermin. Tidak hanya mengoleksi cermin dari berbagai ukuran dan bentuk, dia juga terobsesi mengelilingi dirinya dengan cermin. Kegilaannya ini berpuncak pada hasratnya untuk masuk ke dunia cermin. Dia membayar para insinyur untuk membuat sebuah bola yang bagian dalamnya dilapisi dengan cermin cekung. Entah apa yang disaksikannya di dalam bola cermin itu, pria itu akhirnya gila betulan. Membayangkan seorang diri dikelilingi cermin yang memantulkan diri pada setiap sisi, pasti akan sangat mengerikan. Mungkin bukan hanya memantulkan fisik, bola cermin itu bisa jadi turut memantulkan kegilaan terdalam dari diri seseorang.

Cerita Jurang ditulis dalam bentuk dialog antara seorang pria dan wanita, tampaknya suami istri. Dialognya panjang tapi enak diikuti, sebelum ditutup dengan klimaks mengejutkan sekaligus menjadi twist di penghujung kisah. Kisah Kembar berkisah tentang seseorang yang menggantikan posisi saudara kembar identiknya. Saya pernah membaca kisah yang serupa karya penulis cerita misteri dari Inggris. Kisah ini sedikit banyak menggambarkan sisi kelam dan sisi baik manusia seperti pada kisah dr. Jeckyl dan tuan Hyde. Kemudian Kursi Bernyawa, cerpen favorit saya di buku ini. Mengisahkan bagaimana jika seseorang menjadikan dirinya sebuah kursi demi memuaskan kegilaannya yang ingin menyentuh wanita-wanita cantik tanpa ketahuan. Cerpen ini juga ditutup dengan spektakuler. Keren memang Rampo.

Dua kisah terakhir, Dua Orang Pincang dan Ulat adalah yang paling gelap aura misteriusnya. Kisah pertama bercerita tentang bagaimana seorang mahasiswa psikologi yang cerdas memainkan sebuah trik psikologis kepada temannya untuk melakukan kejahatan. Sementara Ulat menusuk langsung ke sanubari pembaca, mengajak mereka untuk membayangkan bagaimana hidup dalam sebuah dunia yang begitu terbatasi. Rampo memang pandai sekali mengulik-ulik sisi gelap sekaligus sisi lemah manusia dalam cerita-ceritanya. Membaca buku ini kembali menyadarkan saya akan sifat-sifat gelap yang terpendam serta tersimpan dalam setiap benak manusia. Selain berprasangka baik, sesekali kita memang harus tetap waspada pada sesama manusia. Karena itu tadi, manusia memang masih menjadi mahkluk penuh misteri.

 

1 comment: