Search This Blog

Tuesday, March 8, 2022

Belajar Merelakan lewat Buku How Mastering the Art of Letting Go Will Change Your Life

Judul: The One Skill: How Mastering the Art of Letting Go Will Change Your Life

Penyusun: Leo Babauta

Free ebook, 60 pages

Published April 28th 2014


Berbagai kecemasan dan ketidakpuasan dalam hidup diawali dari fakta bahwa kita sering lupa kalau:

Life isn’t something we control, no matter how much we try.

Kita menginginkan segala sesuatunya ideal, semua sesuai dengan kemauan kita. Perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan orang lain. Tapi, setelah kita berbuat baik kepada orang, sering sekali orang itu tidak balik berbuat baik kepada kita. Kita ingin mereka memperlakukan kita sama dengan kita memperlakukan mereka. Sayangnya, kehidupan tidak selalu berjalan demikian. Selain tidak bisa mengendalikan segala hal dalam hidup, kita juga tidak bisa sepenuhnya mengendalikan orang lain. Kenapa? Karena

Their resistance is natural. People doesn’t have the right habits (neither do you) or perhaps has different priorities than you.

Lalu kudu bagaimana? Ya, Instead, focus on yourself, and be the shining example. Be the compassionate center. Let go of wanting to control people, of wanting to change them.

sadari juga Often one of the greatest sources of frustration is wanting to show others that we’re right, and they’re wrong. This causes us to be angry and insistent, and causes others to be the same way.

Begitu sering kita marah-marah tidak jelas. Tidak apa-apa merasa marah, yang berbahaya adalah hal-hal buruk apa yang mungkin kita lakukan saat sedang marah. Saat marah, ingat selalu bahwa

your anger comes not from the occurrence but because you don’t want the thing to occur.

Maka balik lagi ke poin pertama, kita tidak bisa mengendalikan hidup dan orang lain agar semuanya sesuai dengan keinginan kita. Dan itu tidak apa-apa. Kita hanya manusia bisa, bukan dewa atau muridnya Voldermort. Yang harus dilakukan hanyalah menyadari bahwa kita memang tidak bisa mengendalikan semua. Kita manusia biasa, dengan segala keterbatasan dan kesementaraan. Memang rasanya sulit, mencoba melepaskan idealisme kita tentang bagaimana realita seharusnya berjalan menurut pandangan kita dan menyadari bahwa realita adalah sesuatu yang tidak mungkin sepenuhnya kita kendalikan. Tapi melepaskan idealisme tentang hal-hal di luar kemampuan kita sering kali jauh lebih baik bagi diri kita maupun orang-orang di sekitar.

But the pain of letting go is often very little compared to the benefits of letting go of something that is harming us or people around us.

Hidup memang tak terduga. Kadang mudah, kadang sulit. Tapi seringkali kita hanya menyukai yang mudah dan sangat benci dengan bagian sulitnya. Padahal kehidupan adalah dua sisi mata uang: mudah - sulit, bahagia - menderita, menyenangkan - menyedihkan. Lalu, bagaimana cara untuk bisa menerima sisi "sulit" dari hidup? Dengan menyadari bahwa

Life doesn’t have to be easy — in fact, the hard stuff is how we achieve anything of value. Life doesn’t have to be comfortable — in fact, when we get out of our comfort zone, we grow. He doesn’t have to know what he’s doing — it’s when we do things we don’t know how to do that we learn new things, new skills, and get better at them.

Maka kunci untuk hidup yang tenang dan bahagia adalah

Accept the impermanence. Let go of the ideal, see reality as it is, and respond appropriately.

Without taking anything personally. Just respond to reality.

Jenis idealisme lain yang perlu dikendorkan sedikit adalah tentang "ambis". Seringkali kita mengambil terlalu banyak pekerjaan, terlampau banyak mata kuliah, terlalu berat tanggung jawab sampai lupa kalau kemampuan kita juga ada batasnya. Kalau nggak kena tipes, yan berujung stres. Untuk itu, pahami dulu:

Accept the situation: you have a ton of work, and limited time. Use the limited time wisely by doing one thing at a time, as best you can given your time limitations, then do the next thing. You can’t do more than one thing at a time, so get focused, get your work done, and accept your limitations.

Dan ini salah satu nasihat yang paling relate buat saya, karena terkait dengan fisik yang nggak "good-looking." Buat teman-teman yang juga merasa nggak goodlooking, mari sama-sama kita pahami bahwa:

You’ll never get to an ideal body (that’s fantasy) but you can 1) learn to be grateful for your body as it is, and 2) focus on health. Do healthy things, like eating vegetables and less junk, exercising and meditating. That’s more productive than comparing your body to a fantasy.

Dengan bahasa lain, menjadi goodlooking itu bawaan tapi menjaga tubuh tetap sehat adalah pilihan. Terakhir, berikut ini langkah-langkah untuk mengurangi kecemasan dan membuat hidup lebih damai dan tenang.


1. See how the ideal is making you suffer.

2. See how the ideal is making the situation worse (you being angry only hurts your relationship, you being unhappy causes you to comfort yourself with food, etc.).

3. Try putting aside your ideal and anger.

4. Turn to your suffering, accept the suffering, and comfort yourself.

5. See the other person or the situation as it really is. See that the other person is suffering too. Accept the other person as they are, accept the situation as it is.

6. Give the other person compassion.

7. Deal calmly with the situation appropriately. Find ways to make the situation better if there’s a problem to be solved.

Be grateful. 

No comments:

Post a Comment