Search This Blog

Thursday, October 21, 2021

PAMALI 2, Kearifan dan Bentuk Larangan

 Judul: #Pemali, Segerombolan Komik tentang Mitos dan Pantangan

Penyusun: Norvan Pecandu Pagi

Tebal: 128 hlm

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


Jangan duduk di bantal, nanti pantatnya bisulan.

Jangan keluar rumah saat magrib atay senja hari, nanti digondol setan.

Jangan duduk di atas meja, jangan makan di depan pintu, jangan menebang pohon yang rindang, jangan begini dan jangan begitu nanti ini dan anu.

Kita sepertinya sudah akrab dengan berbagai pamali atau pantangan di atas. Terutama bagi yang sempat mengalami era 90-an ke bawah, pasti koleksi pamali yang pernah didengarnya lumayan banyak. Bila dipandang dengan sudut pandang manusia modern dan logika, memang pamali ini kayak nggak ada hubungannya, nggak logis banget, sekadar omong kosong. Apa coba hubungannya duduk di atas bantal dengan bisul di pantat? Atau, masakan yang terlalu asin menandakan seseorang pengen cepat menikah. Hubungannya dimana?

Tetapi mari coba kita lihat dari sudut pandang Paman Iroh atau Dumbledore deh *halah jauh banget" Maksudnya kita pandang pamali ini dari kaca mata kearifan. Orang zaman dulu sering kali mendapatkan kearifan dari pengalaman, kadang ilham. Banyak yang kemudian tidak mampu menjelaskan alasan di balik dilarangnya sesuatu secara gamblang, padahal itu benar adanya. Siapa tahu, pamali menjadi cara ampuh untuk menjawab pertanyaan "mengapa tidak boleh?" dari orang zaman dulu, yang mungkin bila dijelaskan secara logis pun belum tentu dia mudeng.

Dengan demikian, pamali menjadi jalan pintas untuk menjelaskan sesuatu yang sulit dijelaskan atau mungkin yang dijelaskan susah untuk memahaminya. Ibaratnya, caranya bisa bermacam-macam asalkan tujuan baiknya tercapai. Kita yakin, pamali - pamali ini juga dibuat untuk tujuan baik semata. Sebagai warga yang katanya modern dan memiliki akses mudah ke sumber-sumber ilmu, mari kita mulai memandang pamali atau pantangan ini dari substansinya.

Siapa tahu, dilarang duduk di atas bantal tidak diperbolehkan karena bantal adalah tempat istirahatnya kepala saat kita tidur. Jangan pergi saat senja hari adalah upaya melindungi diri dari musibah kecelakaan karena pergantian hari adalah saat ketika mata masih menyesuaikan diri dengan perubahan cahaya dari terang ke gelap sehingga mungkin akan silap sejenak. Dan, siapa tahu juga, masakan asin bukan tanda seseorang ingin segera menikah, tetapi dorongan agar anak mau belajar masak jika tidak ingin segera dijodohkan.

 Bangsa kita memang kaya ya.

1 comment:

  1. Bener banget, dulu pas kecil banyak banget pamali-pamali yang diucapkan orang tua. Dan begitu SMP saya paham tujuannya, untuk mengendalikan anak-anak dari beberapa hal yang kurang elok. Misal pamali duduk di tengah pintu nanti susah jodoh, maksudnya biar nggak menghalangi orang lewat. Pamali makan piringnya ditanggeuy (ditaruh di telapak tangan) ternyata biar gak jatuh piringnya. Ataua pamali makan sambil tiduran nanti jadi kuul (semacam ulat tanah) nanti ibunya meninggal ternyata agar nggak keselek.

    Kearifan jaman dulu dengan pamali ampuh untuk mengendalikan kebiasaan orang-orang. Apalagi biasanya disampaikan kepada anak-anak.

    ReplyDelete