Search This Blog

Saturday, August 14, 2021

Tidak Semua Seks itu Jorok, Rumit Iya

 Judul: Tidak Semua Seks itu Jorok

Penulis: Hendri Yulius

Tebal: 292 hlm

Cetakan: Pertama, 292 halaman

Penerbit: Elex Media Komputindo



Tidak semua seks itu jorok, tetapi yang jelas seks itu ternyata rumit. Apa yang selama ini dilabeli sebagai aktivitas paling intim antara dua orang di ruang privat ini ternyata mencakup begitu banyak keragaman sekaligus keterkaitan. Tidak melulu perbedaan antara pria dan wanita, tetapi juga mencakup  hubungan seksual di luar norma yang dianggap umum seperti homoseksual, lesbianism, trans, hingga apakah ada di antara kita yang benar-benar normal. Dengan menghamburkan puluhan buku, jurnal ilmiah, dan hasil penelitian dari mancanegara, penulis menggeliti pembaca dengan aneka pertanyaan dari pertanyaan-pertanyaan yang saat ini sedang dan masih dipertanyakan terkait seksualitas manusia. Jadi, jangan berharap mendapatkan sebuah buku tentang seks di ranjang di sini. Tetapi jika Anda peminat kajian gender, buku ini bakal jadi favorit

Lebih dari urusan ranjang semata, buku ini lebih jauh mengajak pembaca melebarkan ranah pandangannya pada topic-topik sensitif dengan teori yang seabrek-abrek. Bagaimana misalnya, keberhasilan perjuangan kelompok LGBT untuk melegalkan pernikahan sesama jenis di sejumlah negara ternyata masih menimbulkan polemic lain. Begini, jika hubungan seks antara gay yang sudah menikah adalah hal yang dianggap sesuai aturan, maka gay yang berhubungan seks tanpa ikatan pernikahan adalah tindakan yang melawan norma. Ini ibarat hubungan seks di luar nikah pada pasangan heteroseksual. Jika demikian, apakah pasangan gay yang sudah menikah adalah lebih baik dari yang tidak? Padahal umum saja masih belum sepenuhnya bisa menoleransi kelompok ini, apalagi pernikahannya. Mumet bukan?

Pertanyaan-pertanyaan penulis terkait dunia seksualitas bisa dibilang agak terlalu maju jika dilontarkan di negeri ini, pada saat ini. Sumber penelitian utama yang banyak di sitir terutama adalah karya Michel Foucault yang berjudul The History of Sexuality (ini sudah ada terjemahannya belum ya dalam bahasa Indonesia). Lewat karya ini, penulis kemudian memantik ragam diskusi menyorot berbagai fenomena kekinian yang tidak bisa lepas dari seksualitas. DI antaranya, kasus Lucinta Luna yang dulunya adalah lelaki, pemerkosaan lelaki oleh perempuan, kehebohan Jonathan Christie yang memamerkan perut sixpacknya, hingga ramainya aplikasi dating yang memungkinkan orang sekarang melakukan aktivitas seksual secara daring.

Menarik melihat aneka pertanyaan yang mengusik dari penulis di buku ini. Misalnya saja, pembedaan antara pria sebagai mahkluk Mars dan wanita sebagai mahkluk Venus yang terus menerus digembar-gemborkan menurut penulis ternyata malah mengancam upaya perjuangan persamaan hak antara pria dan wanita. Temuan menakjubkan yang telah membantu memperbaiki hubungan percintaan antara pria dan wanita ini diutak atik lagi. Seperti hendak menggugat bahwa pria dan wanita memang berbeda tetapi setara secara hak dan kewajiban. Seolah fakta bahwa keduanya memang berbeda secara fisik adalah sesuatu yang harus diluruskan lagi. Lalu maunya bagaimana? Duh saya sendiri juga pusing. Tetapi tidak semua pertanyaan dan rasa penasaran harus dijawab dan dipuaskan menurut saya.

Banyak teori dan gagasan yang diketengahkan di buku ini menurut saya terlalu maju untuk diterapkan di Indonesia. Sementara kita masih berjuang dalam masalah kesetaraan perempuan dan pria, buku ini mengajak pembaca mumet-mumet memikirkan bahwa buku-buku self-help atau penuntun pribadi itu sebagai sebuah cara keliru dalam memperbaiki diri karena diri menjadi penuhi aturan ini dan itu. Benar kata seorang pembaca lain, buku ini mungkin tidak cocok dibaca mereka yang tidak menjadikan seks sebagai suatu kajian, hanya semata bagian dari normalnya kehidupan. Buku ini mungkin memang diperuntukkan bagi peminat kajian gender dan bidang-bidang lain terkait dengannya. Pertanyaan-pertanyaan "liar" di dalamnya sangat asyik untuk memantik perdebatan dan diskusi di ruang-ruang ilmiah, tetapi hanya akan jadi sekadar teori semata di luaran sana. 

 

No comments:

Post a Comment