Search This Blog

Monday, August 16, 2021

Pustaka Alam Life Evolusi; Buku dalam Ensiklopedi

Judul: Evolusi (Seri Pustaka Alam Life)

Penyusun: Ruth E. Moore dan Tim Editor

Tebal: 200 hlm

Penerbit: Tira Pustaka

Cetakan: Kedua, 1982


Sebagai sebuah buku ensiklopedi ilmu pengetahuan, buku terbitan tahun 1979 (cetul 1982) ini tentu sudah tidak up to date lagi. Dalam rentang masa hampir 40 tahun semenjak terbit, tentu sudah muncul banyak penemuan dan informasi baru terkait evolusi. Tetapi selebihnya, buku ini ditulis dengan bagus, diterjemahkan dengan baik sekali, dan dilengkapi ilustrasi serta foto-foto ala National Geographic. Penggarapannya yang serius bisa dilihat pada barisan buku referensi di bagian daftar pustaka. Proses penerjemahannya pun berkonsultasi dengan para dokter ahli. Format hard cover dengan jilid yang kuat, sampai puluhan tahun buku ini masih bertahan dan tidak lepas jilidnya. Buku-buku ensiklopedi terbitan lama memang digarap dengan maksimal.

Saya suka dengan terjemahannya yang minim sekali menyerap kata asing. Semua fauna dan flora diterjemahkan atau diusahakan dicarikan padanannya dalam versi bahasa Indonesianya, dan itu kenangan banget (bengkarung, kaktus pir, burung peniru, angsa batu, prenjak, burung punjung, dan ercis). Mengingatkan saya pada buku-buku tahun 80-an yang tidak terbeli tapi hanya bisa meminjamnya secara antri di taman bacaan tahun 1990an. Senang sekali bisa mengumpulkan dan memilikinya sekarang. Harganya juga lumayan murah di loka pasar, antara Rp20.000 sampai Rp100.000 tergantung kondisi buku (dan penjualnya).

Terkait evolusi, ada satu nama yang langsung muncul di benak saya: Charles Darwin. Bagian awal buku ini mengisahkan ulang bagaimana Darwin sampai pada penciptaan teori evolusi mulai dari masa mudanya hingga ekspedisinya ke Kepulauan Galapagos. Dari buku ini saya tahu kalau Alfred Russel Wallace juga telah menghasilkan simpulan yang sama dengan Darwin setelah ekspedisinya ke Kepulauan Nusantara. Dikisahkan, Wallace duluan yang menemukan teori ini dan Darwin mengakuinya, tetapi keduanya bersahabat jadi ya begitulah.

Salah satu yang menarik adalah bab tentang pewarisan gen. Pembahasan tentang Gregor Johann Mendel dalam uji cobanya menggunakan biji ercis sungguh luar biasa. Ketekunan dan kecintaannya pada ilmu pengetahuan ternyata tidak berbalas. Dunia baru mengetahui betapa pentingnya temuan Mendel belasan tahun setelah beliau wafat. Dituturkan dengan bahasa yang nyaris seperti bercerita, membuat kisah orang hebat ini lebih mudah diikuti. Saya malah lebih paham setelah baca ini ketimbang pas baca materi tentang genetika ini di SMA dulu. Andai buku-buku ensiklopedi seperti ini bisa lebih banyak dijangkau pembaca Indonesia, pasti akan lebih banyak ilmuwan lahir dari negeri ini.

Sepertinya harus mulai mengumpulkan seri Pustaka Alam edisi LIFE ini lagi, untuk kepentingan menimbun, eh koleksi tentu saja. 

1 comment:

  1. Buku lawas yang berbobot. Tapi sayang, mungkin saat ini penggunaan buku penunjang begini jarang dipakai di sekolah. Padahal bagus jika diperkenalkan sejak dini, di sekolahan. Saya jadi ingat pas SMP dulu, saya rajin meminjam buku ensiklopedia di perpustakaan karena gambar-gambarnya bagus. Dan saya tahu, hanya saya yang mau meminjam buku tersebut.

    ReplyDelete