Search This Blog

Monday, August 16, 2021

Ngakak sambil Kesel baca Kelakukan Politikus dalam Humor Politik Indonesia

Humor politik indonesia

Zaenuddin HM

Paperback, 254 pages

Published September 2003 oleh Pustaka Sinar Harapan

ISBN9794167932


Mengalami masa muda dan mencoblos pertama di tahun 2000an awal membuat saya akrab dengan guyonan politik di buku ini. Kala itu, Orde Baru dan Pak Harto baru saja jatuh, seluruh negeri larut dalam euforia kemenangan yang setelah dipikir lagi ternyata hanya sebatas euforia karena yang ganti hanya politikusnya, tapi tidak kelakuannya. Korupsi terutama, masih berjalan dan birokrasi tidak jauh berbeda dengan orde sebelumnya (untungnya sudah ada peningkatan yg cukup mencolok sejak 2010 ke atas dalam keteraturan berpolitik). Tetapi kala itu media sosial belum hadir sebagai wahana menyampai aspirasi sehingga orang hanya bisa berpolitik lewat media massa.

Media massa pada 2000 hingga 2005 menjadi puncak kebebasan berekspresi di Indonesia. Saya masih ingat kala itu anak anak SMA bisa dengan mudah membeli majalah semi panas di lapak majalah pinggir jalan. Kebebasan berekspresi ini juga muncul dalam ranah politik, ketika wartawan, tokoh, budayawan dan siapa pun dengan lancarnya melontarkan kritik yang begitu bebasnya kepada para politikus kala itu. Tiga pejabat yg paling sering mendapat sorotan adalah Megawati, Amin Rais, dan juga Gua Dur. Membaca humor di buku yang terbit tahun 2003 ini, mereka yg berpolitik di tahun 2015 ke atas mungkin akan geleng geleng time line melihat begitu lepasnya penulis mengkritik para politisi. Lepas banget pokoknya.

Politik adalah dunia yang keras. Dunia yang akrab dengan kepentingan dan kawan jadi lawan, lawan jadi kawan. Mengkritik politisi kadang malah berakhir di bui, tetapi karena saat itu yg melancarkan kritik rata-rata kalo nggak wartawan ya tokoh ternama (yang mungkin dekat dengan dunia politik bahkan kenal baik orangnya) sehingga yang dikiritik pun mungkin sudah maklum. Apalgi jika di belakangnya ada embel embel hahaha atau cengengesan, atau kalau bahasa anak zaman sekarang: Canda, cengengesan. Kasusnya mungkin berbeda kalau humor humor ini dilontarkan sekarang di media massa.

Buku ini berisi 196 cerita humor di dunia politik tetapi hanya dari era itu. Tokoh yang dihumorkan yakni Pak Harto, Tommy Suharto, Akbar Tanjung, Megawati, Amin Rais, dan Gus Dur. Banyak humor yang jayus sih alias Oldies, tapi saya salut sama kepiawaian penulis yang mengumpulkan, membikin, dan mengarang ratusan humor ini. Walau tidak orisinal tetapi kerja penulis tampak nyata di buku ini. tidak sekadar kopas tetapi ada upaya 'menulis humor lama dengan gaya baru.' Melihat latar belakangnya yang wartawan, tidak heran jika tulisan di buku ini begitu mengalir dan rapi. Jelas kalau penulisnya orang yang benar kompeten di bidang pekerjaannya.

Humor favorit: apa perbeedaan menelpon operator dan menelepon politisi?

Menelpon Operator: Maaf, mohon hubungi kembali beberapa saat lagi.

Menelpon politisi: Maaf, mohon hubungi kembali beberapa TAHUN lagi.

No comments:

Post a Comment