Search This Blog

Monday, February 1, 2021

Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta, Drama Rasa Cerpen

Judul: Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta
Pengarang: Puthut EA
Cetakan: Maret 2009
Tebal: 125 hlm
Penerbit: INSIST Press



Drama rasa cerpen mungkin ungkapan yang tepat untuk buku ini. Dua lakon drama karya Puthut EA: satu dengan tema beda yang tidak biasa dan satu lagi tema biasa tapi diolah jadi beda. Deleilah Tak Ingin Pulang dari Pesta mengisahkan dunia waria lengkap dengan segala pelik dukanya. Tidak hanya menghadapi stigma masyarakat, mereka juga kesulitan dalam hal ekonomi apalagi menemukan ekspresi diri. Paling miris adalah menemukan posisi di mana mereka dapat diterima oleh masyarakat. Dan tempat-tempat sperti itu tidak banyak: salon, perancang busana, dan panggung hiburan. Dalam drama ini, panggung hiburan menjadi tempat untuk mengekspresikan diri tiga orang waria: Rosiana, Luna, dan Happy.

Orang-orang seperti mereka ini, selain rentan oleh perisakan, juga rentan dimanfaatkan. Kadang, keberadaan mereka dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang hanya hendak mencoba menggali pundi-pundi rupiah atas nama pembinaan atau melawan diskriminasi pada para kaum tersisih. Dengan berbagai perkataan dan jargon yang menyundul langit, berbusa-busa orangorang ini mempengaruhi kaum liyan ini dengan embel-embel demokrasi, diskriminasi, dan apa pun itu yang sering kali orang yang hendak mereka edukasi itu tidak pahami. Dengan iming-iming ketenaran dan kesuksesan, para liyan ini dipaksa dan dimanfaatkan. Padahal, digambarkan bahwa orang-orang seperti tiga tokoh utama buku ini tidak butuh banyak dan serba tinggi, hanya sebatas: penerimaan. Sungguh dobel damage-nya: sudah dianggap liyan, dimanfaatkan pula.

Kapasitas Puthut EA sebagai penulis yang setidaknya banyak baca-nya tampak dalam tulisan-tulisannya, termasuk naskah drama yang sediakan akan dipentaskan untuk acara FKY ini. Saya membayangkan, penulis dan sutradara memegang kamus bahasa gaul ala Derby Sahertian untuk mencocok-cocokan penulisan adegan. Banyak kata-kata "gaul" (yang cenderung digunakan di dunia waria dan bukan dunia gaul anak zaman sekarang) didayagunakan di kisah pertama. Tapi kisah mereka yang liyan tidak melulu mereka yang hanya pasrah terlipas dominasi zaman. Puthut EA mampu menghasilkan sebuah ending yang melawan, sebagaimana para waria di kisah ini yang pada akhirnya memutuskan untuk berjuang dengan kaki dan tangan mereka sendiri, tidak menunggu uluran LSM yang sering kali hanya keroyokan proyek.

Drama kedua Jam 9 Kita Bertemu mengusung tema biasa: cinta segitiga. Dua perempuan, satu pria. Si pria sudah beristri, sementara dua selingkuhannya tidak saling mengetahui kalau keduanya berselingkuh dengan cowok yang sama, padahal kedua perempuan itu sahabat dekat. Berbeda dengan drama pertama yang bermain plot, drama kedua ini banyak mengobral dan mengumbar kata-kata puitis semacam: "Mengingat adalah cara merawat kenangan", atau "hidup ini kadang-kadang seperti roti lima rasa, kita yang menunggu dan berjuang tapi orang lain yang dapat rasa terenaknya," atau lagi  "ternyata benar kata orang, uang yang gampang dapat pasti gampang pergi. Dapat banyak tetapi tiba-tiba kebutuhanku menumpuk." Tetapi satu yang paling saya sukai yang ini: "Jangan meletakkan perasaanmu di siku, agar tidak gampang kesenggol."

Lepas dari kepiawaian penulis mengobral petuah petitih yang klise namun hore, penulis sebagaimana berhasil mengadon semacam jurnalisme sastrawi. Termasuk dalam meracik drama dengan rasa cerpen di buku ini. Tidak semua cerpenis mampu menulis sebuah naskah drama, dan tidak pula setiap cerpenis bisa menulis naskah drama yang renyah, tidak membosankan, dan terasa seperti membaca cerpen. Buku ini memenuhi kualifikasi yang terakhir. 

3 comments:

  1. aku termasuk penggemar karya karya puthut Ea, tapi beberapa masih dalam kondisi bersampul plastik...baru mau coba kubaca, masih nunggubwaktu selow

    namun mampir ke sini dapat referensi karya puthut yang lain yang kali ini objek penceritaannya profiling seputar waria berikut konflik konflik sosialnya di tengah kerasnya gempuran judgment masyarakat sekitar dan juga bagaimana cara mereka bisa survive secara ekonomi

    aku jadi membayangkan tadi ada bagian dialog dialog yang menyisipkan banyak iatilah istilah gaul macam yang pernah hits dikibarkan artis senior debby sahertian...

    menarik reviewnya mas...keep reading always ya hehe

    ReplyDelete
  2. AJOQQ agen jud! poker online terpecaya dan teraman di indonesia :)
    gampang menangnya dan banyak bonusnya :)
    ayo segera bergabung bersama kami hanya di AJOQQ :)
    WA;+855969190856

    ReplyDelete