Judul: Keadaan Jakarta Tempo Doloe: Sebuah Kenangan 1882
– 1959
Penyusun: Tio Tek Hong
Cetakan: Desember 2007
Tebal: 129 hlm
Penerbit: Masup Jakarta
Sejarah suatu kota juga dapat dibaca dari
jurnal-jurnal warga yang pernah menghuninya. Walaupun tercampur dengan pendapat
pribadi yang kadang melenceng jauh dari topik yg sedang dibahas, sebuah jurnal personal
memiliki keunggulan yang jarang dimiliki buku yang ditulis sejarahwan:
kejujuran. Buku karya Tio Tek Hong ini salah satu jurnal hidup yang dapat
menjadi dokumen sejarah sebagaimana disebut di atas. Tujuan awalnya merekam
perjalanan hidup penulisnya tahun 1882 sampai 1959. Pada saat yang bersamaan,
buku ini menggambarkan begitu banyak hal tentang kondisi sosial, budaya, dan
juga sejumlah kondisi arsitektural dari kota Batavia Tempo Doeloe.
Seperti dituliskan dalam pengantar buku ini, kita
masih sangat kekurangan pustaka tentang kondisi negeri ini di era tempo dulu.
Pun jika ada (dan jumlahnya juga sangat terbatas), kebanyakan ditulis oleh
orang Belanda atau Inggris dengan sudut pandang kolonialis yang tentu saja
berat sebelah. Dalam kasus kota Batavia, catatan2 yang ada didominasi oleh
keinginan nostalgia dengan hanya mengingat yang indah indah saja dari kota ini.
Penulis biasanya hanya fokus pada orang orang barat dan sedikit sekali mengulas
pribumi yang mungkin dianggap sebagai golongan eksotis dan ketinggalan zaman.
Karena itulah, sulit untuk memantau bagaimana kondisi bangsa ini pada zaman itu
karena tertutup oleh limpahan hal-hal bernuansa kolonial.
Buku karya Tio Tek Hong ini termasuk sedikit
diantara tulisan 'pribumi' yang merekam dengan jujur dan apa adanya kondisi
atau keadaan Jakarta Tempo Doeloe. Syukurlah saya tidak menemukan banyak
gambaran tentang perilaku orang barat di sini kecuali sikap mereka yang
menganggap diri kelas satu dan tidak mau dibaurkan dengan kalangan kelas dia
(Asia timur, India, Arab, dan orang2 kaya atau bangsawan) apalagi kelas tiga
(penduduk asli Jawa). Terlihat sekali bagaimana si penulis (meski dia beretnis
Tionghoa dan menjunjung tinggi adat leluhur) menjadi seorang warga pribumi
Betawi yany sangat lengket dengan tempat dia tinggal. Segala seluk beluk
Batavia digambarkannya sebagaimana kota kelahiran yang sangat diakrabinya tanpa
ada perbedaan status dengan orang orang asli. Memang sudah seharusnya demikian
karena pribumi dan Tionghoa sudah lama membaur di Batavia sejak 1700an.
Apa yang menarik dari buku ini adalah kita bisa
mengintip sekilas kondisi Batavia di awal abad 20. Walau banyak kejadian
digambarkan ringkas saja (seperti peristiwa Letusan Krakatau dan kemunculan
komet Halley), ini sudah cukup menjadi penambal atau penambah kekayaan ingatan
kita yang sebelumnya mungkin sudah diisi dari sumber sumber lain. Misalnya
saja, dari buku ini kita jadi yakin bahwa Jakarta dulu memang pernah punya
kereta trem yang dijalankan dengan kuda maupun dengan sumber tenaga. Kemudian
kondisi sosial Batavia yang baru mengenal modernitas seperti radio, lampu listrik,
automobil, bahkan sepeda.
Kekayaan lain buku ini adalah nuansa Tionghoanya
yang lumayan kental. Walau sedikit, kita bisa mengintip beragam perayaan, adat,
dan juga kebiasaan orang Tionghoa dan Batavia. Foto foto yang dilampirkan juga
sangat menggugah nostalgia akan keberadaan sebuah kota lama yang ternyata dari
dulu pun sudah macet. Banyak tempat seperti Gunung Sahari, yang awalnya bernama
Tionghoa, juga bangunan-bangunan Pecinan yang dulu menghiasi banyak tempat di
Batavia. Ini seharusnya menjadi pengingat bahwa Jakarta tidak dibangun oleh
pribumi saja, tapi banyak andil dari etnis lain di dalamnya.
Penulis juga turut membagikan resep awet mudanya
yang bisa tetap sehat dan pikirannya masih terang sampai usia 84. Bahkan
penulisan buku ini yang sepenuhnya didasarkan pada ingatan si penulis yang
sudah sepuh adalah bukti tak terbantahkan dari kesehatan mental sang penulis.
Resepnya ternyata tidak jauh beda dengan apa yg dikatakan banyak ahli modern:
Olahraga teratur, jangan bergadang, bangun pagi hari, makan buah dan sayur,
jangan merokok dan jangan minum minuman keras, serta sesekali melakukan pelesir
agar tetap bersemangat. Sebuah buku tipis yang ternyata sangat kaya.
Antara
"diri menjadi tua" dengan "merasa diri jadi tua" adalah
perbedaan besar sekali.
AJOQQ agen jud! poker online terpecaya dan teraman di indonesia :)
ReplyDeletegampang menangnya dan banyak bonusnya :)
ayo segera bergabung bersama kami hanya di AJOQQ :)
WA;+855969190856