Search This Blog

Wednesday, January 6, 2021

Vita Brevis, Sebuah Gugatan untuk Orang Suci

Vita Brevis

Jostein Gaarder, VAM Kaihatu (Translator)

154 pages

Published 2005

by Jalasutra



 
 

Pertama-tama kita harus hidup, kemudian baru kemudian kita berfilsafat.

Musim semi 1995, dalam sebuah kunjungannya ke sebuah pameran buku di Buenos Aires, Argentina, Gaarder menyempatkan mengunjungi sebuah toko barang loak. Di antara tumpukan koleksi naskah tua, dia melihat sebuah kotak bertuliskan Codex Floriae yang ditulis atau disalin ulang sekitar abad ke-16. Kumpulan tulisan itu ternyata adalah surat-surat yang ditulis oleh seorang wanita terpelajar bernama Floria kepada Aurelius Agustinus, uskup dari Hippo, atau yang lebih dikenal sebagai Santo Agustinus (St. Agustine). Santo Agustinus (354 - 430 M) adalah salah satu tokoh suci yang dihormati dalam tradisi Katolik. Uskup ini menulis Surat-Surat Pengakuan  yang kemudian menjadi salah satu karya penting baik dalam dunia Katolik sekaligus khazanah sastra Barat karena kandungannya yang begitu dalam akan doktrin keagamaan sekaligus filsafat.

Ia yang menginginkan banyak, tidak akan pernah puas.

Dalam Surat-Surat Pengakuan, Santo Agustinus mengisahkan kehidupan masa mudanya yang begitu jauh dari nilai-nilai kristiani. Dia bahkan pernah tinggal serumah dengan seorang wanita (yang tidak disebutkan namanya) selama dua belas tahun tanpa ikatan perkawinan yang sah hingga membuahkan seorang putra. Penulis Codex Floriae adalah Floria yang mengaku sebagai wanita yang pernah tinggal dan hidup bersama Agustinus dalam masa dua belas tahun tersebut. Surat-surat yang kemudian diterjemahkan oleh Gaarder ini berisi gugatan Floria kepada karya  Surat-Surat Pengakuan Agustinus sekaligus untuk menanggapi sejumlah isu yang tidak dia setujui terkait apa yang dituliskan mantan kekasihnya tersebut.

Jika orang-orang bodoh ingin menghindar dari perbuatan yang salah, mereka biasanya malah melakukan hal yang sebaliknya.

Floria terutama mengugat keengganan Agustinus dalam menyebut atau membeberkan dirinya sebagai si wanita yg disebut Agustinus dalam pengakuannya. Terutama karena sang orang suci menurutnya masih sangat mencintainya dan terus terkenang akan sosoknya. Floria menuduh pria itu takut kepada ibunya yang memang tidak merestui hubungan keduanya. Wanita itu juga menuduh Agustinus menggunakan kehendak Tuhan sebagai alasan untuk menyembunyikan sosok wanita yang pernah sangat dicintainya itu.

Surat surat Floria begitu kaya akan kutipan para filsuf Yunani, namun gugatannya tidak sampai menjatuhkan nilai nilai religius yg dianut Agustinus. Dalam banyak kasus, filsafat itu malah memperkaya nilai nilai agama. Wanita itu sendiri juga mengaku tetap sebagai umat Katolik meskipun tidak mau dibaptis.

Kupikir kau sudah mengetahui betapa berbahayanya memisahkan sebuah kalimat dari konteksnya?

Salah satu perdebatan menarik keduanya adalah seputar makna kehidupan. Agustinus sebagaimana doktrin Katolik menjunjung tinggi kehidupan surgawi setelah kematian dan bahwa dunia hanyalah tipuan yang menjauhkan kita semua dari Tuhan. Baginya kebahagiaan sejati adalah kelak disurgaNya. Floria menggugat dengan filsafat stoiknya yang menyebut bahwa dunia yang sejati adalah sekarang dan saat ini, di situlah kebahagiaan yg benar benar bisa kita miliki dan rasakan: saat ini, di sini.

Inilah dunia dan ia hadir di sini saat ini. Di sini, dan sekarang.

Floria juga sedikit mengugat peran wanita yang dianggap tidak lebih dari sebagai penggoda yang menjauhkan dirinya dari mencintai Tuhan. Dalam pandangannya, Tuhan menciptakan wanita sebagaimana menciptakan pria, keduanya ada karena memang harus demikian adanya.  Lewat wanita lah pria bisa  terlahir di dunia dan dunia menjadi mengada. Tidak mungkin Tuhan menciptakan wanita yang sedemikian mulia kalau hanya bertujuan untuk menggoda para pria.

Karena serigala hanya mengganti kulitnya, dan itu tidak akan pernah bisa mengubah sifatnya.

Membaca Codex Floriae ibarat menyimak perdebatan retorik antara seorang ahli filsafat Yunani dengan seorang teolog Katolik. Isinya kalau nggak bikin pendengar kagum, pasti manggut-manggut dan sibuk mencatat poin-poin pentingnya. Kita jadi tahu bahwa Floriae ternyata seorang wanita terpelajar. Akhirnya, buku ini tidak kemudian hendak menjatuhkan sang sosok suci. Vita Brevis menjadi sebuah dokumentasi dari awal mula perkembangan filsafat barat yang coba dipadukan dengan nilai nilai Katolik. Sebuah karya yang sangat memperkaya ranah filsafat untuk pembaca umum.

Kalau saja kau tetap diam, orang mungkin percaya bahwa kau bijaksana.


NB: Ada sedikit kesalahan redaksional di halaman belakang. Bangsa Arab menginvasi Afrika Utara pada abad ke-7 M bukan abad ke-17 M. 


1 comment: