Vita
Brevis
Jostein
Gaarder, VAM Kaihatu (Translator)
154
pages
Published
2005
by
Jalasutra
Pertama-tama kita harus hidup, kemudian baru
kemudian kita berfilsafat.
Musim semi 1995, dalam sebuah kunjungannya ke sebuah
pameran buku di Buenos Aires, Argentina, Gaarder menyempatkan mengunjungi
sebuah toko barang loak. Di antara tumpukan koleksi naskah tua, dia melihat
sebuah kotak bertuliskan Codex Floriae yang ditulis atau disalin ulang sekitar
abad ke-16. Kumpulan tulisan itu ternyata adalah surat-surat yang ditulis oleh
seorang wanita terpelajar bernama Floria kepada Aurelius Agustinus, uskup dari
Hippo, atau yang lebih dikenal sebagai Santo Agustinus (St. Agustine). Santo
Agustinus (354 - 430 M) adalah salah satu tokoh suci yang dihormati dalam
tradisi Katolik. Uskup ini menulis Surat-Surat
Pengakuan yang kemudian menjadi
salah satu karya penting baik dalam dunia Katolik sekaligus khazanah sastra
Barat karena kandungannya yang begitu dalam akan doktrin keagamaan sekaligus
filsafat.
Ia
yang menginginkan banyak, tidak akan pernah puas.
Dalam Surat-Surat Pengakuan, Santo Agustinus
mengisahkan kehidupan masa mudanya yang begitu jauh dari nilai-nilai kristiani.
Dia bahkan pernah tinggal serumah dengan seorang wanita (yang tidak disebutkan
namanya) selama dua belas tahun tanpa ikatan perkawinan yang sah hingga
membuahkan seorang putra. Penulis Codex
Floriae adalah Floria yang mengaku sebagai wanita yang pernah tinggal dan
hidup bersama Agustinus dalam masa dua belas tahun tersebut. Surat-surat yang
kemudian diterjemahkan oleh Gaarder ini berisi gugatan Floria kepada karya Surat-Surat
Pengakuan Agustinus sekaligus untuk menanggapi sejumlah isu yang tidak dia
setujui terkait apa yang dituliskan mantan kekasihnya tersebut.
Jika
orang-orang bodoh ingin menghindar dari perbuatan yang salah, mereka biasanya
malah melakukan hal yang sebaliknya.
Floria terutama mengugat keengganan Agustinus dalam
menyebut atau membeberkan dirinya sebagai si wanita yg disebut Agustinus dalam
pengakuannya. Terutama karena sang orang suci menurutnya masih sangat
mencintainya dan terus terkenang akan sosoknya. Floria menuduh pria itu takut
kepada ibunya yang memang tidak merestui hubungan keduanya. Wanita itu juga
menuduh Agustinus menggunakan kehendak Tuhan sebagai alasan untuk
menyembunyikan sosok wanita yang pernah sangat dicintainya itu.
Surat surat Floria begitu kaya akan kutipan para
filsuf Yunani, namun gugatannya tidak sampai menjatuhkan nilai nilai religius
yg dianut Agustinus. Dalam banyak kasus, filsafat itu malah memperkaya nilai
nilai agama. Wanita itu sendiri juga mengaku tetap sebagai umat Katolik
meskipun tidak mau dibaptis.
Kupikir
kau sudah mengetahui betapa berbahayanya memisahkan sebuah kalimat dari
konteksnya?
Salah satu perdebatan menarik keduanya adalah
seputar makna kehidupan. Agustinus sebagaimana doktrin Katolik menjunjung
tinggi kehidupan surgawi setelah kematian dan bahwa dunia hanyalah tipuan yang
menjauhkan kita semua dari Tuhan. Baginya kebahagiaan sejati adalah kelak
disurgaNya. Floria menggugat dengan filsafat stoiknya yang menyebut bahwa dunia
yang sejati adalah sekarang dan saat ini, di situlah kebahagiaan yg benar benar
bisa kita miliki dan rasakan: saat ini, di sini.
Inilah
dunia dan ia hadir di sini saat ini. Di sini, dan sekarang.
Floria juga sedikit mengugat peran wanita yang
dianggap tidak lebih dari sebagai penggoda yang menjauhkan dirinya dari
mencintai Tuhan. Dalam pandangannya, Tuhan menciptakan wanita sebagaimana
menciptakan pria, keduanya ada karena memang harus demikian adanya. Lewat wanita lah pria bisa terlahir di dunia dan dunia menjadi mengada.
Tidak mungkin Tuhan menciptakan wanita yang sedemikian mulia kalau hanya bertujuan
untuk menggoda para pria.
Karena
serigala hanya mengganti kulitnya, dan itu tidak akan pernah bisa mengubah
sifatnya.
Membaca Codex
Floriae ibarat menyimak perdebatan retorik antara seorang ahli filsafat
Yunani dengan seorang teolog Katolik. Isinya kalau nggak bikin pendengar kagum,
pasti manggut-manggut dan sibuk mencatat poin-poin pentingnya. Kita jadi tahu
bahwa Floriae ternyata seorang wanita terpelajar. Akhirnya, buku ini tidak
kemudian hendak menjatuhkan sang sosok suci. Vita Brevis menjadi sebuah
dokumentasi dari awal mula perkembangan filsafat barat yang coba dipadukan
dengan nilai nilai Katolik. Sebuah karya yang sangat memperkaya ranah filsafat
untuk pembaca umum.
Kalau
saja kau tetap diam, orang mungkin percaya bahwa kau bijaksana.
NB: Ada sedikit kesalahan redaksional di halaman belakang. Bangsa Arab menginvasi Afrika Utara pada abad ke-7 M bukan abad ke-17 M.
شركة صيانة افران بالرياض
ReplyDeleteشركة صيانة مكيفات بالرياض
شركة مكافحة حشرات بالرياض
شركة غسيل مكيفات بالرياض
ارخص شركة تنظيف منازل بالرياض
شركة كشف تسربات بالرياض
شركة تنظيف مجالس بالرياض
شركة نقل عفش بالرياض
شركة تنظيف منازل بالدمام
شركة تنظيف منازل بالرياض