Judul: Perjamuan Khong GuanPenyair: Joko PinurboPenerbit: Gramedia Pustaka UtamaTebit: Januari 2020Tebal: 130 halaman
HATI
KHONG GUAN
Hatiku yang biasa-biasa saja
sudah menjadi biskuit
dalam kaleng Khong Guan
Mula-mula dicuekin,
tak membangkitkan selera,
lama-lama, ha-ha, habis juga
(2019)
Momennya
cocok, lebaran baca perjamuan Khong Guan (meskipun lebaran kali ini tidak beli.
Tetapi sebagaimana tersirat dalam puisi Jokpin bahwa yang penting kalengnya,
bukan isinya wkwk). Buku ini menemukan momennya setelah puisi-puisi beliau yang
bertema salah satu merek biscuit legendaris ini dimuat di harian Kompas awal
2020. Puisi-puisi tersebut dapat ditemukan di buku ini (alasan lain kenapa kudu
punya buku ini hehe) dalam kaleng yang terakhir.
Mengapa
puisi Khong Guan ini begitu memesona? Karena keunikan sekaligus kedeatannya
dengan kita. Hanya segelintir orang seperti Jokpin yang mampu memelintir “makanan
umum” seperti biscuit Khong Guan menjadi larik-larik puisi yang menyenangkan. Puisi
yang tidak hanya unik tapi juga asyik dan mengingatkan kita pada momen-momen
istimewa di masa kecil saat tengah berebutan wafer dalam kaleng Khong Guan.
Tidak heran jika foto puisi-puisi beliau di Kompas Minggu langsung mewarnai
stori banyak teman di jagad whatsapp.
Jokpin
memang pandai menangkap kesamaan kita semua, lalu digubah menjadi bahan puisi. Ini
menyindir banyak kita yang kebingungan mencari inspirasi padahal masalahnya
bukan ada atau tidaknya, tapi bisa atau tidak mengolahnya. Siapa hayo yang pas
kecil hanya ngincer wafernya doang di antara semua isi kaleng Khong Guan?
Kebiasaan yang sangat Indonesia banget dan mengingatkan kita pada masa masa
itu. Ketampol juga sama sindirian beliau di salah satu puisi di buku ini: walau awalnya sok nggak doyan, tapi ha ha
lama lama habis juga seluruh isi kaleng Khong Guannya.
Sebagaimana
jamuan lebaran, ada empat kaleng puisi dalam buku ini yg masing masing dibagi
per tema. Kaleng satu dan dua adalah kumpulan puisi Jokpin yang khas beliau,
kaleng ketiga puisi puisi untuk seorang wanita istimewa, dan kaleng keempat
adalah puisi puisi Khong Guan. Selain masih menampilkan puisi yang bercerita
dengan ending bikin mak jenggirat, tidak lupa terselip pesan pesan sosial yang
menggelitik.
"Maaf saya
sedang
berbahagia
negara
dilarang
masuk
ke hati saya"
HATI
KHONG GUAN
Hatiku yang biasa-biasa saja
sudah menjadi biskuit
dalam kaleng Khong Guan
Mula-mula dicuekin,
tak membangkitkan selera,
lama-lama, ha-ha, habis juga
(2019)
Momennya cocok, lebaran baca perjamuan Khong Guan (meskipun lebaran kali ini tidak beli. Tetapi sebagaimana tersirat dalam puisi Jokpin bahwa yang penting kalengnya, bukan isinya wkwk). Buku ini menemukan momennya setelah puisi-puisi beliau yang bertema salah satu merek biscuit legendaris ini dimuat di harian Kompas awal 2020. Puisi-puisi tersebut dapat ditemukan di buku ini (alasan lain kenapa kudu punya buku ini hehe) dalam kaleng yang terakhir.
Mengapa puisi Khong Guan ini begitu memesona? Karena keunikan sekaligus kedeatannya dengan kita. Hanya segelintir orang seperti Jokpin yang mampu memelintir “makanan umum” seperti biscuit Khong Guan menjadi larik-larik puisi yang menyenangkan. Puisi yang tidak hanya unik tapi juga asyik dan mengingatkan kita pada momen-momen istimewa di masa kecil saat tengah berebutan wafer dalam kaleng Khong Guan. Tidak heran jika foto puisi-puisi beliau di Kompas Minggu langsung mewarnai stori banyak teman di jagad whatsapp.
Jokpin memang pandai menangkap kesamaan kita semua, lalu digubah menjadi bahan puisi. Ini menyindir banyak kita yang kebingungan mencari inspirasi padahal masalahnya bukan ada atau tidaknya, tapi bisa atau tidak mengolahnya. Siapa hayo yang pas kecil hanya ngincer wafernya doang di antara semua isi kaleng Khong Guan? Kebiasaan yang sangat Indonesia banget dan mengingatkan kita pada masa masa itu. Ketampol juga sama sindirian beliau di salah satu puisi di buku ini: walau awalnya sok nggak doyan, tapi ha ha lama lama habis juga seluruh isi kaleng Khong Guannya.
Sebagaimana jamuan lebaran, ada empat kaleng puisi dalam buku ini yg masing masing dibagi per tema. Kaleng satu dan dua adalah kumpulan puisi Jokpin yang khas beliau, kaleng ketiga puisi puisi untuk seorang wanita istimewa, dan kaleng keempat adalah puisi puisi Khong Guan. Selain masih menampilkan puisi yang bercerita dengan ending bikin mak jenggirat, tidak lupa terselip pesan pesan sosial yang menggelitik.
"Maaf saya
sedang
berbahagia
negara
dilarang
masuk
ke hati saya"
terimakasih atas sharingnya ya kak tipstorial.com
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteS
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete