Search This Blog

Thursday, January 14, 2021

Para Penjaga Ilmu Dari Alexandria Sampai Internet

Judul: Para Penjaga Ilmu Dari Alexandria Sampai Internet
Penulis: Ian F. McNeely, Lisa Wolverton
Tebal: 339 pages
Published March 2010 
Penerbit Literati 

"The library persists, then, as a critical auxiliary to the pursuit of knowledge, but no longer as an institution actively shaping and applying it" 

Sepanjang masa, seiring perkembangan peradaban manusia, ilmu pengetahuan terus menerus ditemukan, diperbarui, dan disimpan. Umat manusia membuat lembaga-lembaga untuk memastikan bahwa semua pengetahuan tercatat dan terpelihara agar tidak hilang (meskipun kehilangan dahsyat ilmu pengetahuan sering kali tak bisa dihindarkan.) Para pengumpul dan pencatat ilmu pengetahuan yang pertama adalah para pustakawan di Perpustakaan Alexandria yang dipelopori oleh para penguasa Yunani yang mencintai pengetahuan sekitar tahun 300 SM. Ribuan atau mungkin ratusan ribu gulungan papirus merekam berbagai pengetahuan dan kebijakan dunia kuno dari berbagai tempat yang kemudian disalin dan digandakan secara manual untuk kemudian disimpan di bangunan perpustakaan kuno yang lebih menyerupai museum. Uniknya, para pustakawan sering meminjam naskah dan gulungan kuno dari berbagai tempat untuk disalin dan digandakan, tetapi mereka mengembalikan naskah salinannya, bukan yang asli kepada pemilik aslinya. Dan kemudian perpustakaan pertama di dunia ini hancur karena sebab sebab yang lebih banyak bersifat politis ketimbang bencana alam.

Penjaga ilmu pengetahuan selanjutnya jatuh ke tangan para biarawan Katolik, yang mencatat semua teks teks kuno. Awalnya hanya teks keagamaan, namun akhirnya semua teks Latin pun dicatat dan dipelihara. Biara dengan demikian menjadi semacam dokumentasi dari dunia Barat saat kawasan ini mengalami masa-masa kejatuhannya yang paling gelap menyusul runtuhnya Kekaisaran Roma dan ketika Eropa diliputi kegelapan dari abad ke 5 M sampai menjelang Renaisance pada abad ke 11 dan 12 ketika univeraitas-universitas pertama mulai berdiri di Eropa. Dunia berutang banyak pada para ilmuwan Muslim yang mengisi kekosongan lini masa ini. Ketika Eropa mulai melupakan kekayaan pengetahuan Yunani dan Romawi kuno, pada ilmuwan muslim di Baghdad dan Andalusia tekun menerjemahkan, menyalin, dan melestarikan naskah-naskah dari era Yunani Romawi, memadukannya dengan pengetahuan kuno dari India dan Mesopotamia, dan bahkan menambahkan khazanah baru dalam ranah pengetahuan. Sumbangsih besar mereka dalam melestarikan ilmu pengetahuan kuno menjadi dasar bagi dibangunnya penjaga ilmu pengetahuan berikutnya: Universitas.

Tiga universitas pertama di Eropa ada di Paris, Bologna, dan Praha. Masing - masing berfokus pada bidang ilmu sosial, kedokteran, dan hukum. Dari sini, universitas mempelajari dan menguak kembali karya karya kuno dan mengembangkannya sehingga menyediakan cukup banyak bahan bakar bagi kemunculan Renaisance di Eropa. Tapi sebelum itu, Eropa yang dikuasai oleh otoriterisme agama terpaksa menyembunyikan ilmu pengetahuan dalam korespondensi rahasia dalam bentuk Republik Surat. Temuan Galileo dan Copernicus yang mematahkan klaim kaum Agamawan tentang Bumi sebagai pusat alam semesta menjadikan para ilmuwan harus bersembunyi demi menghindari ancaman kaum Agamawan yg didukung pemerintah kerajaan yang bertaklid buta. Baru kemudian di abad 17, universitas mengalami perkembangan dan spesialisasinya di Jerman sehingga menjadi cikal bakal universitas modern.

Perkembangan ini mengarah pada munculnya lembaga riset, yang menjadi penjaga ilmu pengetahuan selanjutnya. Era abad 18 hingga 20 menjadi era ketika penelitian dan riset di laboratorium digencarkan. Berbagai data pun dipanen dalam jumlah besar sehingga menghasilkan kelimpahan yang tak terbayangkan sebelumnya. Hasil dari begitu banyaknya data ini adalah lompatan besar (pendaratan manusia pertama di Bulan) maupun ancaman besar (penemuan bom atom). Dan kemudian, ketika ilmu pengetahuan dan informasi tidak lagi ekslusif di tangan ilmuwan, diciptakan komputer sebagai peranti penyimpan data dan kemudian malah berkembang menjadi sarana penghubung antarmanusia yang paling canggih dan telah merevolusi dunia ilmu pengetahuan: internet.

"Computers and the Internet, for all their democratic potential, merely allow us to live out dreams of high-tech wizardry conceived decades ago in an epoch of can-do American ingenuity. New electronic communities such as wikis and blogs, at the moment collectively dubbed Web 2.0, if anything make the pursuit of reliable, authentic knowledge more, not less, difficult online, by drowning out traditionally credentialed cultural gatekeepers." 

Buku yang sangat bagus, sayang diterjemahkan dengan kurang maksimal. Tiga bintang untuk para penjaga ilmu pengetahuan dunia yang sayangnya terlalu berorientasi ke Peradaban Barat. 

1 comment:

  1. Buku ini kayak pelajaran sejarah ya, tapi temanya perkembangan merekam pengetahuan, mulai dari paling jadul, sampai cara yang paling mutakhir. Nambah wawasan banget harusnya.

    ReplyDelete