Search This Blog

Thursday, October 8, 2020

Romeo Juliet

Judul: Romeo Juliet
Pengarang: William Shakespeare
Penerjemah: Manda Milawati A
Penyadur: Musthofa W. Hasyim Sholeh UG
Proofreader: Tristanti
Cetakan: 1, 2020
Penerbit: Buku Bijak

 





Kisah Romeo Juliet dikenang sebagai salah satu kisah cinta terbesar sepanjang masa. Walau naskahnya sendiri sudah dikarang William Shakespeare pada tahun 1600an dan hampir sebagian besar kita sudah mengetahuinya alurnya, kenangan kita akan karya besar ini diperoleh dari versi film dan bukan dari membaca naskahnya (setidaknya untuk pembaca di Indonesia). Generasi sekarang mendapatkan kisah cinta yang berakhir tragis ini dari film Romeo Juliet (1996) yang dibintangi Leonardo di Caprio dan Claire Danes. Generasi yang lebih tua mungkin menontonnya dalam versi adaptasi Romi dan Juli (1974) yang dibintangi Rano Karno dan Yessy Gusman. Bahkan, buku yang saya baca ini merupakan gubahan dalam bentuk novel dengan judul <i>The Tragedy of Romeo and Juliet</i>. Shakespeare sendiri menulis Romeo Juliet sebagai sebuah drama tragedi berbentuk kumpulan dialog dan adegan panggung, bukan novel.

"Hati yang telah menyatu, akan selalu bersama walau sang kekasih pergi jauh dari pandangan." (hlm. 38)

Kisah Romeo dan Juliet merupakan sebuah kisah kasih tak sampai. Romeo Montague jatuh cinta dengan Juliet Capulet. Yang satu pemuda ganteng, gagah, cerdas, kaya, dan baik hati sementara satunya lagi seorang gadis yang cantik, lembut hati, menawan, berparas manis, dari keluarga terpandang, dan primadona yang sopan. Keduanya seolah tercipta untuk saling mencinta. Tetapi di dunia ini kesempurnaan sering dibarengi dengan kemalangan. Keluarga Montague dan Capulet adalah dua keluarga kaya yang saling berseteru hingga tidak segan untuk menumpahkan darah. Sungguh betapa berat halangan di antara keduanya. Tetapi cinta masa muda sering kali tidak memandang halangan melainkan pada bagaimana cinta bisa dipersatukan. Cinta Romeo yang menggebu, rindu Juliet yang mencandu menjadikan keduanya hampir gila jika tidak bertemu. Tetapi ikatan kasih di antara keduanya adalah perasaan yang suci, yang tidak semata dilandasi nafsu badani semata.

"Ketahuilah Romeo, rasa sakit merupakan penjara bagi tubuh, dan kesedihan merupakan penjara bagi pikiran."

Lewat bantuan Bapa Lawrence, keduanya diam diam menikah di sebuah gereja tersembunyi tanpa sepengetahuan orang tua dari kedua belah pihak. Hanya Bapa Lawrence, pengasuh Juliet, dan Gereja sebagai saksi. Tuhan memberkati mereka dengan cinta suci sebagai awal dari sebuah kebaikan di masa mendatang. Risiko sebuah pernikahan rahasia adalah keduanya tidak bisa bertemu dan berkumpul mana suka. Setiap malam, diam-diam Romeo harus membahayakan nyawa dengan menyelinap ke kamar Juliet untuk menuntaskan rindu yang menggebu. Adegan ketika Romeo berbicara dengan Juliet di bawah jendela kamarnya ini menjadi salah satu adegan romantis yang paling banyak direduplikasi dalam sejarah.

“Dengan sayap cinta aku terbang mencengkeram dinding ini. Karena susunan batuan tak mampu membatasi kekuatan cinta. Dan apa yang bisa dilakukan cinta, tak ada yang bia menahan.” (hlm. 32)

Sepandai-pandainya Romeo mengatur siasat untuk menemui istrinya, suatu saat akan kesandung juga. Pernikahan rahasia bukanlah sesuatu yang dapat dipertahankan apalagi di era itu. Suatu hari, pecah perselisihan berdarah antara anak-anak muda keluarga Capulet dan anak -anak muda keluarga Montague. Romeo awalnya tidak mau terlibat, tetapi perkelahian itu tanpa sengaja telah membunuh Mercurio yang hendak melerai kedua sisi. Melihat sahabat terkasihnya tewas, Romeo turun tangan mengangkat pedang hingga membuat Tybalt Capulet tewas di tangannya. Seisi kota pun gempar mengetahui pewaris Montague telah membunuh putra terbaik Capulet. Sebagai hukuman, Romeo harus diasingkan ke luar kota.

“… karena dalam kelalaian pasti tersembunyi bahaya menunggu." (hlm. 15)

Dan dimulailah bagian mewek mengharu biru di novel ini. Bagian ini mirip adegan Layla Majnun yang begitu diwarnai tangisan rindu menyayat hingga membikin pembaca kelu. Sementara Romeo harus diasingkan, Juliet memendam rindu yang hampir membikin dia gila. Dalam kisah ini, sepertinya Juliet yang menjadi si Majnun. Untung sebelum gadis itu menjadi entah gila beneran atau menghabisi nyawanya sendiri, Bapa Lawrence datang sebagai penolong. Idaman banget memang pastor yang satu ini. Sebuah rencana cerdas disusun untuk mempersatukan kembali Romeo dengan Juliet. Inilah bagian yanh menjadi twist legendaris dari kisah Romeo Juliet sekaligus menjadi ujung dari tragedi dua pasang kekasih ini. Adegan racun dan pisau di film mungkin lebih membekas di benak para pembaca. Tetapi membacanya dalam bentuk novel tidak kalah luar biasa.

 “Jika kau ingin keluar dari masalah yang dihadapi, engkau harus bisa mengendalikan keinginanmu terlebih dahulu." (hlm. 87)

Membaca versi novel mungkin lebih nyaman bagi sementara pembaca sementara versi drama lebih diarahkan untuk film atau pementasan di atas panggung. Meskipun novel bukan merupakan bentuk karya asli, buku ini mampu memberikan kesan yang sama, mungkin malah dapat melengkapi pengalaman kita menonton Romeo Juliet versi film. Setidaknya, penggubah masih mempertahankan untaian kata-kata indah yang diucapkan kedua sejoli ini, juga kata kata dahsyat dari Bapa Lawrence yang luar biasa emasnya. Inilah yang tak boleh dilewatkan: untaian pernyataan-pernyataan indah yang menghiasi sekujur buku ini. Selain tagline <i>"Apakah arti sebuah nama? Sekuntum mawar tetap memiliki keharuman yang sama meskipun disebut dengan nama lain"</i> (hlm 31), ada begitu banyak kutipan indah dan kadang bikin bucin. Bagi para pecinta, kisah Romeo Juliet tidak hanya sebagai sebuah kisah cinta tak terlupa, melainkan juga sumber inspirasi tak habis-habis tentang pemujaan kepada cinta.

 “Bagi seorang pecinta, tidak ada perasaan takut untuk menghadapi marabahaya. Pun manisnya cinta tidak akan engkau rasakan jika engkau tidak pernah merasakan api cemburu!” (hlm. 35)

No comments:

Post a Comment