Judul: Romeo Juliet
Pengarang: William Shakespeare
Penerjemah: Manda Milawati A
Penyadur: Musthofa W. Hasyim Sholeh UG
Proofreader: Tristanti
Cetakan: 1, 2020
Penerbit: Buku Bijak
Kisah Romeo Juliet dikenang sebagai salah satu kisah cinta
terbesar sepanjang masa. Walau naskahnya sendiri sudah dikarang William
Shakespeare pada tahun 1600an dan hampir sebagian besar kita sudah
mengetahuinya alurnya, kenangan kita akan karya besar ini diperoleh dari versi
film dan bukan dari membaca naskahnya (setidaknya untuk pembaca di Indonesia).
Generasi sekarang mendapatkan kisah cinta yang berakhir tragis ini dari film
Romeo Juliet (1996) yang dibintangi Leonardo di Caprio dan Claire Danes.
Generasi yang lebih tua mungkin menontonnya dalam versi adaptasi Romi dan Juli
(1974) yang dibintangi Rano Karno dan Yessy Gusman. Bahkan, buku yang saya baca
ini merupakan gubahan dalam bentuk novel dengan judul <i>The Tragedy of
Romeo and Juliet</i>. Shakespeare sendiri menulis Romeo Juliet sebagai
sebuah drama tragedi berbentuk kumpulan dialog dan adegan panggung, bukan
novel.
"Hati yang telah menyatu, akan selalu bersama walau sang
kekasih pergi jauh dari pandangan." (hlm. 38)
Kisah Romeo dan Juliet merupakan sebuah kisah kasih tak sampai.
Romeo Montague jatuh cinta dengan Juliet Capulet. Yang satu pemuda ganteng,
gagah, cerdas, kaya, dan baik hati sementara satunya lagi seorang gadis yang
cantik, lembut hati, menawan, berparas manis, dari keluarga terpandang, dan
primadona yang sopan. Keduanya seolah tercipta untuk saling mencinta. Tetapi di
dunia ini kesempurnaan sering dibarengi dengan kemalangan. Keluarga Montague
dan Capulet adalah dua keluarga kaya yang saling berseteru hingga tidak segan
untuk menumpahkan darah. Sungguh betapa berat halangan di antara keduanya.
Tetapi cinta masa muda sering kali tidak memandang halangan melainkan pada
bagaimana cinta bisa dipersatukan. Cinta Romeo yang menggebu, rindu Juliet yang
mencandu menjadikan keduanya hampir gila jika tidak bertemu. Tetapi ikatan
kasih di antara keduanya adalah perasaan yang suci, yang tidak semata dilandasi
nafsu badani semata.
"Ketahuilah Romeo, rasa sakit merupakan penjara bagi tubuh,
dan kesedihan merupakan penjara bagi pikiran."
Lewat bantuan Bapa Lawrence, keduanya diam diam menikah di sebuah gereja tersembunyi tanpa sepengetahuan orang tua dari kedua belah pihak. Hanya Bapa Lawrence, pengasuh Juliet, dan Gereja sebagai saksi. Tuhan memberkati mereka dengan cinta suci sebagai awal dari sebuah kebaikan di masa mendatang. Risiko sebuah pernikahan rahasia adalah keduanya tidak bisa bertemu dan berkumpul mana suka. Setiap malam, diam-diam Romeo harus membahayakan nyawa dengan menyelinap ke kamar Juliet untuk menuntaskan rindu yang menggebu. Adegan ketika Romeo berbicara dengan Juliet di bawah jendela kamarnya ini menjadi salah satu adegan romantis yang paling banyak direduplikasi dalam sejarah.
“Dengan sayap cinta aku terbang mencengkeram dinding ini.
Karena susunan batuan tak mampu membatasi kekuatan cinta. Dan apa yang bisa
dilakukan cinta, tak ada yang bia menahan.” (hlm. 32)
Sepandai-pandainya Romeo mengatur siasat untuk menemui
istrinya, suatu saat akan kesandung juga. Pernikahan rahasia bukanlah sesuatu
yang dapat dipertahankan apalagi di era itu. Suatu hari, pecah perselisihan
berdarah antara anak-anak muda keluarga Capulet dan anak -anak muda keluarga
Montague. Romeo awalnya tidak mau terlibat, tetapi perkelahian itu tanpa
sengaja telah membunuh Mercurio yang hendak melerai kedua sisi. Melihat sahabat
terkasihnya tewas, Romeo turun tangan mengangkat pedang hingga membuat Tybalt
Capulet tewas di tangannya. Seisi kota pun gempar mengetahui pewaris Montague
telah membunuh putra terbaik Capulet. Sebagai hukuman, Romeo harus diasingkan
ke luar kota.
“… karena dalam kelalaian pasti tersembunyi bahaya menunggu." (hlm. 15)
Dan dimulailah bagian mewek mengharu biru di novel ini.
Bagian ini mirip adegan Layla Majnun yang begitu diwarnai tangisan rindu
menyayat hingga membikin pembaca kelu. Sementara Romeo harus diasingkan, Juliet
memendam rindu yang hampir membikin dia gila. Dalam kisah ini, sepertinya
Juliet yang menjadi si Majnun. Untung sebelum gadis itu menjadi entah gila
beneran atau menghabisi nyawanya sendiri, Bapa Lawrence datang sebagai
penolong. Idaman banget memang pastor yang satu ini. Sebuah rencana cerdas
disusun untuk mempersatukan kembali Romeo dengan Juliet. Inilah bagian yanh
menjadi twist legendaris dari kisah Romeo Juliet sekaligus menjadi ujung dari
tragedi dua pasang kekasih ini. Adegan racun dan pisau di film mungkin lebih
membekas di benak para pembaca. Tetapi membacanya dalam bentuk novel tidak
kalah luar biasa.
“Jika kau ingin keluar dari masalah yang dihadapi,
engkau harus bisa mengendalikan keinginanmu terlebih dahulu." (hlm. 87)
Membaca versi novel mungkin lebih nyaman bagi sementara
pembaca sementara versi drama lebih diarahkan untuk film atau pementasan di
atas panggung. Meskipun novel bukan merupakan bentuk karya asli, buku ini mampu
memberikan kesan yang sama, mungkin malah dapat melengkapi pengalaman kita
menonton Romeo Juliet versi film. Setidaknya, penggubah masih mempertahankan
untaian kata-kata indah yang diucapkan kedua sejoli ini, juga kata kata dahsyat
dari Bapa Lawrence yang luar biasa emasnya. Inilah yang tak boleh dilewatkan: untaian
pernyataan-pernyataan indah yang menghiasi sekujur buku ini. Selain tagline <i>"Apakah
arti sebuah nama? Sekuntum mawar tetap memiliki keharuman yang sama meskipun
disebut dengan nama lain"</i> (hlm 31), ada begitu banyak kutipan
indah dan kadang bikin bucin. Bagi para pecinta, kisah Romeo Juliet tidak hanya
sebagai sebuah kisah cinta tak terlupa, melainkan juga sumber inspirasi tak
habis-habis tentang pemujaan kepada cinta.
“Bagi seorang
pecinta, tidak ada perasaan takut untuk menghadapi marabahaya. Pun manisnya
cinta tidak akan engkau rasakan jika engkau tidak pernah merasakan api cemburu!” (hlm. 35)
No comments:
Post a Comment