Search This Blog

Wednesday, October 14, 2020

Congo, Petualangan Liar di Afrika

Judul: Congo
Pengarang: Michael Chricton
Penerjemah: hendarto Setiadi
Tebal: 544 hlm
cetakan: Juli 1995
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama




Bahkan ratusan tahun sejak orang Eropa pertama menginjakkan kaki ke benua hitam ini, Afrika tetap menyimpan misteri. Misteri di pedalaman Afrika inilah yang oleh Chricton digunakan sebagai tema utama novel ini: Congo. Dan seperti karya-karya sebelumnya, Congo dibuka dengan sebuah aktifitas keseharian biasa dari para peneliti biasa, sebelum kemudian terjadi hal mengerikan yang menimpa. Sekelompok peneliti yang tengah mengadakan eksplorasi di pedalaman Zaire diserang oleh sosok misterius menyerupai kera raksasa. Seluruh korban tewas ditandai dengan hantaman keras oleh benda padat pada bagian kepala. Perkemahan diobrakabrik sementara rekaman video hanya mengirimkan visual samar-samar. Mereka sudah memperingatkan.

Tetapi manusia adalah mahkluk yang cenderung penasaran. Setiap mereka diperingatkan, semakin malah ingin melanggar. Inilah yg dilakukan sekelompok peneliti dari ERTS. Kegagalan ekspedisi sebelumnya dan juga adanya tawaran luar biasa untuk mencari intan biru langka membuat mereka memutuskan menyusul ke pedalaman Afrika dibawah pimpinan dokter muda, Dr. Ross. Mereka juga mengajak serta seorang peneliti primata, Dr . Elliot bersama gorila miliknya yang sudah dilatih bahasa isyarat. Ini untuk mengantisipasi apa pun yang telah menghancurkan ekspedisi terdahulu.

Apa yang semula perburuan intan ternyata menjurus pada persaingan hak tambang internasional. Situasi pelik ini melibatkan persaingan antara ERTS melawan konsorsium dari Jepang dan Jerman. Selain itu, Afrika tahun 70an adalah benua yang bergolak. Situasi politik di sana belum stabil, terjadi banyak pemberontakan, dan kacaunya birokrasi. Setengah novel ini kita akan disuguhi rumitnya perjalanan untuk bisa tiba di Afrika. Bukan masalah logistik atau transportasi, tetapi Lika liku yang harus ditempuh demi menembus birokrasi, menyamarkan tujuan, intrik antar perusahaan, dan berbagai proses berat lain yang anehnya tidak terasa membosankan jika Chricton yang menulis.

Tetapi petualangan sebenarnya ada di Afrika. Separuh akhir buku ini adalah permata dari kisah ini, ketika para tokoh akhirnya memasuki rimba raya di cekungan Kongo yang merupakan sisa dari hutan tropis tertua dan terluas di dunia setelah Amazon. Misteri dan ancaman terasa nyata di belantara karena Afrika tengah masih belum banyak dijelajahi kala itu. Selain harus menghadapi lintah, nyamuk, dan penyakit tropis yang mematikan, para penjelajah ini harus disibukkan dengan perang intelijen lewat satelit. Selain dikejar waktu, mereka harus menembus medan belantara yang berat.

Kemudian terbukti bahwa alam adalah misteri yang sesungguhnya. Musuh utama mereka di jantung Afrika bukan singa atau ular, tetapi kudanil yang tarnyata memiliki gigi samping yang sangat tajam. Para penjelajah ini juga harus menghadapi suku kanibal, gerilyawan, dan pasukan Zaire yang asal menembak. Belum lagi, mereka harus menghadapi misteri utama yang telah menanti di ujung perjalanan mereka mencari intan biru: sebuah kota kuno yang telah lama hilang dan kini dijaga oleh sesuatu yang sangat kuat sekaligus belum teridentifikasi.

Membaca Chricton harus siap dengan sejumlah adegan kekerasan. Tetapi kisahnya sendiri sangat kaya, dan bisa dibilang bikin kenyang. Tidak hanya sekadar bercerita, Congo ibarat sebuah jurnal perjalanan para peneliti ke lembah Afrika yang ditulis dalam bentuk novel. Ada begitu banyak detail pengetahuan ilmiah yang dijabarkan. Tidak salah jika penulis ini mendapat sebutan rajanya fiksi sains. Begitu banyak fakta padat dijejalkan dalam cerita, sebagai pendukung cerita tentu saja. Entah ini fiksi atau nyata, tetapi kanibalisme masih marak dilakukan di jantung Afrika pada pertengahan abad 20. Lalu legenda kota yang hilang yang turut diangkat kembali di novel ini. Juga sejumlah temuan tentang primata yang oleh penulis dijadikan sebagai penggerak cerita. Tidak hanya kita mendapatkan sebuah petualangan berbahaya, melainkan juga berbagai topik dari bidang zoologi, etnografi, militer, politik, antropologi, geologi, hingga komputer. Satu novel rame rasanya.

Asyiknya lagi, membacanya nggak bikin bosan. Selalu muncul rasa penasaran untuk terus melanjutkan cerita. Dan bahkan di penghujung cerita, petualangan terus dipacu hampir tanpa jeda. Selamat dari satu ancaman, datang ancaman lainnya. Bab-bab terakhir bahkan masih bergerak liar dipenuhi dengan aksi dan adegan yang mendebarkan. Novel ini menawarkan petualangan tidak hanya bagi para karakter di dalamnya, tetapi juga untuk para pembaca. 

 


No comments:

Post a Comment