Search This Blog

Monday, September 14, 2020

Semesta (Luar Biasa) di Balik Punggung Buku

 Judul: Semesta di Balik Punggung Buku

Penulis: Muhidin M Dahlan

Tebal: 444 hlm

Cetakan: Pertama, 2018

Penerbit: I:boekoe


44605218. sx318


Saya dan teman teman blogger dulu sempat bertanya-tanya, mungkinkah kumpulan ulasan buku yang sudah ratusan itu diterbitkan jadi bentuk buku? Terbit mandiri mungkin bisa, tapi pertanyaan yang lebih utama: adakah penerbit yang mau menerbitkannya dengan model royalti atau beli putus? Pengalaman saya sebagai editor menyadarkan saya bahwa selain berkualitas, penerbit juga memilih naskah yang istilah kasarnya 'laku dijual'. Bukan nggak idealis atau otak bisnis, tapi saya tahu benar bahwa penerbitan adalah bisnis yang rentan sehingga urusan memilih naskah memang mengharuskan penerbit memiliki kriteria ini. Penerbit juga sebuah bisnis yang harus membayar karyawan, biaya cetak, juga ongkos kertas jadi wajar jika memang mereka menginginkan naskah yang lalu dijual, syukur-syukur menguntungkan.

Lalu bagaimana dengan kumpulan resensi buku? Sayangnya, naskah jenis ini masuk dalam naskah yang kurang prospek diterbitkan secara mayor. Kecuali kita adalah penulis terkenal yang buku-buku bacaannya bakal bikin penasaran pembaca ( Eka Kurniawan dan Anton Kurnia misalnya), bakal sulit memasukkan naskah kumpulan resensi ini ke penerbit mayor. Kecuali kedua ketika penulis bisa mengubahnya menjadi satu naskah dengan tema yang urut dan terkonsep, kumpulan resensi bakal sulit masuk penerbit mayor. Misalnya saja, penulis bisa mengumpulkan resensi buku-buku motivasi lalu mengubahnya sedemikian rupa jadi buku motivasi dengan sumber buku-buku yang diresensi. Tapi ini sekali lagisnulit mengingat begitu banyaknya buku yg diresensi dan temanya beragam. Apalagi jika yg diresensi adalah buku-buku fiksi, bakal makin sulit mengubahnya jadi sebuah buku. Jalan lain adalah penulis resensi menjadikan kumpulan resensinya jadi semacam buku 'tips menulis resensi buku' atau 'tips tembus media nasional.'

Lalu bagaimana jika kita ingin membukukan kumpulan ulasan buku kita? Ya terbitkan saja lewat penerbitan berbayar. Atau, kumpulkan serta pilih resensi resensi yg berbobot lalu coba kirim ke penerbit. Jalan ini yang mungkin dipilih penulis buku ini (dan memang ulasan - ulasan buku beliau di buku ini topcer alias berbobot banget). Buku ini menjadi bukti bahwa kumpulan ulasan buku pun bisa menjadi sebuah buku dan diterbitkan penerbit mayor. Tentunya, ulasan yang ditulis pun tidak sembarang ulasan buku yang model curhat atau model 'saya suka/saya tidak suka buku ini karena nananinu'. Ulasan buku yg dimaksud adalah model resensi di media massa (koran, majalah, atau media online) dan tentunya tidak sembarang buku yang diulas. Tidak sekadar populer, tapi juga mempertimbangkan seberapa penting arti buku tersebut.

Muhidin M Dahlan adalah salah satu tokoh literasi yang sangat saya kagumi, terutama karena ketekunannya mengumpulkan referensi, kecepatan dan keragaman bacaannya, serta pilihan buku yang dibaca. Bisa kita lihat di buku kumpulan ulasan ini, buku-bukunya memang wow dan sudah jarang ditemukan di pasaran. Kadang buku yang diulas hanyalah terbitan penerbit kecil, tetapi isinya ternyata sangat bermutu. Penulis mampu mengendus mana buku buku yang memang digarap dengan riset baik dan mana yang hanya tempelan. Dan memanh banyak buku bagus terbitan penerbit kecil yang saya baru tahu setelah baca buku ini. Buku yang dipilih untuk diulas adalah buku yang diriset dan ditulis dengan baik, bukan karena laris atau terkenal (walaupun ada beberapa buku yang memenuhi dua syarat itu ikut diulas).

Menurut pendapat saya teknik penulis lebih cocok digunakan untuk mengulas buku non-fiksi. Walaupun ada beberapa buku sastra yang turut diulas dengan bagus sekali. Kecenderungan penulis yang agak menganggu (walaupun tidak ganggu banget buat saya) adalah mengulas hingga endingnya. Seluruh bangun cerita dikisahkan, termasuk bagaimana ending dari novel tersebut sehingga mungkin akan mengurangi kenikmatan membaca bagi para pembenci spoiler. Tapi kebablasan ini tertutupi dengan teknik mengulas yang dalam dan kaya. Penulis menautkan satu buku dengan buku lain sehingga tidak hanya isi buku yang kita dapat, tapi juga pengetahuan lain.

Saat mengulas Das Kapital karya Marx misalnya, akan kita temukan fakta-fakta kelam tentang penulisnya. Apalagi jika yang diulas buku sastra sejarah dan budaya, penulis akan melimpahi resensinya dengan begitu banyak pengetahuan baru yang mungkin tidak disebutkan dalam buku yang diulas. Tidak hanya dibuat tertarik untuk membaca sebuah buku, kita juga sekaligus mendapatkan gizi baru bahkan dengan membaca ulasannya saja. Teknik ini menurut pendapat saya lebih berhasil dalam menarik pembaca untuk membaca sebuah buku yang diulas. Bahkan ketika spoiler dipampangkan, jika peresensi mampu menulis ulasan yang memikat, penuh, mengenyangkan, elegan, dan mengalir sebagaimana ulasan-ulasan di buku ini, saya lebih cenderung tertarik alih-alih kesal. Kadang spoiler malah membantu saya untuk memutuskan sebuah buku emang layak dibaca atau disisihkan dulu saja.

Jadi, yok tetap membaca dan menulis ulasan buku yang kamu baca, dengan gaya dan pengetahuan kita sendiri tentunya. Jika pun belum bisa terbit, kita maish bisa memajangnya di blog atau media sosial. Kita tidak pernah tahu kapan ulasan kita mungkin akan berguna bagi mereka yang ingin membaca. Sebagaimana dikatakan penulis: "Ada begitu banyak buku yang telah ditulis, tapi baru sangat sedikit yang diulas." 

Jadi, yok jangan ragu menuliskan bacaanmu. Setiap ulasanmu pasti akan berguna.


No comments:

Post a Comment