Judul: berbahasa indonesia dengan logis dan gembira
Penyusun: Iqbal Aji Daryono
Tebal: 296 hlm
Cetakan: 1, September 2019
Sampul buku ini terkesan sangat sederhana. Dengan warna kuning polos dan barisan kata-kata dasar. sangat simpel. Namun, muatan buku ini ternyata sangat beragam. Sederhana tetapi ternyata rumit, ibarat bahasa Indonesia. Dulu, kita (termasuk saya) cenderung meremehkan mata pelajaran bahasa Indonesia. Menganggapnya sebagai mata pelajaran yang paling mudah. Saya masih ingat obrolan dengan teman saat SMA dulu: "Besok jadwal ujiannya apa? | Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. | Gue mau belajar bahasa Inggris saja. Bahasa Indonesia gampanglah." Benarkah bahasa Indonesia itu mudah? Walau sering digampangkan, ternyata jarang ada yang bisa meraih nilai sempurna dalam ujian bahasa Indonesia. Kenapa? Apakah bahasa Indonesia memang sesulit itu? Nyatanya, bahasa Indonesia memang tidak semudah yang kita sangkakan. Begitu banyak fenomena kebahasaan yang dibahas Mas Iqbal di buku ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia itu cukup pelik. Membaca buku ini, saya kembali sadar sejatinya saya memang masih belum mampu sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Lalu, bagaimana solusinya? Ya kita belajar dong bahasa Indonesia lagi dong ya.
Masalahnya, buku materi berbahasa Indonesia termasuk buku yang paling "kaku" ketimbang buku-buku lain. Kini kita sudah sering melihat buku-buku berat tapi dituliskan dengan tidak berat. Dan buku-buku seperti ini sempat laris di pasaran. Misalnya saja, kita masih ingat buku-buku semacam "Sains itu Seru, Filsafat untuk Milenial, Komik Sejarah, atau Gaul tapi Syari". Bagaimana dengan buku tentang bahasa Indonesia. Sayangnya, buku-buku untuk belajar bahasa Indonesia masih didominasi oleh judul-judul lurus semacam "Kompas Bahasa Indonesia" , 111 Kolom Bahasa Kompas" atau "Inilah bahasa Indonesia yang Benar". Buku-buku ini--jujur--penyampaian materinya lebih menyerupai teks kuliah ketimbang bacaan awam buat kaum kiwari.
Beberapa penerbit memang sudah mencoba berinisiatif dengan menerbitkan buku kumpulan artikel kebahasaan dengan judul yang lebih ramah pasar. Misalnya saja Penerbit Buku Kompas dengan buku Inul itu DIVA. Buku ini jujur memang bagus. Tapi, kesan "formal" itu masih terasa karena isi buku ini hanya disalin ulang mentah-mentah dari sebuah kolom bahasa di Harian Kompas. Ada satu sih buku bahasa Indonesia karya Remy Silado yang ditulis dengan menyenangkan sekali (9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing). Di luar itu, jarang atau mungkin sayanya saja yang belum banyak nemu buku "tentang bagaimana berbahasa Indonesia" yang asyik. Misal pembaca ada yang tahu, bisa tuliskan judulnya di kolom komentar ya. Saya suka mengumpulkan buku-buku tema ini.
Buku "Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Mengasyikan" ini ibarat kabar gembira bagi khazanah buku-buku bahasa di tanah air. Judulnya yang merupakan plesetan dari "Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar" ini mengajak kita untuk cerdas berbahasa dengan sedikir nakal. Iqbal sepertinya memang berniat menulis buku tentang pakem bahasa ini secara tidak terlalu pakem. Lihat saja penulisan judul buku ini, semuanya ditulis dengan huruf kecil yang tentu saja melabrak norma penulisan judul (Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul buku). ketika ditanya alasannya, penulis menjawab dengan nada yang selow banget tapi kok ya benar. Anda bisa membacanya di bab "penutup" buku ini.
Walau judulnya terkesan agak slengean, bukan berarti Iqbal menggarapnya tanpa dasar ilmu. Justru, dari kolom-kolom tulisannya ini, tercermin luasnya pengetahuan penulis tentang fenomena kebahasaan dan juga ilmu bahasa itu sendiri. Latarnya sebagai editor, pekerja penerbitan, dan juga penulis tentu memberinya begitu banyak pasokan materi bahasa untuk diolah dan dihadirkan secara cair di buku ini. Salah satu 'ilmu' baru yang saya dapatkan adalah bahwa tidak ada kata makian dalam bahasa Indonesia. Loh, kok bisa? Bukannya selama ini di linimasa saja bersliweran jata bangs*t, any*ng, anj*r, dan banyak lagi. Iqbal menjawabnya dengan selow banget di buku ini.
Sebagai pemerhati bahasa, Iqbal tentu saja sangat tersentil melihat aneka salah kaprah berbahasa yang masih banyak muncul di lapangan. Misalnya saja, terkait urusan-urusan 'receh' semacam "DI SEWAKAN" atau "DISINI". Namun, sebagai pengguna bahasa, Iqbal juga tidak kemudian bersikap saklek kudu sesuai dengan KBBI. Contohnya, Iqbal tetap memilih menggunakan kata "jomblo" ketimbang "jomlo" (sesuai kaidah KBBI). Menurutnya, berkomunikasi adalah proses kesepakatan yang telah diterima secara umum. Dalam kasus kata tersebut, "jomblo" lebih banyak dimengerti dan digunakan ketimbang "jomlo".
Masih banyak lagi fenomena salah kaprah berbahasa yang dibahas di buku ini. Mulai dari korupsi kata "daripada", bahasa media sosial, hingga kasus-kasus kekinian yang dipandang dari sudut pandang bahasa. Semua dibahas dengan gaya yang ringan serta cair, ibarat mengobrol di Kafe Basabasi menjelang petang. Sebuah obrolan yang selain mengenyangkan, tetapi juga menyenangkan.
Buku yang layak dikoleksi buat pecinta, pemerhati, dan juga pengguna bahasa.
zx flux
ReplyDeletemoncler
jordan shoes
adidas nmd
yeezy
yeezy
christian louboutin shoes
louboutin shoes
kyrie 5 spongebob
converse outlet
xiaofang20191213