Search This Blog

Wednesday, October 17, 2018

The Queen of Tearling, Pembuktian sang Ratu Sejati

Judul : The Queen of Tearling
Pengarang : Erica Johansen
Penerjemah : Angelic Zaizai
ISBN : 9794339083
ISBN13 : 9789794339084
Tanggal Terbit : Februari 2016
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Mizan Fantasi
Halaman : 540 hlm

 

Kelsea Raleigh sengaja disembunyikan sejak masih bayi ke kedalaman hutan. Bukan tanpa alasan. Ibunya adalah Ratu Tearling dan Kelsea otomatis menjadi pewaris tahta saat sang ratu wafat. Keberadaan Kelsea disembunyikan demi keamanannya sendiri karena sang Paman yang culas ingin menguasai tahta untuk dirinya sendiri. Sang Regent pun menjadi penguasa Tearling selama 18 tahun--tahun-tahun ketika Kelsea tumbuh dalam asuhan dua orang asing yang dia tahu bukan orang tuanya. Gadis itu tahu dirinya adalah calon Ratu, tetapi dia sama sekali tidak memiliki bayangan tentang bagaimana menjadi ratu yang layak. Ketika masa 18 tahun itu lewat, datang sepasukan asing yang meminta Kelsea untuk ikut mereka ke London Baru dan mengklaim haknya sebagai pewaris tahta kerajaan Tearling. mau tidak mau, siap tidak siap, Kelsea harus menjalani takdirnya sebagai pemimpin tertinggi negeri. Tetapi sebelumnya, gadis itu harus mengambil alih tahta dari pamannya.

Ambil hati rakyatmu, atau relakan takhtamu.

Selama delapan belas tahun pemerintahan sang Regent, Kerajaan Tearling jatuh ke titik terendahnya. Setelah kekalahan besar akibat Invasi Mortmose (kerajaan tetangga), Tearling tidak lebih sebagai negeri jajahan yang harus menyetor ribuan budak setiap tahunnya kepada penguasa Mortmose. Ini masih ditambah dengan pelaksanaan pemerintah yang korup. Para bangsawan hanya sibuk menimbun harta dan melindungi dirinya masing-masing, sementara rakyat jelata dibiarkan sengsara. Rakyat juga masih harus mengalami penderitaan batin ketika dirinya atau orang-orang yang mereka cintai masuk dalam undian sebagai budak yang harus disetor ke negeri tetangga. Gambaran ini persis seperti kisah kerajaan di Abad Pertengahan ketika para bangsawan mencekik rakyat dengan pajak tinggi. Kelsea melihat semua kebobrokan ini dalam perjalanan menuju Benteng di London Baru dan dia bertekad untuk membenahi ini semua.

Seorang pemimpin terutama dilihat dari aksi nyatanya, sekaligus kebijakannya sebelum melakukan tindakan. Langkah pertama Kelsea adalah membebaskan para budak undian yang hendak dikirim ke Mortmese. Pilihan yang riskan karena ini berpotensi mengusik kenyamanan para bangsawan. Tetapi, Kelsea memiliki para pengawal yang setia, juga dukungan dari rakyatnya. Sejak hari pertama tiba di London Baru, gadis itu telah menunjukkan kualitasnya sebagai calon ratu yang berpotensi. Tetapi, ada imbalah berdarah untuk setiap aksi heroik. Dalam upacara penobatannya, Kelsea diserang cukup parah. Sebuah awal yang cukup membahayakan dalam kariernya sebagai ratu. Namun, peristiwa ini menyadarkan Kelsea bahwa menjadi pemimpin bukan berarti berleha-leha, tetapi harus selalu siap sedia membela rakyat dan kerajaannya. 

Secara konflik dan alur cerita, Ratu Tearling ini sebenarnya biasa-biasa saja. Sedikit mengingatkan saya pada The False Prince namun dalam versi yang lebih njelimet dan tebal. Kisahnya pun minim kejutan. Hampir tak ada plottwist yang berarti kecuali satu fakta kecil di penghujung akhir buku. Novel ini mungkin kurang memuaskan bagi pembaca kisah fantasi yang terbiasa dengan pertarungan akbar dengan sihir atau adu pedang. Adegan pertempurannya kurang detail meskipun ada, tetapi hal terkait sihir menyihir hanya ada sedikit sekali di buku ini. Ibaratnya, sihir di sini baru muncul ketika keadaan sudah mendesak. Porsinya sangat sedikit.Setting tempat dan waktunya juga agak kurang jelas di mana dan kapan, yang jelas di masa depan. Awalnya saya mengira ini novel ala-ala Middle Earth, tapi ternyata dystopia. Terjadi semacam banjir bah akbar yang melanda Bumi akibat entah apa. Sebuah pulau, atau benua kemudian muncul begitu saja dari kedalaman lautan. Di benua baru inilah orang-orang yang selamat dari air bah kemudian menetap dan membangun berbagai kerajaan baru dengan teknologi yang hampir kembali ke Abad Pertengahan.

Tetapi, yang membuat novel istimewa barangkali karakterisasinya. Penulis membangun sosok Kelsea yang semula gadis polos menjadi calon ratuu yang dicintai. Tidak ada tinggalan istimewa apa pun dalam diri gadis itu yang menjadikannya autoratu. Kelsea harus melatihnya sendiri. Sepanjang lebih dari 500 halaman yang terasa lambat, pembaca diajak mengawal pertumbuhan Kelsea. Intrik-intrik politik yang cukup rumit, ditambah aneka hal yang sifatnya seremonial, menyadarkan Kelsea--dan mungkin kita sendiri--bahwa menjadi seorang pemimpin memang tidak seenak kelihatannya. Pemimpin memang bisa memerintah ini dan itu kepada bawahannya. Tetapi pemimpin yang baik tahu bahwa ada alasan yang benar-benar dipikirkan terlebih dahulu di balik setiap perintahnya. Ada begitu banyak variabel dan pertimbangan dalam setiap langkah dan keputusan. Sebuah novel yang mengajarkan saya banyak hal tentang menjadi pemimpin dan juga kepemimpinan itu sendiri.  Kepada pembaca, cobalah bertahan membaca novel ini. Memang agak menjemukan dan lambat di awal hingga tengah, tetapi akan semakin menarik menjelang akhir.

No comments:

Post a Comment