Search This Blog

Wednesday, October 17, 2018

Belajar Solidaritas dan Perjuangan bersama Putri Si Pembuat Korek Api

Judul asli: The Firework Maker’s Daughter
Penulis: Philip Pullman
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Editor: Diniarty Pandia
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 144 hal
Cetakan I, Oktober 2007
ISBN: 978-979-22-3284-4

 2137440

Sejak membaca Golden Compass, saya bisa merasakan aroma yang Inggris banget dari Phillip Pullman. Baik karakter, setting, hingga cara berpikirnya memang mencerminkan penduduk Kepulauan Inggris yang terpelajar dan agak tinggi hati. Pun dalam seri novel anak karyanya ini, aroma "orang Inggris" itu masih terasa kental. Lewat Putri sang Pembuat Korek Api, Pullman menunjukkan kepiawaiannya sebagai seorang terpelajar. Pengarang menggunakan pengetahuannya yang melimpah tentang Asia dan menjadikannya sebagai pembangun karakter sekaligus setting dalam novelnya ini. Tidak heran jika aroma Asia versi Inggrisnya terasa banget. Pullman mencampurkan antara Melayu, Thailand, Tiongkok, Nusantara, dan India sebagai setting tempat berlangsungnya cerita. Ilustrasinya model Tiongkok banget, nama-nama karakternya Thailand (eh ada India juga ding), gajahnya ala-ala India, tetapi setting tempatnya Indonesia. Ada Gunung Merapi suadara-saudara (ternyata di versi Inggrisnya juga pake nama Mount Merapi.  

“ Satu-satunya yang abadi adalah perubahan.” (hlm. 89)


Secara garis besar, novel ini berkisah sama seperti judulnya, gadis anak si pembuat kembang api. Sejak bayi,  Lila selalu menemani sang ayah membuat kembang api. Ini hal yang berbahaya sebetulnya. Apa nggak ingat ledakan dan kebakaran besar yang sempat menimpa sejumlah pabrik kembang api ilegal di Indonesia? Lila sendiri beberapa kali kecipratan materi pembuat kembang api yang membuat kulitnya melepuh.  Tetapi kalau yang namanya bakat sudah bersatu dengan hobi, ya bakal susah dipisahkan. Lila kecil suka banget sama kembang api. Bahkan, dia sudah mampu meracik dan menemukan formula kembang apinya sendiri. Ayahnya antara bangga tapi juga campur khawatir sebenarnya. Kekhawatiran yang justru menuntunnya pada kebohongan dan penyesalan. Begitu cemasnya sang ayah, dia sampai menyembunyikan resep untuk menjadi pembuat kembang api sejati kepada putrinya sendiri. Dia tidak ingin Lila menjadi seperti dirinya. Alih-alih mengakui dan mengembangkan bakat putrinya, sang ayah malah berusaha mengekangnya.

Seperti yang kemudian bisa ditebak, Lila kemudian memberontak demi mencari resepnya sendiri. Konon, untuk menjadi seorang pembuat kembang api sejati, dia harus datang ke gunung Merapi, masuk ke Gua Angkara Api, dan bertemu Razvani. Dari Razvani itulah konon semua keahlian membuat kembang api berasal. Tetapi, perjalanan menuju pucnak Merapi bukan hal yang midah. Lila kecil tidak tahu bahwa dunia luar sangat keras, penuh denga orang-orang tak bersahabat, serta memiliki banyak sekali kemungkinan yang tak dapat diprediksi. Lebih dari itu, Lila lupa bahwa setiap calon pembuat korek api harus membawa tiga bekal untuk menemui Razvani. Untungnya, Lila ini memiliki watak yang tabah serta ketrampilan yang orisinil. Lewat caranya sendiri, dan juga sahabat-sahabat terbaiknya, gadis itu berhasil membuktikan diri sebagai calon pembuat korek api yang mumpuni. Tiga bekal yang disyaratkan Razvani ternyata sudah ada dalam diri Lila. Apa saja itu?
 “Tiga Bekal adalah hal yang harus dimiliki setiap Pembuat Kembang Api. Ketiganya sama penting dan dua dia antaranya tidak berguna tanpa yang ketiga.” Lalchand, hlm. 138.

Pullman sekali lagi berhasil membuktikan diri sebagai penulis yang jago. Dia menulis buku anak yang bisa juga dinikmati orang dewasa. Niatnya menyampaikan motivasi buat pembaca muda tapi cara ceritanya begitu asyik sampai pembaca lupa kalau ini ditujukan bagi pembaca muda. Bahkan pembaca dewasa pun banyak yang terpesona dengan cerita dan karakter eksotisnya. Kalau melihat dari "3 bekal" yang harus dibawa Lila, terlihat jelas memang Pullman semacam hendak menyisipkan nasihat kepada para pembaca muda. Bahwa perjuangan menuju Gunung Merapi--sebagaimana perjuangan mencapai kesuksesan--membutuhkan sejumlah bekal. Ketiga bekal itu adalah bakat, teman, dan tekad. Keren banget bagaimana pengarang menyampaikan petuah yang sebenarnya berat tanpa terdengar memaksakan. Sayangnya, sejumlah titik lemah yang sering dijumpai pada buku anak masih muncul di buku ini. Salah satunya, faktor keberuntungan dan kecocokan yang lebih berperan besar ketimbang perjuangan dan kerja keras dalam keberhasilan Lila. Tapi, lebih dari itu, buku ini oke. Ilustrasinya juga khas buku-buku jadul. Layak dibaca dan dikoleksi. 


No comments:

Post a Comment