Judul: Athlas
Pengarang: Kata Kokoh
Tebal: 444 hlm
cetakan: Pertama, Agustus 2018
Sampul:
Pengarang: Kata Kokoh
Tebal: 444 hlm
cetakan: Pertama, Agustus 2018
Sampul:
Penerbit: Pastel Books
Kok tumben ngikuti seri wattpad? Awalnya cuma kenalan sama Seniors lewat baca gratisan di toko buku kerana asli gabut pas libur puasa. Ternyata ceritanya lumayan nyegerin juga. Kemudian, baca Inestable karena iming-iming totebag-nya (iya selain peninbun buku saya juga totebag lovers, gaes). Antara buku satu dan buku dua saya rasakan hampir tidak ada bedanya. Nakula masih dingin, Aluna tambah baper, dan ada kesan ending harus so sweet yang bahkan lebih kental di buku kedua ketimbang di buku pertama. "Anda harus mengalah demi cinta, bray, karena cinta selalu akan menemukan jalannya." Ya seperti itulah. Kadar manisnya asli ngalahin Dilan (saya lebih prefers Dilan karena masih ada aroma-aroma jadulnya) dan kebetulan Dilan dan seri karya Kata Kokoh ini mengambil setting yang sama: Kota Bandung. Tetapi, harus saya akui, dua novel ini pas banget dibaca dedek-dedek remaja SMA. Semua yang dibutuhkan novel teenlit populer ada semua: Cowok ganteng plus cool, cewek asyik, teman-teman genk.
Sekarang kita bahas Athlas saja mumpung saya masih sedikit inget. Jadi, ATHLAS mengambil setting di masa depan, tahun 2040an sekian ketika Aluna dan Nakula akhirnya beneran meniqa. Yay. Mereka langsung dikaruniai anak kembar 3 dong. Yay. Dua cowok dan satu cewek. Yang cowok beriris mata hijau teduh kayak bapaknya yang indobule, yang cewek secantik ibunya. Yay. Terus, ini adalah kisah ketika si kembar udah 16 tahun, kebayang kan gantengnya Nakula nurun ke dua anaknya. Yay. Athlas si sulung adalah perpaduan Aluna dan Nakula, Athalan itu Nakula versi 2.0, sementara Athilla ...emm Athilla ini apa ya, Aluna kurang rame tapi kalo Nakula kurang diem. Yay. Pokoknya ada begitu banyak "yay" baik di buku ini. Ya gitu deh pokoknya. Di novel ini yang jadi sorotan ya si sulung Athlas. Dan untungnya, sifat Nakula yang dingin tidak nurun ke si sulung. Nggak kebayang kalau Athlas ini sifatnya kayak Nakula, bakal makan ati terus tuh Aluna wkwkwk.
Secara konflik, Athlas lebih kaya ketimbang Seniors dan Inestable. Dikisahkan si Athlas ini merasa beda sendiri dari kedua saudaranya. Athalan ganteng dan pinter, Athilla cantik dan pinter, sementara Athlas ngak pinter tapi tetep ganteng. Si ayah Nakula juga kayak memperlakukan Athlas secara berbeda ketimbang dua kembarannya. Agak sebelah mata gitu mungkin. Ini yang bikin Athlas bersuudzon kepada bapaknya sendiri. Si Nakula sendiri, yang aslinya aja sudah anteng kebangetan, bingung berinteraksi dengan anak remaja. Akhirnya, hubungan keduanya semakin renggang. Ketidakharmonisan hubungan ayah dan anak di Athlas ini yang bikin novel ketiga ini beda. Jika di buku 1 dan 2 fokusnya ada pada hubungan romansa Nakula -Aluna, di Athlas seenggaknya ada konflik jenis baru yang segar. Tapi, novel remaja kan nggak mantul kalao ngga ada cinta-cintaannya? Ternyata ada kok, tapi hubungan TKTM (Teman Kecil Tapi Mesra) dan TDSPTTM (Teman Dekat Serobot Pacar yang Ternyata Teman Tapi Mesra (*help kepanjangan)
Porsi Aluna diambil alih oleh Athlas di novel ketiga ini. Dengan kata lain, cowok ini yang jadi si somplak koplak, si ceria, si tukang error. Nggak kebayang deh kalau yang jadi tokoh utama si Athalan. Satu buku nggak pakai dialog kayaknya. Athlas ini ya sudah ganteng, kocak, ceria, nggak kurang apa pun. Kurang pintar sih iya. Dia juga suka seenaknya sendiri, suka berburuk sangka, dan menampilkan perlawanan khas remaja umumnya. Dia sampai kabur dari rumah segala. Tetapi, justru dari Athlas ini pembaca muda belajar banyak tentang berbuat salah dan memperbaiki. Dari sosoknya juga remaja belajar tentang tidak apa-apa menjadi diri sendiri, tentang berhenti membandingkan dirimu dengan orang lain (bahkan saudaramu sendiri), dan tentang tak ada orang yang benar-benar sempurna. Athlas juga yang sepertinya menjadi penggerak banyak hal di novel ini. Jika dibandingkan dengan Nakula pas seusianya, Athlas jauuuhh lebih dewasa. Thanks to the writer for creating Athlas the way he is.
Hanya disayangkan setting masa depannya yang kurang digarap maksimal. Penulis memang beberapa kali mencoba memperlihatkan setting masa depan itu lewat gawai canggih seperti meja belajar yang menyatu sama komputer serta semacam telepon genggam dengan layar cahaya. Sayangnya, hanya itu saja. Bahkan Athlas pun digambarkan masih setia dengan skateboard beroda padahal teman-temannya sudah pindah ke papan seluncur yang bisa terbang alias hoverboard. Apakah ini bentuk keengganan penulisnya untuk menjelaskan teknis desain seluncur terbang? Masih ada lagi, Athlas dkk mengadakan darmawisata ke Jogja naik ... bus pariwisata sodara sodara. Duh, kenapa ga nyiptain hover bus atau naik pesawat aja yha, kan makin murah tuh sekarang. Ada lagi, penulis berulang kali menggunakan referensi musik kekinian (alias tahun 2015 - 2018) sebagai musik jadul yang disukai Athlas. Kenapa nggak nyiptain penyanyi dan judul lagu baru saja ya, kan lebih gampang. Sayang banget sebenernya karena mungkin fokusnya ke para tokoh jadi setting nggak maksimal.
Sebenarnya series wattpad banyak yang bagus. Hanya saja dari sekian yang bagus, rata-rata ceritanya hampir sama. Apalagi jika lininya teenlit atau young adult.
ReplyDeleteMakanya saya rada kurang tertarik dengan novel yang asalnya dari wattpad. Bukan sisi yang antipati, hanya belum tergerak untuk membacanya.
Betul, saya udah baca 4 atau 6 ya kalau nggak salah dan rata2 memang memiliki jalancerita yang mirip.
Delete