Judul: Tirai
Pengarang: Agatha Christie
Penerjemah:
Tebal: 320 hlm
Cetakan: 3, Oktober 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Seperti tersirat dalam judul versi Inggrisnya, pembaca bisa
menebak bahwa inilah kasus terakhir yang ditangani Hercule Poirot. Jadi,
siap-siap sedih terharu saja ya seusai membaca buku ini karena hiks ... hiks. Tirai mengambil tempat kejadian perkara
di Styles, yang juga lokasi pertama kali Hercule Poirot dipertemukan dengan
Hastings. Puri tua yang kini menjadi losmen tua itu pernah menjadi saksi kasus
perdana Poirot (yang sekaligus adalah buku pertama karya Agatha Christie) dan
sekaligus menjadi saksi perpisahan antara kedua sahabat detektif ini. Dan di
kasus terakhirnya ini, Hercule Poirot akhirnya dipertemukan dengan seorang
musuh yang seimbang. Si X ini begitu licin dan licik. Dia adalah otak dibalik
terjadinya lima pembunuhan, dengan alibi dan metode yang sedemikian sempurna. Sementara
kesehatannya semakin melemah, Hercule Poirot harus berkejaran dengan waktu
untuk mengungkap si pembunuh dan menyeretnya ke pengadilan.
Hastings dipanggil ke Styles oleh Poirot yang sudah lama
tidak ditemuinya. Poirot yang sudah mulai menua, berangsur sakit jantung, dan terpaksa
harus duduk di kursi roda mengejutkan Hastings. Tetapi walau fisiknya lemah,
Poirot menjamin bahwa otaknya masih sejenius dulu. Justru ats alasan inilah,
Hastings dipanggil oleh Poirot karena menurutnya bahwa bakal ada kasus
pembunuhan di Puri Styles. Puri tua yang dijadikan losmen itu dihuni oleh
pasangan Luttrell (sebagai pemiliknya). Sementara, para tamunya adalah pasangan
John Franklin dan Barbara Franklin, Judith Hastings (putri sulung Hastings),
Stephen Norton (seorang pengamat burung), Allerton (playboy), William Boyd
Carrington (mantan bangsawan), Miss Cole
yang misterius, serta suster yang merawat Nyonya Franklin. Satu di antara
mereka adalah seorang pembunuh yang bertanggung jawab dalam lima kali
pembunuhan. Hastings ceritanya dipaksa berpikir keras oleh Poirot untuk
menemukan seseorang itu, karena Poirot tidak mau memberitahukan hal itu kepada
Hastings. Bisa bahaya menurut Poirot jika Hastings tahu padahal buktinya belum
ada.
Saya sampai harus
membuka-buka kembali halaman-halaman yang telah saya baca ketika proses membaca
buku ini. Takut ada petunjuk yang terlewat, tokoh yang tersesat, atau mungkin sesuatu
yang sengaja disembunyikan Poirot. Sepertinya, tidak cukup membaca Tirai ini satu kali saja, karena sesuatu
yang terasa tidak selesai atau mungkin karena saya yang tidak ingin cerita
Poirot selesai sampai di sini. Begitu banyak kejadian mengejutkan selepas
halaman 200. Begitu banyak tokoh yang menyimpan rahasia sekaligus terkuak
rahasianya menjelang akhir. Dan di sini, saya kembali membuka-buka lagi halaman
depan untuk mencoba menikmati lagi kisah ini, mencoba agar tidak terlalu
terjebak oleh tipuan penulis dalam menyembunyikan si X. Ekali lagi, Ratu
Misteri ini bisa menyembunyikan si X dengan rap. Saya memang sudah menduga
kalau ada sesuatu ketika Hastings hampir melakukan sesuatu yang xxxxx tetapi
sama sekali kalau si X adalah si X.
Yang bikin Tirai ini
greget adalah ada dua bonus tambahan dari Poirot di penghujung cerita. Tidak
saja identitas si X telah berhasil dikuak, masih ada dua kejadian besar lagi
yang menanti para pembaca di penghujung kisah. Salah satunya mungkin sudah bisa
ditebak lewat versi judul Tirai dalam
bahasa Inggris. Sebuah fakta yang bakal bikin penggemar Poirot tersedu-sedu.
Tetapi, selain itu ternyata ada satu fakta lain yang bakal mengejutkan pembaca.
Yah, di buku ini, sang detektif kesayangan kita memang digambarkan sedang
sakit-sakitan, semakin tua, dan lemah dan ini sudah bisa menjadi petunjuk
tentang akhir dari buku ini. Tetapi, sia-siap saja, bakal banyak bagian yang
akan mengecoh pembaca. Sehingga, kemungkinan yang saya alami juga akan
dilakukan pembaca lain: membuka-buka lagi halaman depan untuk mengecek
kebenaran fakta-fakta di belakang. Satu kata: KEREN. Terima kasih Papa Poirot,
terima kasih Tante Agatha Christie atas tokoh yang indah ini.
No comments:
Post a Comment