Search This Blog

Friday, March 31, 2017

House of Secret #3: Petualangan Final Walker Bersaudara/ri

Judul: Clash of the Worlds
Pengarang: Chris Columbus, Ned Vizzini, dan Chris Lylander
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman
Penyunting: Yuke P dan Yuli Pritania
Sampul: Vinsen 
Cetakan: Pertama, Februari 2017
Penerbit: Penerbit Noura 

34452912 

"Kecerdasan sejati adalah menyadari dan mengenali bukan apa yang kita ketahui ... tapi apa yang tidak kita ketahui...." (hlm. 458)

Petualangan tiga anak keluarga Walker diwarnai dengan bencana besar yang mengancam keberlangsungan dunia. Di dunia buku, Penyihir Angin mengumpulkan seluruh sekutu jahatnya untuk bersiap-siap menyeberang ke dunia nyata dengan tujuan untuk menguasainya. Padahal, di saat yang sama, tabir pembatas antara Bumi dengan dunia buku ciptaan Denver Kristoff semakin melemah, terutama dengan tewasnya sang Raja Badai di tangan anak perempuannya sendiri, Penyihir Angin. Cordelia, Brendan, dan Eleanor Walker sebagai satu-satunya tiga pahlawan yang bisa menyelamatkan dunia malah terjebak dalam masalah lain yang tak kalah pelik. Kebiasaan judi sang ayah telah menjadikan keluarga Walker miskin sehingga mereka terpaksa pindah ke sebuah apartemen mungil yang bobrok. Satu masalah belum selesai, muncul masalah lain. Makhluk-makluk ajaib yang selama ini hanya ada dalam buku-buku Kristoff mendadak muncul di dunia nyata. Fat Jagger sang gergasi baik hati muncul di teluk dekat San Fransico, sementara sesosok manusia salju menyeramkan juga dilaporkan dalam sebuah siaran berita di TV. 

"Aku ingin menolong orang-orang. Artinya, aku hanya ingin berbuat benar ketika berbuat benar itu penting." (hlm. 304)

Masalah rumah bisa diabaikan sejenak. Nasib dan keselamatan dunia harus diutamakan. Untuk mencari tahu cara mengembalikan Fat Jagger ke dunia buku, ketiga anak Walker harus memutar otak sampai akhirnya mereka sepakat untuk membangkitkan kembali Raja Badai yang telah tewas. Brendan yang ternyata memiliki ingatan kuat mendapatkan kehormatan untuk menjalankan tugas berbahaya ini. Cowok ini kebetulan masih ingat mantra pembangkitan yang dirapalkan para penyihir saat membangkitkan arwah para penjaga hikayat. Anda para pembaca yang sudah menyimak sepak terjang bocah kocak ini di buku pertama dan kedua pasti bisa menebak hasilnya. Tidak hanya membangkitkan Raja Badai (yah dia memang berhasil sih), dia juga membangkitkan seluruh mayat yang ada di kuburan besar di pinggiran San Francisco. Satu lagi masalah yang muncul: serangan zombie-zombie haus darah eh haus otak yang berkeliaran di makam.

 "Cinta membutuhkan pengorbanan, kerelaan menyerahkan sepotong kebahagiaan dan kesejahteraanmu sendiri untuk meningkatkan kehidupan yang lain." (hlm. 455)

Sementara Cordelia dan Eleanor juga tidak begitu beruntung. Eleanor memang berhasil memanggil Fat Jagger, tetapi kini mereka dikejar-kejar sepasukan Garda Nasional Amerika yang menganggap keberadaan raksasa baik itu sebagai ancaman. Saat menyelamatkan Brendan dari amukan zombie, keduanya juga menyadari kalau Brendan sudah digigit dan terinfeksi. Bocah itu sebentar lagi akan menjadi zombie. Sama seperti di buku-buku sebelumnya, ketika semua jalan terasa buntu dan masalah semakin memburuk, anak-anak Walker hanya bisa berlindung di balik keangkeran rumah Denver Kristoff. Kali ini, rumah itu kembali menyediakan jawabannya (yang--seperti biasanya--tidak mudah untuk dilakukan). Atas petunjuk arwah Raja Badai, ketiga bersaudara Walker harus masuk kembali ke dunia buku.  Selain untuk menyelamatkan Brendan, mereka harus bertualang kembali untuk mendapatkan tiga Penjaga Dunia. Tiga benda magis inilah yang akan mencegah tabrakan antara dunia kenyataan dengan dunia dalam buku-buku karya Kristoff. 

"Kepahlawanan bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Sifat itu sudah ada di dalam diri kita. Dan, itu baru berarti selama kita tetap menjadi diri sendiri." (hlm. 458)

Sekali lagi,  Cordelia, Brendan, dan Eleanor Walker harus melakukan perjalanan ajaib di dunia buku. Petualangan mereka beragam, dari era Wild Wild West hingga ke pulau ganjil dengan tumbuhan berwarna-warni. Musuh-musuh yang dihadapi pun tidak kalah berbahaya. Awalnya, mereka harus berhadapan dengan sherif picik berpikiran sempit, alien yang entah kawan atau lawan, serta mahkluk cantik dari Atlantis. Membaca dan menikmati petualangan ketiga anak Walker ini ibarat menyaksikan sebuah film petualangan anak-anak yang seru. Dengan kalimat sederhana, ini adalah novel yang sangat filmis. Ide penggabungan antara buku dan film ini sedikit disinggung pada halaman 298. Untuk rangka cerita secara garis besar, fokus buku ketiga ini lebih pada memasukkan sebanyak mungkin adegan aksi dalam cerita sehingga tak terlalu mempermasalahkan pilihan kata. Kisahnya pun bergerak cepat, kejar mengejar dari satu petualangan ke petualangan lainnya. Beberapa adegan di dalamnya mungkin sedikit mengingatkan kita pada film Jumanji dan Up! yang dipadukan dengan Shark Boy dan The Myterious Island sebelum berujung pada ending yang lumayan klise tetapi tetap enak dinikmati.

"Mereka keluargamu. Ikatan di antara kalian sangat dalam. Jauh lebih dalam daripada sihir atau buku kuno." (hlm. 454)
Jika ada yang dikritisi, mungkin sampulnya. Sampul buku versi bahasa Indonesia ini kurang menggambarkan apa yang terjadi di dalam buku. Di cerita, ketiga Walker bersaudara terbang dengan balon hidrogen besar yang tersembunyi di salah satu bagian rumah Kristoff. Jadi, seperti di film Up!, rumah itu ikut terbang. Sementara di sampul buku ini digambarkan ketiga anak itu terbang dengan keranjang balon udara. Tapi, model sampul karya Vinsen yang macam ilustrasi begini selalu kena banget bagusnya. Hal lain mungkin alur ceritanya yang melompat-lompat terlalu cepat: dari dunia nyata lalu ke Wild West, lalu ke pulau ajaib, lalu ke tempat-tempat lain. Begini, seolah petualangan di satu lokasi cepat-cepat dirampungkan karena sudah ada petualangan lain yang menunggu di lokasi lain. Ini benar-benar seperti kita sedang menonton film. Ya, teknik berkisah cepat seperti ini ok ok saja sih sebagai bentuk variasi dalam story telling, tapi mungkin karena saya terbiasa baca novel yang deskripsinya detail banget jadinya serasa kurang puas saja sih. Misalnya, saat anak-anak ini ada di Atlantis, sayang sekali deskripsinya hanya seperti sepintas lalu. Selebihnya, novel ini adalah tentang kepahlawanan, pengorbanan, bertumbuh dewasa, kesetiaan pada nilai-nilai keluarga dengan ending yang menyenangkan.

Tentang terjemahannya? Seperti biasa, hasil terjemahan Mbak Lulu Fitri Rajman selalu keren, idolakuh.

No comments:

Post a Comment