Search This Blog

Saturday, April 1, 2017

Sisi-Sisi Lain Sebuah Perjalanan



Judul: The Naked Traveler 7 (Naked Traveler #7)
Penulis: Trinity
Tebal: 286 hlm
Cetakan: Pertama, Juli 2016
Penerbit: B-First

30758366

Seri The Naked Traveller selalu layak ditunggu karena menyajikan cerita-cerita perjalanannya yang unik dan berbeda. Trinity tidak hanya memotret keindahan suatu objek wisata semata, tetapi apa yang ada di samping atau di belakang tempat wisata pun turut disorotinya juga. Dengan demikian, pembaca akan mendapatkan pemandangan lengkap dari sebuah tempat wisata yang terkenal. Inilah jenis tulisan perjalanan yang tidak hanya memuaskan mata pembaca, tetapi juga memperkaya hati. Segala pengalaman unik Trinity dalam setiap perjalanannya mengingatkan kita kembali bahwa selalu ada hitam dan putih dari setiap objek wisata. Bersama Trinity, perjalanan wisata tidak semata sekadar ajang berfoto narsis di tempat-tempat eksotis dan hits, tetapi juga sebagai sarana untuk lebih mengenal manusia dengan berbagai warnanya.
Seperti di buku ketujuhnya ini, Trinity banyak mengupas tentang sisi lain dari sebuah perjalanan wisata. Tidak melulu senang, kita diajak turut merasakan kehilangan yang dialami Trinity saat ibunda tercinta wafat sementara dirinya masih berada di pulau terpencil di Filipina. Sebuah perjalanan wisata yang semestinya menyenangkan bisa tiba-tiba berubah begitu merepotkan.  Demikian juga hidup, yang kadang bisa berubah sekejap mata tanpa kita mampu menyetirnya. Kita hanya bisa menjalani (dan sebisa mungkin menikmati) kehidupan, sementara bagaimana perjalanan itu akan berujung adalah urusan Tuhan yang Maha Kuasa. Maka inilah salah satu dari tujuan melakukan perjalanan, untuk mengingatkan manusia tentang betapa kecilnya kita di hadapan luasnya alam ciptaanNya, juga di hadapan kekuasaan takdir-Nya. Mungkin ini sebab mengapa banyak orang bijak di zaman dulu yang gemar melakukan perjalanan jauh.

Kembali di Naked Traveller 7, buku ini secara fisik lebih tebal meskipun variasi tempat yang dikunjungi Trinity tidak banyak sekali. Seingat saya cuma Filipina, Kanada, Tanzania dan negara-negara sekitar, Seycelles, India, Fiji, dan Australia. Plus, beberapa tempat di Indonesia tentunya. Fontnya lebih kecil, tetapi ini diimbangi dengan halaman-halaman berwarna yang lebih nyaman dipandang. Lebih bikin iri, lebih tepatnya. Terkait cara penulisan, Trinity masih konsen dengan teknik menulisnya yang gesrek-asyik semau gue tetapi selalu bikin kangen. Sesuai dengan judul bukunya yang naked alias apa adanya, Trinity dengan santai dan lepas menuangkan semua yang dia alami dalam perjalanannya mengelilingi dunia. Kemudian, bab-babnya juga pendek-pendek jadinya nggak bosan membacanya. Rupanya, penulis membagi-bagi satu tulisan di satu tempat menjadi beberapa bab pendek yang enak dibaca. Secara umum, membaca buku ini masih sama menyenangkannya dengan membaca seri-seri NT sebelumnya.
Kalau ada yang kurang, mungkin foto-fotonya. Foto-fotonya sangat kurang banyak padahal Trinity dengan berapi-api menggambarkan spot-spot keren yang dikunjunginya. Terutama di pulau Flores yang ada air panas di tengah hutan hijau itu, saya kepengen banget lihat fotonya. Juga, ada tulisan tentang kota Ende yang sejak dulu masyhur sebagai kota penerbit buku-buku pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dulu. Namun, kekurangan ini terbayarkan dengan sedikit cerita perjalanan si Yasmin (sahabat kental Trinity) saat menjalankan ibadah Haji di Tanah Suci.  Membaca pengalaman traveling Trinity yang dikisahkan apa adanya itu selalu seru dan mengasyikkan. Buku ini mengingatkan saya bahwa ada dunia luas di luar sana, sekaligus juga menyadarkan bahwa Indonesia tetaplah rumah tempat kembali yang paling indah.

No comments:

Post a Comment