Search This Blog

Wednesday, March 8, 2017

Pengumuman Pemenang Blogtour and Giveaway: Habibie, Ya Nour El Ain

Judul: Habibie, Ya Nour Elain
Pengarang: Maya Lestari GF
Penyunting: Irfan Hidayatullah dan Irawati Subrata
Cetakan: Pertama, Desember 2017
Tebal: 238 hlm
Penerbit: DAR! Mizan
ISBN : 978-602-420-298-9






"Setiap orang perlu dikenang dengan cara yang baik. Dan sebuah pohon atau bunga, adalah pengingat yang menyenangkan." (hlm. 64)

Dunia pesantren ternyata juga menyimpan sepilihan kisah cinta yang tidak kalah manisnya dengan kisah cinta di SMA. Tentu, aroma romansa yang muncul juga akan berbeda dibanding kisah-kisah cinta biasa. Lingkungan pesantren yang membatasi pergaulan antara santriwan dan santriwati menjadikan minimnya interaksi yang terjadi. Tetapi, bukan pertama kali cinta tumbuh di balik tembok pesantren. Walau hanya jenis cinta yang malu-malu dan hanya bisa memandang dari kejauhan (bahkan hanya dalam mimpi), bibit-bibit cinta bisa tumbuh di mana saja, termasuk di pesantren.  Pelan tapi menetap, cinta itu menyusup dalam kalbu sebelum kemudian bermukim di hati selamanya. Tiada siang atau malam yang terlewat tanpa memikirkan si dia.

"Tapi jatuh cinta bukanlah sesuatu yang bisa direncanakan .... Cinta adalah sesuatu yang di luar dimensi manusia. Ia tidak berada dalam rencana-rencana atau cita-cita. ... Cinta diciptakan dengan dimensi dan logikanya sendiri dan diciptakan Tuhan untuk masuk ke alam manusia dengan cara yang tidak mampu kita pahami." (hlm. 14)

Inilah yang dialami oleh Nilam, seorang santriwati taat di sebuah pondok pesantren. Takdir telah mempertemukannya dengan Barra Sadewa tepat di bawah pohon mahoni kesukaannya. Pohon yang menjadi penanda kelahirannya itu seolah menjadi sebuah pertemuan malu-malu yang tak disangka akan mengubah hari-hari kedua insan muda ini. Karena kebandelannya, Barra yang anak SMA biasa dihukum oleh kepala sekolahnya untuk mondok selama dua pekan di pondok pesantren milik ayah Nilam. Memasuki dunia pesantren yang masih sangat asing, Barra kebingungan dan terpaksa bertanya kepada satu-satunya manusia pertama yang dijumpainya di pesantren, Nilam. Dalam diamnya, Nilam berusaha menanggapi Barra yang tengah bertanya arah ke pesantren putra. Debar-debar aneh mulai terasa di hati Nilam. 

Kamu seperti bukan dari dunia ini. Seperti muncul dari buku-buku sastra lama, atau keluar dari pikiran-pikiran paling terhormat seorang pujangga." (hlm 46)
Walau sadar bahwa dia dan Barra begitu berbeda bak langit dan bumi, entah kenapa sosok cowok badung itu terus terbayang dalam pikirannya. Nilam adalah seorang santriwati pemalu yang lebih suka menghabiskan waktu bersama buku-buku. Barra Sadewa, sebaliknya adalah tipe cowok SMA bandel yang suka kelayapan dan main musik sampai malam. Mungkinkah kedua insan yang jauh berbeda ini dipersatukan? Bukankah cinta biasanya menyatukan mereka yang hampir sama dan serupa? Ah, tetapi Tuhan Maha Berkuasa, cinta juga kadang bisa menyatukan dua insan yang begitu berbeda. Tetapi, lingkungan pesantren yang ketat tidak memungkinkan cinta keduanya diumbar. Hanya surat menyurat yang menjadi curahan hati. Surat demi surat menjadi saksi perjalanan cinta keduanya. Lewat surat Barra untuk Nilam dan surat Nilam untuk Barra, pembaca diajak menyaksikan perjalanan cinta keduanya. Cinta yang malu-malu mungkin ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kisah Nilam dan Barra. Mungkin kah cinta keduanya bisa bersatu sementara dunia mereka sedemikian berbeda?  

Hidup adalah refleksi diri kita. Apa yang kamu keluarkan untuk dunia, itulah yang akan dipantulkan balik kepadamu. Kamulah yang memilih, akankah memberi kebaikan atau keburukan." (hlm. 16)

Semenjak Syahadat Cinta dan Perempuan Berkalung Sorban, saya jarang membaca novel berlatar pesantren. Membaca novel ini, selain membawa nostalgia indah itu, juga memperkenalkan kembali nuansa pesantren yang khas. Eloknya lagi, setting pesantrennya di pedalaman Sumatra bikin terkenang pada buku-buku Balai Pustaka di era SMP dulu. Nah, selain kisah cinta Nilam dan Barra, keunggulan lain dari buku ini  ada pada sosok-sosok pendamping yang sedemikian bijaksana. Seperti ayah Nilam dan juga guru-guru di pondok pesantren, ujaran dan ucapan mereka sedemikian menyejukkan. Nilai-nilai islam di pesantren yang menyejukkan kembali dihadirkan lewat tokoh-tokoh ulama di buku ini. Pokoknya, selain dapat cinta yang manis disimak, pembaca juga dapat banyak petuah-petuah yang maknyes di hati. 

"Kadang orang tak memerlukan banyak nasihat. Mereka cuma butuh melihat, bahwa mereka disayangi. Kasih sayang adalah nasihat yang paling baik." (hlm. 155)


PENGUMUMAN PEMENANG


Mohon maaf atas keterlambatan mengumumkan pemenangnya, saya kira ditutup tanggal 15 Maret. Aduh mohon sekali lagi maafkan saya ya. Tanpa menunda-nunda lagi, inilah sang pemenang terpilih yang beruntung:
 
Nama: Didi Syaputra
Twitter: @DiddySyaputra

Selamat untuk sang pemenang. Nanti akan saya hubungi lewat DM Twitter. Terima kasih juga buat teman-teman yang sudah ikutan. Untuk selanjutnya bisa menyambangi blog Mbak Asri (Peek the Book) buat ikutan blogtournya di pekan ketiga.
  

24 comments:

  1. Nama: Aulia
    Twitter: @nunaalia
    Tautan share: https://twitter.com/nunaalia/status/839321737909002240

    "Pengen coba mondok di Pondok Pesantren nggak sih? Kalau iya alasannya apa, dan kalau tidak alasannya apa juga."

    Pengen banget!
    Alasannya pengen menebus rasa penyesalan karena dulu waktu masa sekolah pernah nolak usulan orangtua untuk masuk pesantren. Sekarang melihat lulusan pesantren yg hafidz qur'an, menguasai ilmu agama lebih dalam, bisa bahasa asing dengan lebih fasih, juga memiliki pribadi yang menentramkan hati hanya dengan melihatnya, bikin pengeeen banget seperti mereka.

    Terkadang kalau sudah penat dan merasa bosan dengan rutinitas, rasanya pengen banget mengasingkan diri ke pesantren, mencharge kembali keimanan yg turun karena kesibukan yg membuat lalai. Dan yg paling pengen banget tuh bisa menghafal al-quran yg kalau dilakukan di dalam pesantren akan bisa lebih fokus dari pada di rumah yg biasanya terpengaruh mood dan keadaan yg akhirnya kadang malah putus di tengah jalan.

    Semoga saja suatu saat ada kesempatan untuk mondok di pesantren. Tapi yg lebih penting semoga aku bisa terus berusaha untuk menghafal quran di manapun berada. Doakan yaaa :)

    ReplyDelete
  2. Nama:Alfath
    Twitter:@alfari_12
    Tautan share:https://twitter.com/alfari_12/status/839340012902600705
    Jawaban:Pengen coba.
    Alasan:
    (1) Belajar di pondok pesantren dapat mempermudah para santrinya bermasyarakat sejak dini. Bayangkan saja, segala peraturannya yang ketat dan penuh kegiatan itu sama halnya melatih para santri menaati tata tertib. Nah setelah mereka bermasyarakat, mereka akan mudah belajar untuk menaati peraturan di lingkungan mereka, dan tentu saja mereka sudah terbiasa belajar untuk memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Lalu mereka juga belajar bagaimana berdamai dengan orang lain. Sebagian besar pondok pesantren membagi beberapa santri (atau santriwati) dalam satu kamar, belajar bersama dengan santri/santriwati yang lain, dan bisa dikatakan hampir 24 jam mereka berinteraksi antara satu santri dengan yang lain. Mau tidak mau mereka harus belajar bertoleransi dan berdamai tidak menimbulkan konflik antar santri. Bahkan bila mereka mempunyai konflik pun, mereka dituntut untuk segera menyelesaikan permasalahan mereka secepatnya.
    (2) Masa depan.
    Seperti halnya jenis sekolah yang beragam, pesantren pun banyak pilihannya. Mulai dari yang sekedar belajar mendalami agama saja, dan ada yang berbentuk modern; mengajarkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan lain. Memang rasanya waktu untuk 'bermain' lebih sedikit daripada pelajar yang bersekolah di tempat non pesantren, namun disiplin dan kebersamaan antar satu santri dengan yang lain tentu akan memberikan suasana yang berbeda. Bahkan waktu ‘bermain’ yang sedikit itu akan digunakan sebaik-baiknya. Nah, masa depan yang ditawarkan ketika bersekolah di pesantren juga tidak 'lebih sedikit' dari mereka yang lulus dari non pesantren. Bahkan bila berprestasi, akan mudah mendapat surat rekomendasi melanjutkan pendidikan lebih tinggi ke negara yang membuka kerjasama dengan pondok pesantren tersebut. Misal ke negara Mesir, Yaman, atau bahkan Saudi Arabia. Ini tidak jauh beda dengan kesempatan yang diperolah siswa-siswa berprestasi di sekolah negeri atau swasta yang mendapat kesempatan melanjutkan studi ke luar negeri. Tidak melanjutkan ke luar negeri pun, lulusan pesantren tetap bisa berkuliah di kampus dalam negeri. Tidak sedikit juga pesantren yang membekali para santrinya keterampilan lain untuk bekal mereka yang ingin terjun langsung sebagai wiraswasta setelah mereka lulus nanti.

    ReplyDelete
  3. Nama: Rohaenah
    Twitter: @rohaenah1
    Tautan share: https://twitter.com/rohaenah1/status/839424968446259202
    Jawaban: keinginan untuk pengen nyoba mondok di pesantren sih ada, tapi mungkin hanya sekedar mau ngerasaain aja rasanya hidup di pesantren. Tapi kalo untuk menempuh pendidikan yang lebih serius dan tinggal disana sepertinga nggak. Aku tahu sih, mondok di pesantren itu tujuannya sangat baik dan bukan hal yang bisa disepelekan yaitu untuk kebaikan dalam hal dasar agama. Tapi aku banyak mendengar dari cerita2 orang yang pernah mondok di pesantren, aturannya tuh ketat banget dari bangun pagi sampai ke waktu tidurnya. Dan aku akui, aku bukan tipe orang yang sanggup melakukan hal itu setiap harinya. Bahkan terdengar kabar kalau orang yang tidak betul-betul niat tanpa diiringi itikad yang kuat banyak yang tidak sanggup menjalaninya, sampai ada siswa yang stres. Mungkin karena tidak kuat menjalani gemblengan pelajaran disana.Itu bener2 membuat aku takut.

    ReplyDelete
  4. Nama: Ana Bahtera
    Twitter: @anabahtera
    Link: https://twitter.com/anabahtera/status/839472554930688002

    "Pengen coba mondok di Pondok Pesantren nggak sih? Kalau iya alasannya apa, dan kalau tidak alasannya apa juga."

    Pengen.
    Karena selama ini aku susah jauh dari orangtua, kalau pergi jauh cepat sekali rindu akan rumah. jadi sangat ingin merasakan bagaimana menjadi mandiri dengan teman-teman se pasantren, tidur sekamar rame-rame, bergosip sampai larut malam atau bahkan kena hukuman karena terlambat shalat kemesjid....hahaha

    ReplyDelete
  5. Nama : Aminatuzzahra
    Twitter : @aminatuzzahra21
    Link Share : https://twitter.com/aminatuzzahra21/status/839727870050127873

    "Pengen coba mondok di Pondok Pesantren nggak sih? Kalau iya alasannya apa, dan kalau tidak alasannya apa juga."

    Pengeeen bangett. Alasannya karena :
    - Ingin Mendalami Ilmu Agama
    - Ingin Menguasai Bahasa Arab Dan Inggris
    - Ingin Memiliki Banyak Teman
    - Ingin Hidup Berdisiplin dan mandiri
    - Ingin berhijrah dari masa kegelapan menuju masa pencerahan.

    ReplyDelete
  6. Nama : Erlina Dwi
    Twitter : @erliynaDN
    Link Share : https://twitter.com/erliynaDN/status/839827896629813248


    Pengen coba mondok di Pondok Pesantren nggak sih? Kalau iya alasannya apa, dan kalau tidak alasannya apa juga.

    Jawaban:
    Pengen banget!
    Karena saya ingin mempelajari lebih dalam dan menguasai tentang ilmu agama, ingin bisa dan mengerti bahasa arab, ingin memperbaiki diri, dan jika berada di pondok pesantren dapat melatih kedisiplinan serta tanggung jawab serta juga dapat mengenal teman - teman dari berbagai kota.

    ReplyDelete
  7. Elsita F. Mokodompit
    @sitasiska95
    https://twitter.com/sitasiska95/status/839883240559165443

    Mau. Pesantren memang bisa dibilang hampir pasti membuat kita terasa seperti dipenjara, penuh aturan yang harus ditaati. Tapi hidup di pesantren nggak hanya memberi keuntungan untuk mengenal Sang Pencipta leboh dekat, tapi membantu kita belajar mandiri dan disiplin. Selain itu, pendidikan di pesantren nggak kalah berkualitas dengan sekolah umum. Kita tetap mendapat pelajaran sesuai kurikulum pendidikan yang ada plus tambahan ilmu-ilmu agama yang akan bermanfaat dalam kehdiupan sehari-hari. Pengetahuan kita malah jadi semakin luas. Di pesantren juga ada berbagai macam ekskul yang bisa kita ikuti sesuai minat, dan sekarang pesantren sudah menyediakan sarana untuk menyalurkan skill dan bakat dalam diri. Kita juga diajari bahasa asing dan terkadang wajib menggunakannya pada hari-hari tertentu. Singkatnya, hidup di pesantren adalah suatu cara membiasakan hal-hal baik dalam hidup dan kehidupan. Jadi aku akan mau

    ReplyDelete
  8. Nama: Khaerunnisa
    Twitter/Facebook: @NhisaMinoz75
    Tautan share: - https://mobile.twitter.com/NhisaMinoz75/status/840016252122812416?p=v
    - https://mobile.facebook.com/story.php?story_fbid=163541167495276&id=100015181809017&refid=17
    Pengen coba mondok di Pondok Pesantren nggak sih? Kalau iya alasannya apa, dan kalau tidak alasannya apa juga."
    Jawaban: pengen banget skolah di pesantren walau pesantren terdengar horor di telinga anak jaman sekarang mungkin karena peraturan dan disiplinnya yang mendidik para santri agar menjadi orang yang berguna, mental baja dan karakter pemimpin. Yang mana, menjadikan pesantren itu terdengar horor bagi anak jaman sekarang, tapi bagi saya peraturan seperti ini sangatlah wajar kita masuk ke pesantren untuk mempelajari ilmu agama lebih dalam lagi serta menjadikan diri kita lebih baik lagi dari sebelumnya. Kalau aturannya tidak terlalu berat bagaimana kita bisa berubah? Aturan yang berat seperti itu bukan diterapkan untuk menakut-nakuti para santri, tapi itu cara pesantren untuk mendisiplinkan santrinya. Saya ingin mondok di pesantren karena ingin belajar agama lebih dalam lagi, ingin memperbaiki akhlak saya, pengen memperbaiki bacaan qur'an dan pengen menjadi penghafal qur'an.

    ReplyDelete
  9. nama : Farida Endah
    Twitter : @farida271
    tautan share : https://twitter.com/farida271/status/840069169668280320
    jawaban : Mau, karena ingin mempunyai ilmu dan pengetahuan yang berbeda dari teman-teman yang bersekolah di sekolahan umum dan masih ikut orangtua, selain itu juga untuk mempunyai pengalaman yang baru dan berbeda dari yang lain, serta untuk menambah wawasan dan ilmu tentang agama.

    ReplyDelete
  10. Nama :Dini Auliana Putri
    Twitter :@Dini_Auliana28
    Link share : https://twitter.com/Dini_Auliana28/status/840190646497435648

    Jawaban :Satu tahun lalu aku sempat mondok walaupun hanya beberapa bulan saja. Bukan paksaan orangtua atau siapapun, melainkan itu murni keinginanku sendiri. Bahkan orangtua sempat kaget dengan keputusanku untuk mondok. Namun secepat angin berhembus mereka pun sangat bersyukur dengan keputusanku. Awalnya memang belum terbiasa dengan suasana pondok. Harus bangun di 1/3 malam sampai menjelang subuh. Mandi ngantri, makan ngantri, apapun serba ngantri, tidur juga waktunya dibatasi. Naik turun tangga sampai kaki bengkak, berhubung camp-nya ada dilantai 3 paling ujung. Aktivitas mengaji yang dilakukan pagi, siang, dan malam. Sering banget nyewa telpon terus nangis-nangis sambil nelpon orangtua, merasa kaget walaupun sebenarnya sudah tahu dari cerita saudara-saudaraku yang sudah pernah mondok. Tapi itu pilihanku. Jadi harus aku jalani. Dulu sempat ditawarin juga buat sambil kuliah dipondok. Tapi mikir, what? 4 tahun? Sampai akhirnya aku mulai terbiasa dengan suasana dan aktivitas pondok, dan Allah mempertemukanku dengan 3 orang yang selalu melengkapi kekuranganku, selalu mengisi kekosonganku yang kadang merindukan rumah. Ya mereka sahabatku sampai sekarang.
    Jadi jika ditanya pengen mondok di pondok pesantren apa enggak? Jawabannya adalah aku sudah pernah mengalami kehidupan pondok, dan aku bersyukur bisa lebih dekat dengan Tuhan yang menciptakanku. Bisa lebih menyadari kekhilafan" yang pernah dilakukan sebelumnya. Bisa merasakan bagaimana hidup mandiri dipondok. Susah, sedih, senang dan bersyukur berbaur menjadi satu pengalaman hidup yang tak mungkin aku dapatkan ditempat lain. Dan buatku itu sangat indah dan tidak akan terlupakan.

    ReplyDelete
  11. Nama : Humaira
    Twitter : @RaaChoco
    Tautan Share : https://mobile.twitter.com/RaaChoco/status/840180105104171008?p=v
    Jawaban :


    "Pengen coba mondok di Pondok Pesantren nggak sih? Kalau iya alasannya apa, dan kalau tidak alasannya apa juga."


    Pengen. Alasannya untuk perbaikan dan mengobati diri sendiri sebenernya. Ditambah pesantren saat ini jauh lebih modern dan berkembang. Di pesantren aku mendapatkan segala macam pendidikan, semua ilmu dunia dan akhirat. Bekal untuk persiapan yang bisa aku bawa sampai mati ilmunya, bisa aku amalkan juga, bisa untuk bekal aku ketika berumah tangga dan bekal untuk mendidik anak-anakku kelak. Karena aku sebagai wanita, yang merupakan sekolah bagi anak-anakku kelak. Biar aku sebagai wanita bisa cantik luar dalam, karena ini yang penting. Bukan kecantikan lahiriah saja yang aku butuhkan, tapi cantik hati lebih utama.

    ReplyDelete
  12. Nama : Riza Putri Cahyani
    Twitter : @Zhaa_Riza23
    Link share : https://twitter.com/Zhaa_Riza23/status/840400591448764416

    Pengen, karena lingkungan pesantren merupakan lingkungan yg paling mendukung untuk menuntut ilmu dunia dan ilmu agama. Ada yg ngingetin kita tentang amalan yaumiyah jadinya lebih terkontrol. Selain itu, Insyaa Allah kita juga lebih terjaga karena akhwat dan ikhwan terpisah sehingga mencegah perbuatan keji.

    ReplyDelete
  13. Nama: Bety Kusumawardhani
    Twitter: @bety_19930114
    Linkshare: https://mobile.twitter.com/bety_19930114/status/840566788165382145?p=v

    Mau donk. Pesantren itu ibarat pintu untuk meningkatkan kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Selama di pesantren banyak sekali manfaatnya, yakni:

    1. Terjaga dari pengaruh buruk lingkungan bebas
    Santri yg tinggal di lingkungan pesantren pergaulannya dibatasi dan ada skat-skat tertentu, bahkan dalam lingkungan itupun terkadang ada zona terlarang. Putra dan putri dipisahkan untuk meminimalisasi intensitas pertemuan dan mencegah hal yg tidak diinginkan. Ini adalah salah satu bukti bahwa lingkungan pesantren itu terjaga dari pengaruh yg dapat merusak pola fikir siswa.

    2. Pembentukan Karakter
    Pada lingkungan pesantren, pembangunan dan pembentukan karakter lebih cepat karena pembinaan terus menerus berjalan bukan hanya di dalam kelas tapi juga diluar kelas. Santrinya menjadi lebih disiplin dan mandiri. Kemandirian sangat terlihat di pesantren semisal mencuci pakaian, kegiatan teratur dan memepersiapakan segala sesuatu dengan telaten.

    3. Ibadah tepat waktu
    Shalat lima waktu dan ibadah sunnah lainnya berjalan terprogram dengan baik sehingga secara tidak langsung akan menumbuhkan sikap disiplin dan tepat waktu untuk menjalankan ibadah.

    4. Cerdas dan kreatif
    Selain ilmu agama yg menjadi bertambah, juga ilmu lain sebagai bekal untuk menghadapi dunia yg sesungguhnya setelah lulus dari pesantren. Lulusan pesantren biasanya menguasai minimal dua bahasa asing (Arab dan Inggris) dan mampu sukses di kancah internasional baik sebagai pengusaha, author maupun mahasiswa/siswa yg melanjutkan studi ke luar negeri.

    ReplyDelete
  14. Nama: Ochi
    Twitter: @Arthms12
    Tautan share: https://mobile.twitter.com/Arthms12/status/840616265903304704
    Jawaban:


    "Pengen coba mondok di Pondok Pesantren nggak sih? Kalau iya alasannya apa, dan kalau tidak alasannya apa juga."

    Hm, sebenernya aku ingin jawab jawaban yang diingkan host supaya aku menang. Hohoho😂😂 tapi nggak deh. Mau jujur-jujuran aja. Aku itu dulu setelah lulus SD, ada temenku yang lanjutin pesantren, awalnya aku tertarik, tapi cuma bentar dan akhirnya betah di SMP-ku. Tapu selulusnya dari SMP, temenku yang ke pesantren makin banyak dan salah satunya gebetanku:" entah kenapa di sana rasanya jadi penasaran banget. Emang apa sih menariknya pesantren? Kenapa doi mau banget masuk sana? Dan kalau aku ditanya pengin gak sih nyoba mondok di pesantren, jawabannya adalah setengah-setengah. Fifty-fifty. Aku ini tipe orang yang suka dikekang dan terlalu banyak aturan *tipe pemberontak bgt gitu ya* dan seperti yang selalu diceritakan temenku yg sambil SMP sambil pesantren juga, di pesantren itu banyak banget aturan, banyak banget hafalan. *emang dasarnya anak males aja akunya* Emang sih, di pesantren itu banyak manfaatnya dan ibuku juga pernah seneng karena aku berniat pengin ke pesantren dulu. Tapi ya gitu, jiwa bebasku nggak bisa kulawan. Dan setengahnya lagi, aku tetap penasaran gimana sih tinggal di pondok itu tapi aku gak mau ngerasain😂 mungkin satu2nya cara adalah dg berkunjung ke pondok itu dan nonton para santri😁

    ReplyDelete
  15. Nama: Ummi Haniefa
    Twitter: @fumichanief
    Tautan share: https://twitter.com/fumichanief/status/840608503580381188
    Jawaban:
    Pengen banget!! Alasannya karena memang salah satu cita-cita ku bisa menuntut ilmu di pesantren, tapi masih belum tercapai hingga sekarang. Jadi waktu lulus SMP dulu, aku melanjutkan di madrasah aliyah hingga saat ini. Yang memang mirip-mirip pesantren karena sekolah yang berbasis agama islam. Dan menuntut ilmu di sekolah umum dibanding sekolah agama rasanya beda banget. Apalagi ada salah satu guru laki-laki masih muda di madrasah tempatku menuntut ilmu saat ini, yang lulusan pondok pesantren Baitul Qur'an. Masih awal semester ini mulai menjadi guru di madrasah. Ia penghapal Qur'an. Kagum banget sama guru ku yang satu ini pokoknya. Karena sehabis ia lulus MA, ia langsung melanjutkan ke pesantren tersebut, padahal ia banyak di terima di perguruan tinggi favorit di indonesia. Namun demi menghapal Qur'an yang sebegitu tebalnya, ia rela masuk pesantren dan mengabaikan universitas-universitas tersebut. Dari seseorang itulah rasa kemauan dalam diriku untuk menuntut ilmu di pesantren semakin besar. Ia mampu memotivasiku. Padahal awalnya aku sudah pasrah karena merasa gak ada waktu lagi buat menuntut ilmu di pesantren. Jadi kalau misalnya ada kesempatan untuk ku untuk mondok di pesantren, kenapa enggak? Setidaknya kalau memang enggak sempat, aku bisa menyuruh anak ku nanti untuk bersekolah di pesantren :D (masih lama xD

    ReplyDelete
  16. Nama: Didi Syaputra
    Twitter: @DiddySyaputra
    Tautan Share: https://twitter.com/DiddySyaputra/status/840154145860415489

    Jawaban:
    Mungkin lebih tepatnya untuk saya pribadi pertanyaan ini dimodivikasi menjadi 'Pengin mondok di pondok pesantren lagi gak?'. Karena pada dasarnya dunia pondok pesantren memang telah akrab sekali dalam keseharian saya dulu. 3 tahun saya bergelut di dunia ini. Ya cukup melelahkan. Karena full aktivitas selalu berkaitan dengan ilmu, ilmu dan ilmu. Dari mulai beranjak bangun di 1/3 malam untuk tahajjud hingga kembali tidur lagi pada sekitaran jam 22.00. Selalu begitu. Rutinitas ini benar-benar mendarah daging dalam keseharian saya. Meski cukup menguras tenaga karena full time sesak dengan kegiatan pengembangan ilmu, tapi secara sadar saya gak sama sekali jenuh dengan aktivitas padat ini, justru saya sangat menikmatinya, sebab bagi saya kejenuhan akan lenyap dengan sendirinya seiring dengan terbiasa melakukannya. Dan alasan utama kenapa pengin mondok lagi, 100% gak hanya karena punya keinginan menggali ilmu keagamaan lebih dalam lagi seperti yang seringkali terlontar oleh orang-orang yang memutuskan hijrah ke dunia pesantren. Namun alibi saya lebih pada kebersamaan yang terbentuk dalam keseharian di sini. Gak jarang saya merasa pesantren merupakan wadah bagi saya untuk membangun karakter dalam diri yang lumrahnya selalu digaung-gaungkan 'Bersatu Teguh Bercerai Runtuh.' Sebab gak dipungkiri kebersamaan selalu menjadi prioritas utama dalam segala hal, seperti belajar, makan, tidur, jajan, dan mandi pun bisa menjadi agenda yang kami lakukan sama-sama. Dengan alasan ini saya lebih merasa terpanggil untuk selalu berada dalam lingkaran kegiatan yang benar-benar menempa saya untuk mendahulukan keputusan bersama dan bukannya pilihan namun lebih pada kewajiban. Karenanya gak ada alasan yang lebih perlu didahulukan yang bisa menunda-nunda niatan baik untuk kembali ke majlis ilmu pondok pesantren. Saya sangat berharap sesegera mungkin kembali bisa berbaur dalam kegiatan-kegiatan sarat ilmu ini. Uhibbukum.

    Terima kasih!

    ReplyDelete
  17. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  18. Nama:Wirda Nissa
    Twitter:@wirda_nisaa
    Tautan Share :Lihat Tweet @wirda_nisaa: https://twitter.com/wirda_nisaa/status/840803162013356032?s=07
    Jawaban:
    Pengen coba mondok di pesantren ngak sih? Tentu saja aku oengen coba sekali,Why?Karena,Di Pesantren itu kita akan menuntut ilmu agama yang lebih tinggi,kebanyakan para Santri di sana menjadi seorang tahfidz yang terkenal setelah keluar di pesantren,aku juga ingin bisa menghafal al-quran. Selain itu pesantren juga akan menguatkan iman kita dan di sana kita akan jauh dari pikiran yang namanya Pacaran. Tempat laki-laki dan perempuan selalu di pisah. Setiap hari salat bersama,setiap malam selalu salat thajjud membuat hubungan kita dengan allah akan semakin dekat. Semuanya di tuntun ke jalan yang benar,disana kita dapat membedakan yang mana yang benar dan tidak. Saya juga bisa berharap agar dapat memiliki ilmu agama yang cukup tinggi karena,itu sangat penting dalam kehidupan saya sendiri.

    Terima Kasih!

    ReplyDelete
  19. Nama: Lina Ernawati
    Twitter: @Linaernaw
    Tautan share:
    https://twitter.com/Linaernaw/status/840878343083839488

    "Pengen coba mondok di Pondok Pesantren nggak sih? Kalau iya alasannya apa, dan kalau tidak alasannya apa juga."

    Jujur saya ini tipikal orang yang tidak bisa jauh dari orang tua, tetapi jauh dilubuk hati saya sangat ingin menuntut ilmu di pondok pesantren. Kenapa? karena saya sangat ingin memperdalam ilmu agama dan juga belajar bertanggung jawab pada diri sendiri dan juga agama.
    InsyaAllah dengan masuk ke pondok pesantren saya akan bisa membahagiakan orang tua di dunia dan akhirat.
    Saya ingin menjadi anak yang sholeha agar nanti bisa menjadi penerang kubur untuk orang tua yang InsyaAllah di akhirat nanti dipasangkan mahkota terindah.
    Setidaknya dengan masuk ke pesantren saya bisa memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

    ReplyDelete
  20. Nama:Femmy Adis
    Twitter :@FemmyAdis
    Tautan share : https://twitter.com/Femmyadis/status/839659506288115712

    Jawaban : Kalau aku sih enggak mau, atau lebih tepatnya belum kepikiran.
    Banyak orang yang ingin masuk pesantren dengan alasan ingin memperbaiki iman dan agamanya atau ingin fokus belajar. Menurutku, Banyak tempat selain pesantren yang bisa membantu kita untuk memperbaiki agama dan iman kita, misalnya kita bisa Selalu aktif di acara Tabligh Akbar, pengajian atau acara² kerohanian lainnya. Tetapi tergantung pada diri masing - masing, kalau kita selalu ikut dan berperan aktif dalam acara kerohanian tapi tidak ada niat dari hati yang paling dalam untuk memperbaiki agama maka akan sia-sia.
    Semua berawal dari diri sendiri, niat, dan jangan lupa untuk menutup aurat.
    Mungkin pandangan aku tentang hal ini sedikit berbeda dari yang lain. Tapi aku adalah seorang muslim yang selalu berusaha untuk memperbaiki iman dan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

    ReplyDelete
  21. Nama: Rina Fitri
    Twitter: @Rinafiitri
    Link Share: https://twitter.com/Rinafiitri/status/841273600334168065
    Kalo ditanya pengen apa enggak mondok di pesantren, sebenarnya pengen sih. Karena menurutku ilmu agama itu penting, dan cuma di pesantren lah semuanya didapat secara lengkap. Tp pesantren di tempatku itu aturannya ketat sekali. Tidak boleh sembarangan minta izin pulang, kalau telat kembali ke pesantren dari tanggal yg ditentukan maka harus denda, belum lagi kalau ketahuan bertemu dengan yg bukan mahram maka akan dikunci di WC selama beberapa jam. Ditambah lagi mendengar cerita temanku bahwa di pesantren banyak sekali makhluk2 halus yg mengganggu. Dengan semua hal itu, aku akan mencoba berdiskusi dulu dengan orang tuaku. Karena siapa tahu nanti aku malah tidak betah di pesantren, soalnya banyak yang kejadian seperti itu, hanya bertahan beberapa bulan saja. Tapi sejujurnya aku lebih suka bersekolah di sekolah umum sih, sementara ilmu agamanya bisa kudapatkan dari tempatku mengaji. Aku ingin, aku bisa bersekolah, aku bisa menikmati waktuku di rumah dengan orang tuaku, tapi tidak lupa pergi ngaji setiap malam. Rasanya imbang aja gitu.

    ReplyDelete
  22. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  23. Nama: Rizki Fitriani
    Twitter: @Kikii_Rye
    Link share: https://twitter.com/Kikii_Rye/status/841301646474801156

    Aku pernah pengin mondok di pondok pesantren. Selain utk memperdalam ilmu agama juga utk memperbaiki akhlak dan perilaku. Harus siap mental dan fisik.
    Namun, aku orangnya enggak pernah betah tinggal di lingkungan asing, apalagi jauh dari rumah dan keluarga.
    Terlebih pondok pesantren ketat banvet sama peraturan utk mendidik santrinya agar disiplin.
    Aku orangnya bebas, bebas dalam taraf wajar. Aku itu paling susah kalo mengawali sebuah perkenalan atau obrolan dg orang lain. Apalagi gak suka pake rok dan lebih memilih bercelana.
    Maka dari itu,lima tahun yg lalu waktu aku mau di masukin pesantren, aku ragu dan selalu ragu.
    Takutnya nanti malah bikin aku enggak nyaman dan enggak betah.
    Sampai sekarang masih ada angan utk masuk pondok pesantren yg seringkali menelusup tanpa tujuan, tak berarah.

    ReplyDelete
  24. Nama: Cahya
    Twitter: @ccchhy
    Link share: https://twitter.com/ccchhy/status/841321629879685120

    Pemgen sih. Soalnya kan kalau di pondok pesantren itu belajarnya lebih fokus. Bisa hidup lebih mandiri jauh dari keluarga. Ada banyak teman juga. Dan bisa meminimalisir rasa malas untuk megerjakan ibadah wajib karena pastinya di sana ada banyak teman yang akan selalu saling mendukung dan mengingatkan jika ada yang sedang 'down' imannya.

    ReplyDelete