Judul: Before Us
Pengarang: Robin WIjaya
Tebal: 304 hlm
Cetakan: Kedua, 2012
Penerbit: Gagas Media
"Kadang cinta berkata: logika adalah salah, dan ia hanya membela rasa.”
Ngakak, awal baca novel ini adalah ‘dipaksa’ Kak Ve yang
katanya salah milih buku. Kak Ve ini suka banget sama blurb sampul belakang buku
ini, jadi ya langsung ambil. Apalagi novel ini adalah karya salah satu novelis kesukaan
blio. Begini blurb-nya:
“Kau tahu, aku tak bisa lolos dengan mudah dari jerat-jerat
cerita kita yang tak pernah benar-benar selesai. Kau bilang tak perlu ada yang
berubah—tapi kenapa aku merasa semakin jauh dengan dirinya, terseret arus yang
membawaku ke pelukanmu?”
“MAS DION, ini COWOK sama COWOK,”
kata Kak Ve yang urung menyelesaikan membaca buku ini padahal sudah lumayan
sampai setengah buku. “Aku baru sadar kalau si A itu bisek!” bilangnya. “Lho,
kan cuma dalam novel. Nggak apa-apa kali, Mbak. Anggap The Sweet Sin jilid 2 gitu,” jawabku. “Enggak mau, mas Dion aja ya
baca,” tolaknya. “Lah, kok jadi aku?” sergahku. “La kan Mas Dion apa aja
dilahap!,” jawabnya tangkas. Dan saya langsung pengen izin setengah hari
(-___-).
Jadi ini ada dua sahabat cowok
yang erat banget sahabatannya. Namanya Ragil sama Adit. Mereka besar bersama,
sekolah bareng, dan jadi sepasang sahabat yang sulit dipisahkan satu sama lain.
Di mana ada Ragil, pasti ada Adit. Sayangnya, persahabatan mereka berkembang
terlalu jauh. Dari sekadar sahabatan, mereka jadi saling cinta-cintaan.
Masalahnya ini Ragil dan Adit sama-sama batangan eh maaf cowok, cwins. Rahasia
ini mereka simpan rapat-rapat, sehingga tak satu pun orang lain tahu atau
curiga. Bahkan, Radith dan Agil pun pacaran dengan cewek masing-masing untuk
menutupi cinta terlarang mereka.
“Waktu tak pernah melenyapkan perasaan. Ia hanya menyekapnya di dalam ruang. Menunggu saat yang tepat untuk kembali.”
Tahun berlalu, Agil pun menikah
dengan Ranti, sementara Radith pergi untuk bekerja di Korea. Semua rahasia
gelap hubungan keduanya seolah hanya kilasan khilaf sepasang anak muda di masa
lalu. Agil bahkan sudah bahagia dengan keluarga kecil yang dimilikinya. Namun,
setiap cinta akan diuji, dan ujian itu datang dalam bentuk Radith. Cowok itu
tiba-tiba pulang ke Indonesia dan menemui Agil. Istilahnya, cinta terlarang
lama bersemi kembali. Agil sekuat tenaga berupaya menyangkal perasaannya
terhadap Radith, sementara Radith harus rela menahan derita rindunya kepada
Agil. Rindu yang terlarang, cinta yang tak biasa. Terlalu banyak yang
dipertaruhkan dalam hubungan keduanya.
“Bukankah cinta tak pernah berdiri sendiri? Selalu ada dua orang yang
tinggal di dalamnya. Sama-sama mencintai, mencintai dan membenci, atau
saling membenci. Semuanya adalah bentuk perasaan yang mewakili cinta dua
orang.”
Secara cerita, Before Us mengangkat tema LGBT yang
mirip-mirip dengan buku-buku sejenis di pasaran: cinta terlarang dalam budaya
Timur. Endingnya mungkin sudah bisa ditebak bagi pembaca yang sudah banyak baca
buku-buku model begini. Tetapi, yang bintang tiga dari buku ini adalah cara penulis
menuturkan ceritanya dengan begitu halus dan rapi, enak sekali diikuti sehingga
tidak butuh waktu lama buat membacanya. Ini bukti bahwa penulisnya memang sudah
banyak pengalaman dalam menulis. Trus, kutipan-kutipannya juga bagus-bagus.
Dengan mengabaikan sejenak cinta antarcowok di buku ini, kutipan-kutipan cinta
di novel ini juga bisa berlaku untuk cinta yang universal. Btw, mbak Ve, ini
bukunya dikasih ke saya? Gitu?
“Kadang kita harus memilih bukan karena kita menginginkan pilihan
tersebut. Tapi hanya karena, dengan pilihan tersebut segalanya akan lebih
baik.” – halaman 280
Pertama kali baca bukunya Bang Robin yaitu Melankolia Ninna (seri blue valley). Iya emang bener, penuturan dan penyampaian ceritanya enak, ngalir, bikin nyaman juga. Padahal konflik yang diangkat cenderung biasa saja
ReplyDelete