Search This Blog

Monday, March 14, 2016

Unwind, Pemisahan Raga

Judul: Unwind, Pemisahan Raga
Pengarang: Neal Shusterman
Penerjemah: Merry Riansyah
Sampul: Martin Dima
Cetakan: 1, Agustus 2013
Tebal:455 hlm
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



18274105
                
A heart touching fantasy story, indeed Unwind is. Jika banyak buku fantasi yang semata menawarkan hiburan melalui sebentuk kisah petualangan, maka dalam Unwind akan kita temukan satu kualitas lain yang mungkin jarang dijumpai dalam novel-novel sejenis. Tahun-tahun belakangan ini, kita diserbu oleh bacaan-bacaan fantasi dystopia yang rata-rata terlalu fokus ke romansa, sehingga kurang menampilkan sisi manusiawi dari kondisi buruk yang digambarkan dalam universe mereka. Jarang sekali yang mengolah isu kemanusiaan itu sedemikian rupa sehingga bisa membuat pembaca larut dan tersedot masuk dalam cerita, kesulitan melepaskan diri dari buku ini sampai tiba di halaman terakhir. Unwind dengan caranya yang asyik, mampu mengolah isu besar dalam bahasa pop ala remaja, menjadikan banyak sekali pembaca yang tersentuh, merenung, dan mempertanyakan kembali makna dari kemanusiaan.

“...tak ada orang yang benar-benar baik, atau benar-benar jahat. Kita keluar-masuk wilayah gelap dan terang sepanjang hidup kita...” (hal 15)

                Sekian puluh tahun ke depan, dunia medis mengalami kemajuan yang luar biasa pesat. Seorang ilmuwan diganjar hadiah Nobel karena berhasil menemukan teknik neurografting yang memungkinkan setiap bagian tubuh dari seorang donor digunakan untuk transplantasi. Dengan temuan ini, teknik transplantasi organ-organ tubuh bisa dilangsungkan secara lebih akurat dengan tingkat keberhasilan mencapai 100%. Organ hati yang rusak, paru-paru yang lemah, hingga otak yang kurang tinggi IQ-nya; semua bisa diganti dengan organ baru yang lebih sehat. Darimana organ-organ itu berasal? Dari donor yang berusia 13 – 18 tahun. Anak-anak dibawah usia 18 tahun dianggap belum punya hak atas tubuh mereka, jadi orang tua atau wali berhak  menjadikan mereka unwind. Namun, usia bayi – 12 tahun adalah suci sehingga tidak boleh ada unwind dalam rentang usia ini. Para remaja sehat inilah yang lalu didaftarkan oleh orang-orang tua dan orang-orang terdekatnya sebagai para unwind, calon donor yang organnya akan diperjualbelikan untuk kemudian disebar kepada orang-orang yang membutuhkan.

“Seseorang tak punya jiwa sampai dia dicintai. Jika seorang ibu mencintai bayinya, menginginkan bayinya, bayi itu mendapat jiwa sejak ibu mengetahui kehadirannya. Saat kau dicintai, itu saat kau mendapat jiwa.” (hlm 237)

                Ada banyak alasan mengapa anak-anak remaja yang harusnya dilindungi ini malah didorong pada kematian mereka sebagai unwind. Anak yang nakal, susah diatur, suka membuat keributan, dan diperkirakan memiliki masa depan yang buruk; anak-anak seperti inilah yang—oleh orang tua mereka—didaftarkan sebagai unwind. Connor adalah salah satu anak dari golongan ini. Ada juga unwind yang terpaksa menjadi unwind karena keadaan, biasanya mereka adalah anak-anak yatim piatu yang dibuang oleh orang tuanya sejak bayi dan kemudian dirawat oleh panti. Sayangnya, bayi-bayi buangan ini datang terus setiap tahunnya sehingga anak-anak panti yang sudah berusia 13 tahun harus berkorban menjadi unwind agar uang hasil penjualan organnya bisa untuk membiayai ‘adik-adiknya’ di panti. Risa adalah salah satu dari unwind golongan ini. Kemudian, masih ada satu lagi golongan unwind yang dengan sukarela dan ikhlas hati menjadi unwind karena mereka diajarkan bahwa menjadi unwind adalah sebuah anugrah. Lev adalah unwind jenis terakhir ini.

“Aku memang tidak akan pernah menjadi seseorang yang berarti, tapi sekarang, menurut statistik, ada kesempatan yang lebih baik bahwa sebagian diriku akan sukses di suatu tempat di dunia ini. Aku lebih memilih sukses sebagian daripada sama sekali tak berguna.” (hal 44)

                Connor, Risa, dan Lev; ketiga unwind dari latar belakang berbeda ini dipersatukan dalam satu pelarian sebagai unwind yang deserter. Satu kejadian mempersatukan ketiganya, yang kemudian menjadi awal dari perjalanan ketiga anak unwind ini dalam dunia tempat kemanusiaan mencapai titik nadir demi alasan kemajuan. Bagaimana tidak, sementara dunia yang waras berupaya melindungi anak-anak (usia 1 – 18 tahun), tapi di dunia Unwind, anak-anaklah dijadikan sebagai korban persembahan. Lebih buruknya lagi, institusi negara dan keagamaan malah ikut-ikutan mendukung dengan alasan keharusan memilih “pilihan terbaik diantara yang terburuk”. Lewat perjalanan ketiganya, kita akan turut merasakan seperti apa menjadi Unwind, bagaimana jika unwind itu adalah aku dan bukan kamu. Buku ini menyadarkan kepada kita, betapa sebuah pencapaian luar biasa di bidang kemanusiaan sering kali malah digunakan untuk melakukan aksi paling keji yang mengoyak rasa kemanusiaan itu sendiri, seperti dinamit, bom atom, hingga senjata biologis.

"Sungguh menakjubkan sesuatu sesederhana ciuman dapat mengalahkan kecemasan paling buruk." (hlm 319)


                Sebagaimana Connor, Risa, dan Lev yang belajar banyakdalam pelarian mereka; kita sebagai pembaca juga akan diajak untuk lebih memahami  kehidupan, kemanusiaan, kemandirian, dan juga tentang tubuh kita sendiri. Proses akumulasi (pemisahan organ-organ tubuh) yang dialami seorang unwind bernama Roland menjadi puncak dari betapa tidak manusiawinya manusia. Saya sampai merenung beberapa menit setelah membaca bagian ini, seperti ada titik dalam sudut jauh kita yang tersentuh oleh adegan ini. Sebuah sentuhan yang membuat saya bertanya kembali, sudah manusiawikah kita sebagai manusia? Beberapa bagian di Unwind akan mengingatkan kita pada The Hunger Games, lalu bagian organ-organ itu mirip dengan Never Let Me Go. Sepertinya, mereka yang membaca Unwind tidak lagi bisa menjadi orang  yang sama. Terlepas dari ide besarnya yang agak mengerikan, ada sesuatu yang menyentuh hati dari buku ini. Mari, kita nantikah Unwholy, sekuel dari Unwind yang terjemahannya konon akan terbit April 2016 ini.  Ngomong-ngomong, saya suka sampul edisi bahasa Indonesia ini. 

Empat koma tujuh bintang (dari lima bintang) untuk buku keren ini.

4 comments:

  1. Woohoo! Jadi pengin baca lagi. Aku menanti buku keduanya juga~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayuk Fii, sama-sama menanti. Aku tidak menyangka bukunya sebagus ini

      Delete
  2. Beloem baca tapi sudah punya bukunya. Kayaknya ini bakal bikin merinding...bukan karna takut tp tersentuh...

    ReplyDelete