Pengarang: Neal Shusterman
Penerjemah: Merry Riansyah
Sampul: Martin Dima
Cetakan: 1, Agustus 2013
Tebal:455 hlm
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
A heart touching fantasy story, indeed Unwind
is. Jika banyak buku fantasi yang
semata menawarkan hiburan melalui sebentuk kisah petualangan, maka dalam Unwind akan kita temukan satu kualitas
lain yang mungkin jarang dijumpai dalam novel-novel sejenis. Tahun-tahun
belakangan ini, kita diserbu oleh bacaan-bacaan fantasi dystopia yang rata-rata terlalu fokus ke romansa, sehingga kurang
menampilkan sisi manusiawi dari kondisi buruk yang digambarkan dalam universe mereka. Jarang sekali yang
mengolah isu kemanusiaan itu sedemikian rupa sehingga bisa membuat pembaca
larut dan tersedot masuk dalam cerita, kesulitan melepaskan diri dari buku ini
sampai tiba di halaman terakhir. Unwind dengan
caranya yang asyik, mampu mengolah isu besar dalam bahasa pop ala remaja,
menjadikan banyak sekali pembaca yang tersentuh, merenung, dan mempertanyakan
kembali makna dari kemanusiaan.
“...tak
ada orang yang benar-benar baik, atau benar-benar jahat. Kita keluar-masuk
wilayah gelap dan terang sepanjang hidup kita...”
(hal 15)
Sekian
puluh tahun ke depan, dunia medis mengalami kemajuan yang luar biasa pesat.
Seorang ilmuwan diganjar hadiah Nobel karena berhasil menemukan teknik neurografting yang memungkinkan setiap
bagian tubuh dari seorang donor digunakan untuk transplantasi. Dengan temuan
ini, teknik transplantasi organ-organ tubuh bisa dilangsungkan secara lebih
akurat dengan tingkat keberhasilan mencapai 100%. Organ hati yang rusak,
paru-paru yang lemah, hingga otak yang kurang tinggi IQ-nya; semua bisa diganti
dengan organ baru yang lebih sehat. Darimana organ-organ itu berasal? Dari donor
yang berusia 13 – 18 tahun. Anak-anak dibawah usia 18 tahun dianggap belum
punya hak atas tubuh mereka, jadi orang tua atau wali berhak menjadikan mereka unwind. Namun, usia bayi – 12 tahun adalah suci sehingga tidak
boleh ada unwind dalam rentang usia
ini. Para remaja sehat inilah yang lalu didaftarkan oleh orang-orang tua dan
orang-orang terdekatnya sebagai para unwind,
calon donor yang organnya akan diperjualbelikan untuk kemudian disebar
kepada orang-orang yang membutuhkan.
“Seseorang
tak punya jiwa sampai dia dicintai. Jika seorang ibu mencintai bayinya,
menginginkan bayinya, bayi itu mendapat jiwa sejak ibu mengetahui
kehadirannya. Saat kau dicintai, itu saat kau mendapat jiwa.” (hlm 237)
Ada
banyak alasan mengapa anak-anak remaja yang harusnya dilindungi ini malah
didorong pada kematian mereka sebagai unwind.
Anak yang nakal, susah diatur, suka membuat keributan, dan diperkirakan
memiliki masa depan yang buruk; anak-anak seperti inilah yang—oleh orang tua
mereka—didaftarkan sebagai unwind. Connor
adalah salah satu anak dari golongan ini. Ada juga unwind yang terpaksa menjadi unwind
karena keadaan, biasanya mereka adalah anak-anak yatim piatu yang dibuang
oleh orang tuanya sejak bayi dan kemudian dirawat oleh panti. Sayangnya, bayi-bayi
buangan ini datang terus setiap tahunnya sehingga anak-anak panti yang sudah
berusia 13 tahun harus berkorban menjadi unwind
agar uang hasil penjualan organnya bisa untuk membiayai ‘adik-adiknya’ di
panti. Risa adalah salah satu dari unwind
golongan ini. Kemudian, masih ada satu lagi golongan unwind yang dengan sukarela dan ikhlas hati menjadi unwind karena mereka diajarkan bahwa
menjadi unwind adalah sebuah anugrah.
Lev adalah unwind jenis terakhir ini.
“Aku memang tidak akan pernah menjadi seseorang yang
berarti, tapi sekarang, menurut statistik, ada kesempatan yang lebih baik bahwa
sebagian diriku akan sukses di suatu tempat di dunia ini. Aku lebih memilih
sukses sebagian daripada sama sekali tak berguna.” (hal 44)
Connor,
Risa, dan Lev; ketiga unwind dari
latar belakang berbeda ini dipersatukan dalam satu pelarian sebagai unwind yang deserter. Satu kejadian
mempersatukan ketiganya, yang kemudian menjadi awal dari perjalanan ketiga anak
unwind ini dalam dunia tempat
kemanusiaan mencapai titik nadir demi alasan kemajuan. Bagaimana tidak,
sementara dunia yang waras berupaya melindungi anak-anak (usia 1 – 18 tahun),
tapi di dunia Unwind, anak-anaklah
dijadikan sebagai korban persembahan. Lebih buruknya lagi, institusi negara dan
keagamaan malah ikut-ikutan mendukung dengan alasan keharusan
memilih “pilihan terbaik diantara yang terburuk”. Lewat
perjalanan ketiganya, kita akan turut merasakan seperti apa menjadi Unwind, bagaimana jika unwind itu adalah aku dan bukan kamu. Buku
ini menyadarkan kepada kita, betapa sebuah pencapaian luar biasa di bidang
kemanusiaan sering kali malah digunakan untuk melakukan aksi paling keji yang
mengoyak rasa kemanusiaan itu sendiri, seperti dinamit, bom atom, hingga senjata biologis.
"Sungguh menakjubkan sesuatu sesederhana ciuman dapat mengalahkan kecemasan paling buruk." (hlm 319)
Sebagaimana
Connor, Risa, dan Lev yang belajar banyakdalam pelarian mereka; kita sebagai
pembaca juga akan diajak untuk lebih memahami kehidupan, kemanusiaan, kemandirian, dan juga
tentang tubuh kita sendiri. Proses akumulasi (pemisahan organ-organ tubuh) yang
dialami seorang unwind bernama Roland
menjadi puncak dari betapa tidak manusiawinya manusia. Saya sampai merenung
beberapa menit setelah membaca bagian ini, seperti ada titik dalam sudut jauh
kita yang tersentuh oleh adegan ini. Sebuah sentuhan yang membuat saya bertanya
kembali, sudah manusiawikah kita sebagai manusia? Beberapa bagian di Unwind akan mengingatkan kita pada The Hunger Games, lalu bagian
organ-organ itu mirip dengan Never Let Me Go. Sepertinya, mereka yang membaca Unwind
tidak lagi bisa menjadi orang yang
sama. Terlepas dari ide besarnya yang agak mengerikan, ada sesuatu yang menyentuh hati dari buku ini. Mari, kita nantikah Unwholy, sekuel
dari Unwind yang terjemahannya konon
akan terbit April 2016 ini. Ngomong-ngomong, saya suka sampul edisi bahasa Indonesia ini.
Empat koma tujuh bintang (dari lima bintang) untuk buku keren ini.
Woohoo! Jadi pengin baca lagi. Aku menanti buku keduanya juga~
ReplyDeleteHayuk Fii, sama-sama menanti. Aku tidak menyangka bukunya sebagus ini
DeleteBeloem baca tapi sudah punya bukunya. Kayaknya ini bakal bikin merinding...bukan karna takut tp tersentuh...
ReplyDeleteAyok dibaca segera, dijamin suka.
Delete