Pengarang: Ruwi Meita
Editor: Mahir Pradana
Proofread: Dewi Fita
Sampul: Dwi Anissa A
Cetakan: 1, 2016
Tebal: 236 hlm
Penerbit: Rak Buku
"Saat seseorang mengikatkan diri dalam dendam, tidak ada yang namanya selesai. Sebab dendam adalah kemarahan yang tak pernah padam. Kamu melihat awalnya tapi tak bisa melihat akhirnya." (hlm. 277)
Awal-awal
ketika Alias ramai dibicarakan akan
terbitnya, saya mengira ini akan menjadi sekuel dari Misteri Patung Garam, atau paling tidak sama jenisnya dengan novel bestseller mbak Ruwi itu. Ternyata, Alias adalah sebuah kisah baru dengan
tokoh-tokoh yang juga baru. Tidak hanya itu, novel ini adalah novel horor
dengan elemen supranatural di dalamnya. Meskipun jauh berbeda, Alias saya rasa tetap mempertahankan ciri
khas dari penulis, yakni pada petunjuk-petunjuk yang bertebaran di sepanjang
cerita (bukan semata di akhir cerita) sehingga ketika mendekati ending akan terasa benar-benar betapa
penulis pasti sudah bekerja keras dalam menyusun skema alur serumit ini.
"Hubungan itu bertahan lama bisa terjadi karena dua hal, pertama karena kebutuhan dan yang kedua karena ketergantungan." (hlm. 57)
"Hubungan itu bertahan lama bisa terjadi karena dua hal, pertama karena kebutuhan dan yang kedua karena ketergantungan." (hlm. 57)
Novel ini berkisah tentang seorang novelis bernama Jeruk
Marsala. Gadis ini adalah seorang penulis novel romansa yang populer, namun
memiliki keinginan terpendam untuk menulis novel horor. Sayangnya, penerbitnya
yang lama tidak mengizinkannya berganti genre karena takut mereka akan
kehilangan pembaca setia novel-novel Jeruk. Maka, diam-diam Jeruk pun menggunakan
nama alias agar dirinya tidak ketahuan. Nama Rinai dipilihnya, tepatnya
dipilihkan untuknya oleh sebuah liontin tua milik neneknya. Dengan nama itulah,
Jeruk seperti menemukan kebebasan dan haknya dalam menulis novel-novel horor.
Entah bagaimana, cerita itu mengalir begitu derasnya ketika Jeruk tengah
menulis sebagai Rinai.
Siapa sangka,
novel-novel horor karya Rinai (alias Jeruk) meledak di pasaran. Pembaca sangat
menyukainya. Awalnya, Jeruk sangat bangga dengan popularitas ganda ini.
Sebagaimana JK Rowling yang menggunakan nama alias Robert Galbraith untuk
menulis novel detektifnya, Jeruk berhasil. Tidak ada yang tahu bahwa Jeruk
adalah RInai, hanya Darla—sahabatnya sejak kecil—yang mengetahui siapa sebenarnya
Rinai. Semua korespondensi kepada dan dari Rinai diwakili oleh Darla. Pembaca
pun turut bersorak dengan hadirnya penulis horor baru ini, sampai-sampai di
dunia maya terjadi heboh perseteruan antara penggemar karya-karya Jeruk dan
Rinai. Jeruk Marsala hanya bisa bersorak di dalam hati.
"... seharusnya penulis itu mau menerima karyanya dari sudut pandang orang lain agar karyanya menjadi lebih matang dan dewasa. Saat seorang penulis hanya menggunakan satu sudut pandang dalam menulis, dia tidak bisa menilai karyanya dari berbagai arah." (hlm. 92)
"... seharusnya penulis itu mau menerima karyanya dari sudut pandang orang lain agar karyanya menjadi lebih matang dan dewasa. Saat seorang penulis hanya menggunakan satu sudut pandang dalam menulis, dia tidak bisa menilai karyanya dari berbagai arah." (hlm. 92)
Tapi, setiap ketenaran selalu ada harganya. Jeruk tetap menulis novel ketiganya sebagai Rinai, sampai akhirnya dia sadar, ada harga untuk nama alias yang dipilihnya. Dari kabar dan berita, Jeruk mengetahui kalau telah terjadi sejumlah pembunuhan dengan pola yang sama persis dengan adegan yang ada di novel-novel yang telah ditulisnya dengan nama pena Rinai. Awalnya, Jeruk menganggapnya semacam kebetulan, tetapi korban terus berjatuhan, satu per satu, tepat seperti yang ditulis Rinai. Kedatangan seorang cowok misterius bernama Eru malah semakin membuat dirinya bingung. Tapi, dari Eru lah Jeruk mulai menyadari ada sesuatu yang keliru tentang Rinai. Aliasnya itu seperti bisa melakukan hal-hal sebagaimana yang tertulis dalam novelnya.
"Hei, tidak ada ide yang baru. Kebaruan itu hanyalah sesuatu yang tidak kita ketahui." (hlm. 104)
Jeruk tidak bisa berdiam diri,
apalagi kini Rinai mulai mengancam orang-orang terdekatnya, mulai dari Alan,
pacarnya hingga Darla. Bersama Eru, keduanya bergegas melakukan penyelidikan
tentang siapa Rinai sebenarnya, juga tentang liontin keramat berisi foto seorang
gadis bernama Rinai. Mendekati akhir kisah, satu demi satu fakta dan petunjuk
mulai terungkap. Tetapi, Eru dan Jeruk harus bergegas karena sosok Rinai
semakin kuat dan keji, dan korban terus berjatuhan. Siapa Rinai sebenarnya?
Bagaimana caranya melakukan pembunuhan-pembunuhan itu? Dan, apakah sebenarnya
peran Jeruk dalam aksi sang makhluk gelap ini?
"Penampilan memang bisa menipu." (hlm. 25)
Alias benar-benar buku yang susah dilepas sebelum sampai ke halaman
belakang, cara penulis membangun ketegangan
sungguh layak diacungi jempol, pembaca seperti dibuat penasaran sepanjang
cerita, sebelum kemudian disodori kejutan demi kejutan yang membuat Alias semakin seru. Tambahan bumbu
mistis dalam buku ini sebenarnya bisa menjadi penyegar yang cantik kalau saja
tidak ada bolong-bolong kecil. Misalnya saja, saya masih belum habis pikir
bagaimana sesosok dendam bisa mewujud sedemikian nyata sehingga mahkluk gelap
itu mampu meng-up date status
Facebook serta Twitter. Juga, membawa benda-benda fisik seperti pisau berhias
batu putih untuk menghabisi korban-korbannya.
Tetapi, sebuah cerita yang bagus menurut
saya adalah cerita yang mampu menghibur pembaca. Saya terhibur, dan saya berani bilang bahwa Alias adalah
novel yang sangat nagih untuk dibaca. Melalui Alias, saya juga seperti bisa membaca sosok mbak Ruwi dalam diri Jeruk, tentang penulis yang menulis tentang penulis, bukan kah itu sesuatu yang indah? Setting Alias yang mengambil tempat-tempat seputaran Jogja (yang saya akrab banget dengannya, semacam Jalan Imogiri dan juga Amplaz) serta kecenderungan Jeruk yang membutuhkan waktu lebih lama untuk membeli buku ketimbang membeli baju juga merupakan elemen-elemen Alias yang sangat klop dengan saya si penimbun buku ini ngohahahaha. Saya suka novel ini \(´▽`)/
Selamat atas novel tentang novelis ini, mbak Ruwi. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada blog Baca Biar Beken. Ditunggu karya-karya ciamik berikutnya ya, Mbak. Sukses.
Selamat atas novel tentang novelis ini, mbak Ruwi. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada blog Baca Biar Beken. Ditunggu karya-karya ciamik berikutnya ya, Mbak. Sukses.
bagus tulisanya
ReplyDeleteSuka banget sama novel tentang novelis kayak gini, jadinya ada novel di dalam novel. Pengin banget baca bukunya. :D
ReplyDeletekunjungi juga web kami www.rajaplastikindonesia.com
ReplyDeleteCP 021 2287 7764 / 0838 9838 6891 (wa) / 0852 8774 4779 pin bbm 5CFD83E7