Benarkah kisah-kisah lama itu,
tentang adanya harta karun yang berasal dari rampasan perompak, dan yang
disembunyikan di salah satu tempat di Phantom Lake-- di Danau Siluman?
(sumber gambar: http://www.amartapura.com)
Pertama
kali saya melihat promo seri Trio Detektif ini di majalah Bobo ketika saya masih SMP dulu. Perpaduan judul yang agak seram,harta
karun dan perompak, serta misteri yang harus dipecahkan; ketiga unsur inilah yang pesonanya sulit sekali untuk
ditampik anak-anak remaja di zaman ketika internet masih berupa entah dan game hanyalah ding-dong dan gamewatch serta Nitendo dengan Mario Bros-nya.
Kala ini, buku seperti Trio Detektif ini
bisa dibilang sangat terkenal sehingga ketika para remaja itu bertumbuh dewasa
saat ini, kisah-kisah ini (bersama seri Lima Sekawan Enyd Blynton) masih selalu
terkenang. Membaca kembali serial ini mengingatkan kami (((kami))) pada masa
kecil yang penuh petualangan, masa ketika menjelajah kebon di samping rumah
adalah upaya kami berpura-pura menjelajah hutan, dan membuat tenda dari selimut
dan selendang di kamar sebagai markas ala Trio Detektif (yang ada di balik
tumpukan barang bekas).
Rasanya sudah begitu lama tidak
membaca ini, terselip di antara timbunan dan beban kerja (haseg) sampai
akhirnya posting bareng BBI bulan November 2015 mempertemukan kembali saya
dengan buku ini. Membaca kembali buku ini, sangat terasa betapa jadulnya masa
ketika novel ini ditulis. Tapi, ceritanya masih tetap asyik diikuti. Seharian
saya terhanyut bersama Jupiter Jones, Peter Crenshaw, dan Bob Andrews menyelidiki
sebuah peti misterius berisi catatan yang mengarahkan pada harta karun
peninggalan bajak laut Hindia Timur. Belum
selesai misteri pertama, muncullah misteri kedua berupa kemunculan sosok
bertopeng berjuluk Java Jim yang mencoba membeli peti kuno tersebut secara
paksa, bahkan dengan menggunakan kekerasan. Orang ini bahkan nekat menerobos markas rahasia Trio
Detektif yang legendaris itu. Bagi yang sudah baca seri ini, pasti sudah pada
tahu ada berapa pintu rahasia menuju markas dan bagaimana cara kerja
pintu-pintu rahasia ini.
Seperti biasa, sebuah misteri rasanya
kurang komplit kalau tidak ada unsur-unsur seramnya. Sebagaimana judul buku
ini, Trio Detektif kembali dihadapkan pada Danau Siluman yang konon memiliki
kaitan dengan ahli waris harta karun tersebut. Seiring dengan berjalannya
penyelidikan, orang-orang yang terlibat pun bertambah dengan munculnya seorang
profesor sejarah yang bersemangat sekali mendampingi anak-anak ini, Rory—seorang
pria Skotlandia misterius yang seperti menghalangi penyelidikan mereka, hingga
seorang mahasiswa drop out yang entah mengapa terus membuntuti gerak-gerik Jupiter
dkk. Belum lagi sosok Java Jim yang tak segan-segan menggunakan kekerasan dalam
menjalankan aksinya. Selain itu, mereka
juga harus mencari sosok hantu siluman yang konon menunggu Danau Siluman sebagai
petunjuk menemukan harta karunnya.
Saya yakin, anak-anak generasi
80 – 90 akan sangat tertarik membaca kisah petualangan ini. Tapi, untuk remaja
generasi 2000, saya kok kurang yakin mereka akan sama tertariknya dengan kita
yang generasi jadul ini (((KITA))). Mungkin, inilah yang membuat pihak Gramedia
hanya mencetak ulang 4 seri Trio Detektif sebagai uji coba di pasaran, apakah
masih laris seperti tahun 1990-an dulu ataukah sudah tidak bergigi lagi. Untuk
remaja sekarang yang belum mengalami pentingnya telepon rumah atau telepon umum
koin, mungkin agak susah untuk bisa membayangkan petualangan yang dialami
Jupiter dan kawan-kawan ini. Wajar saya, novel ini sendiri ditulis pada tahun
1970-an, yang bahkan para generasi 90-an pun belum lahir. Jadi, ada untungnya
juga ya lahir di era pra-internet dan ponsel, kita jadi bisa lebih membayangkan
cerita misteri-detektif remaja ini.
Membaca buku ini ibarat membuka kenangan, tentang petualangan yang
pernah kita rasakan dan juga impikan ketika masih kanak-kanak dulu. Siapa tahu,
Trio Detektif turut membentuk kita
sehingga menjadi seperti sekarang.
Pengarang: William Arden
Penerjemah: Agus Setiadi
Tebal: 214 hlm
Cetakan: 1, 1990
Penerbit: Gramedia
Wah, akhirnya posting. Aku juga, ah.
ReplyDeleteKita dan Kami-nya bergaung, yes...
Tapi buku-buku Alfred Hitchcock (ampun, masih kagol ngetiknya) memang jadi bagian tumbuh kembang kita, yak. (kita, ta.., ta.., ta...) << gema
lebron 16
ReplyDeletekyrie 6
goyard tote
jordan shoes
nike air force 1 high
vans
kyrie 6 shoes
nike kd 12
kd 12
lebron 13
xiaofang20191213