Judul: Steal Like an Artist
Penulis: Austin Kleon
Penerjemah: Rini N Badariah
Cetakan: 5, September 2015
Tebal: 150 hlm
Penerbit: Noura Books
Akhir-akhir ini banyak buku yang mengulas
tentang kreativitas sebagai sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan. Ini
menandakan bidang kreatif memang mulai mendapatkan tempat yang prestisius di
belantara lapangan pekerjaan di Indonesia. Namun, rata-rata buku itu sepertinya
sama: menyarankan kita untuk melepaskan diri dari segala bentuk ikatan dan
rutinitas agar kita bisa bebas dan lepas menerima curahan ilham dari semesta.
Buku Steal Like an Artist ini tidak,
dia berbeda dalam banyak hal. Penulis malah menganjurkan pembacanya agar tidak
melepaskan pekerjaan tetapnya hanya demi agar punya waktu dan kesempatan untuk
berkarya rupa. Mencipta sesuatu yang kreatif juga tetap bisa kita lakukan tanpa
harus mengorbankan pekerjaan tetap kita. Gagasannya begini, ketika seseorang
tidak lagi memikirkan tentang ‘bagaimana ia makan hari ini’ maka dia sudah memiliki
peluang besar untuk berkreasi. Dengan kata lain, ketika masalah finansial telah
teratasi, kita menjadi lebih bebas untuk berkreasi tanpa dibebani pikiran ini
dan itu.
"Apakah orisinalitas itu? Plagiarisme tak terdeteksi." (hlm.
8)
Begitu juga dengan rutinitas,
yang seharusnya bisa dijadikan sebagai pemacu untuk berkarya-cipta kreatif. Senin
sampai Jumat kita bekerja, menyisakan hanya dua hari saja untuk istirahat,
bermain, serta melakukan hal-hal lain termasuk berkarya cipta. Keterbatasan
waktu ini sesungguhnya bisa menjadi pemacu untuk mengkarya, semacam deadline
untuk segera merampungkan menggarap karya kita—apa pun itu. Teknik ini
membuktikan kebenaran dari sebuah ungkapan popular yang menyebut bahwa ‘tenggat
waktu adalah sumber ilham yang perkasa.’ Dengan menyadari bahwa kita hanya bisa
berkarya kreatif di Sabtu dan Minggu (beberapa bahkan hanya bisa di hari
Minggu), seharusnya kita jadi semakin terpacu untuk giat berkarya dan
memanfaatkan waktu yang sering kali kita sia-siakan itu.
"Seniman adalah kolektor. Bukan penimbun. Apa bedanya? Penimbun
mengumpulkan apa saja, seniman selektif mengoleksi. Mereka hanya mengumpulkan
yang benar-benar disukai.” (hlm. 13)
Hal lain yang juga diusung berbeda lewat buku
ini adalah tentang mencuri. Ketika buku-buku kreatif lain menjunjung tinggi
orisinalitas ide, buku ini malah menyuruh pembaca untuk mencuri ide/gagasan
orang lain. Bagaimana bisa? Bisa karena mencuri dalam buku ini adalah “mencuri”
dengan tanda petik. Bab pertama buku ini, yang memang sangat menarik dan unik,
mengulas bagaimana cara mencuri secara elegan. Prinsipnya adalah para ahli
mencuri satu atau beberapa bagian dari ide ahli-ahli yang lain sehingga menghasilkan
sebuah perpaduan ide berbeda sama sekali, dan itulah ide yang baru.
Tak ada yang orisinal. Semua kreasi berasal dari sesuatu yang pernah
ada. Dan kreativitas tidak pernah lahir begitu saja, butuh proses juga perlu
diasah. Mencuri ide adalah awal menumbuhkannya.
Teknik mencuri yang disarankan di
buku ini bukanlah meniru secara plek, melainkan “mencuri” secara terhormat.
Caranya adalah dengan prinsip ATM atau Amati, Tiru, dan Modifikasi. Sesuatu
yang lama kita ambil, lalu padukan dengan sesuatu-sesuatu yang lain, diubah
sedikit atau disempurnakan sehingga jadilah sesuatu yang baru yang benar-benar
sesuatu. Jangan takut ketika hasil tiruan kita ternyata tidak serupa alias “tidak
mirip aslinya’ karena sesuatu yang tidak mirip itulah sejatinya sesuatu karya
yang baru, yang benar-benar milik kita. Banyak ahli atau seniman dan bahkan
penulis yang memanfaatkan teknik mencuri ini, tetapi mereka melabelinya dengan kata-kata
bersayap: ‘terilhami’.
“Pura-pura dulu, lalu jadi sungguhan.” (hlm. 30)
Bab dua juga sangat menyentil
pembaca, tentang sebuah ungkapan lama yang berbunyi “masuk sampah maka akan
keluar sampah juga.”Untuk menjadi orang yang kreatif (atau pandai, atau popular,
atau apa pun itu hal-hal positif lainnya); kita harus mengelilingi diri dengan
orang-orang kreatif, bicara dengan mereka, bergaul dan juga ikut bekerja
bersama mereka, rasakan semangat mereka yang meluap-luap, berpikir sebagaimana
mereka. Menjadi kreatif itu adalah dengan bertindak kreatif, dan itulah teknik
yang paling manjur.
Kreatif adalah melihat dari sudut pandang berbeda. Kreatif adalah mampu
menyiasati keterbatasan. Kreatif adalah menemukan solusi terbaik dari
permasalahan. Buku ini mengembangkan kreativitasmu, siapa pun kamu, dalam
bidang apa pun kamu berkarya
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)