Search This Blog

Friday, December 18, 2015

Steal Like an Artist


Judul: Steal Like an Artist
Penulis: Austin Kleon
Penerjemah: Rini N Badariah
Cetakan: 5, September 2015
Tebal: 150 hlm
Penerbit: Noura Books

20969670


Akhir-akhir ini banyak buku yang mengulas tentang kreativitas sebagai sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan. Ini menandakan bidang kreatif memang mulai mendapatkan tempat yang prestisius di belantara lapangan pekerjaan di Indonesia. Namun, rata-rata buku itu sepertinya sama: menyarankan kita untuk melepaskan diri dari segala bentuk ikatan dan rutinitas agar kita bisa bebas dan lepas menerima curahan ilham dari semesta. Buku Steal Like an Artist ini tidak, dia berbeda dalam banyak hal. Penulis malah menganjurkan pembacanya agar tidak melepaskan pekerjaan tetapnya hanya demi agar punya waktu dan kesempatan untuk berkarya rupa. Mencipta sesuatu yang kreatif juga tetap bisa kita lakukan tanpa harus mengorbankan pekerjaan tetap kita. Gagasannya begini, ketika seseorang tidak lagi memikirkan tentang ‘bagaimana ia makan hari ini’ maka dia sudah memiliki peluang besar untuk berkreasi. Dengan kata lain, ketika masalah finansial telah teratasi, kita menjadi lebih bebas untuk berkreasi tanpa dibebani pikiran ini dan itu.

"Apakah orisinalitas itu? Plagiarisme tak terdeteksi." (hlm. 8)

Begitu juga dengan rutinitas, yang seharusnya bisa dijadikan sebagai pemacu untuk berkarya-cipta kreatif. Senin sampai Jumat kita bekerja, menyisakan hanya dua hari saja untuk istirahat, bermain, serta melakukan hal-hal lain termasuk berkarya cipta. Keterbatasan waktu ini sesungguhnya bisa menjadi pemacu untuk mengkarya, semacam deadline untuk segera merampungkan menggarap karya kita—apa pun itu. Teknik ini membuktikan kebenaran dari sebuah ungkapan popular yang menyebut bahwa ‘tenggat waktu adalah sumber ilham yang perkasa.’ Dengan menyadari bahwa kita hanya bisa berkarya kreatif di Sabtu dan Minggu (beberapa bahkan hanya bisa di hari Minggu), seharusnya kita jadi semakin terpacu untuk giat berkarya dan memanfaatkan waktu yang sering kali kita sia-siakan itu.

"Seniman adalah kolektor. Bukan penimbun. Apa bedanya? Penimbun mengumpulkan apa saja, seniman selektif mengoleksi. Mereka hanya mengumpulkan yang benar-benar disukai.” (hlm. 13)

 Hal lain yang juga diusung berbeda lewat buku ini adalah tentang mencuri. Ketika buku-buku kreatif lain menjunjung tinggi orisinalitas ide, buku ini malah menyuruh pembaca untuk mencuri ide/gagasan orang lain. Bagaimana bisa? Bisa karena mencuri dalam buku ini adalah “mencuri” dengan tanda petik. Bab pertama buku ini, yang memang sangat menarik dan unik, mengulas bagaimana cara mencuri secara elegan. Prinsipnya adalah para ahli mencuri satu atau beberapa bagian dari ide ahli-ahli yang lain sehingga menghasilkan sebuah perpaduan ide berbeda sama sekali, dan itulah ide yang baru.

Tak ada yang orisinal. Semua kreasi berasal dari sesuatu yang pernah ada. Dan kreativitas tidak pernah lahir begitu saja, butuh proses juga perlu diasah. Mencuri ide adalah awal menumbuhkannya.

Teknik mencuri yang disarankan di buku ini bukanlah meniru secara plek, melainkan “mencuri” secara terhormat. Caranya adalah dengan prinsip ATM atau Amati, Tiru, dan Modifikasi. Sesuatu yang lama kita ambil, lalu padukan dengan sesuatu-sesuatu yang lain, diubah sedikit atau disempurnakan sehingga jadilah sesuatu yang baru yang benar-benar sesuatu. Jangan takut ketika hasil tiruan kita ternyata tidak serupa alias “tidak mirip aslinya’ karena sesuatu yang tidak mirip itulah sejatinya sesuatu karya yang baru, yang benar-benar milik kita. Banyak ahli atau seniman dan bahkan penulis yang memanfaatkan teknik mencuri ini, tetapi mereka melabelinya dengan kata-kata bersayap: ‘terilhami’.

“Pura-pura dulu, lalu jadi sungguhan.” (hlm. 30)

Bab dua juga sangat menyentil pembaca, tentang sebuah ungkapan lama yang berbunyi “masuk sampah maka akan keluar sampah juga.”Untuk menjadi orang yang kreatif (atau pandai, atau popular, atau apa pun itu hal-hal positif lainnya); kita harus mengelilingi diri dengan orang-orang kreatif, bicara dengan mereka, bergaul dan juga ikut bekerja bersama mereka, rasakan semangat mereka yang meluap-luap, berpikir sebagaimana mereka. Menjadi kreatif itu adalah dengan bertindak kreatif, dan itulah teknik yang paling manjur.

Kreatif adalah melihat dari sudut pandang berbeda. Kreatif adalah mampu menyiasati keterbatasan. Kreatif adalah menemukan solusi terbaik dari permasalahan. Buku ini mengembangkan kreativitasmu, siapa pun kamu, dalam bidang apa pun kamu berkarya

1 comment:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete