Pengarang: M. Masters
Tebal: 113 hlm
Penerbit: Penerbit Gramedia
Cetakan: 1987
Lamat-lamat, saya masih ingat—dalam
masa kecil saya yang jauh dan teduh—ketika menemukan iklan buku ini di majalah Bobo, dan kemudian saya bergegas
meminjamnya di sebuah rental bacaan (sekarang sudah tutup, diubah menjadi kafe
kekinian yang sama sekali tidak menyuguhkan buku). Sebuah buku petualangan khas
anak yang langsung membuat saya terpesona karena penyajiannya yang tak biasa.
Saya masih ingat, dulu harus mencari cermin dulu agar bisa membaca bagian akhir
dari setiap cerpen yang tersuguh di buku kumcer ini. Sebelum akhirnya saya
menemukan cara yang jauh lebih praktis (walau tetap bikin pegel) yakni dengan
menghadapkan kertas membelakangi sumber cahaya. Sungguh pengalaman tak
terlupakan.
Seri Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Trio Detektif, STOP, dan Lupus adalah pembentuk masa kecil saya.
Sebagian mereka menjadikan saya menyukai petualangan (meskipun baru dalam tahap
membaca novel petualangan wkwk) dan sebagian lagi turut menjadikan saya lucu
seperti sekarang (*sodorin tas kresek buat yang mau muntah). Tapi, bukan karena
saya lucu, tapi karena buku-buku di atas adalah sedemikian istimewa dalam masa
kecil beberapa kita. Terkhusus untuk seri Detektik
Cilik ini, saya sedemikian terkesan membaca tulisan dengan teknik unik
seperti di buku ini. Belum pernah sebelumnya saya menemukan buku dengan ending
yang harus ditebak sendiri oleh pembaca, dengan kunci jawaban yang repot-repot
harus mencari cermin dulu agar bisa membacanya.
Mungkin, dulu membaca buku ini
memang repot: tangan pegal atau membaca sambil miring-miring manyun di depan
cermin. Tetapi, itulah rupanya yang membuat buku ini tak terlupakan. Ini juga
yang membuat membaca buku ini terasa seru dan menyenangkan di era 90-an yang
minim hiburan media social kecuali deretan kartun di hari Minggu yang selalu
ditunggu. Tidak hanya ditantang untuk membaca terbalik, kita juga diajak untuk
menebak si pelaku dengan mengamati gambar sketsa yang dibuat oleh Hawkeye.
Untuk mengingatkan, Detektif Cilik adalah Amy dan Hawkeye
yang masih berusia 12 tahun. Keduanya tinggal di sebuah kota kecil bernama
Lakewood Hills dan telah berulang kali membantu kepolisian lokal dalam
memecahkan kasus. Untuk memperkenalkan keduanya, seri ini—khas buku cerita
anak-anak jadul—menampilkan biodata singkat keduanya di halaman-halaman awal
sehingga pembaca baru bisa membacanya secara acak. Hawkeye adalah julukan bagi
Christopher Collins yang memiliki kecermatan luar biasa dalam memperhatikan
hal-hal sederhana yang kadang diabaikan orang. Dia juga jago membikin sketsa
tentang lokasi kejadian—yang kemudian terbukti sangat bermanfaat dalam membantu
penyelidikan.
Kenapa digambar? Bukannya difoto
lebih praktis dan cepat? Terang saja karena buku ini ditulis tahun 1984. Waktu
itu, kamera digital jelas belum ada, hanya ada kamera dengan negatif film yang harganya pun masih
terhitung mahal. Tidak mungkin anak-anak SD bawa kamera mahal kemana-mana
bukan? Lagipula, Hawkeye lewat gambarnya mengajarkan kepada kita tentang
pentingnya proses, tentang bermanfaatnya catatan (atau dalam hal ini gambar
sketsa), dan sekaligus mengajak pembaca belajar membuat gambar sketsa. Detektif
kedua adalah Amy Adams yang lincah dan atletis. Dia jagonya olahraga plus
pintar matematika; perpaduan elok yang terbukti banyak membantu mereka dalam
menyelidiki kasus-kasus aneh.
Kedua anak ini, anehnya, selalu
berada di waktu dan tempat yang tepat, yakni ketika terjadi sebuah kasus yang
melibatkan misteri atau ketika ada orang yang hendak menipu teman-teman
keduanya. Biasanya, Amy yang akan berpikir sementara Hawkeye yang segera
menggambar sketsa dari lokasi kejadian. Metode ini masih dipakai oleh
kepolisian dalam menyelidiki TKP (walau sekarang cukup dengan memotretnya
semata), yakni mengambil gambar dari lokasi kejadian untuk kemudian didalami
secara lebih teliti di laboratorium atau di markas besar. Secara tidak langsung, teknik sketsa Hawkeye
ini mengajak pembaca untuk fokus pada bukti dan mengabaikan gangguan-gangguan
yang masih berupa dugaan atau prasangka. Inilah cara yang paling menyenangkan
untuk mengajarkan keterampilan berpikir secara sistematis kepada anak-anak.
Semoga, kita masih bisa menemukan dan membaca buku-buku bagus tapi sudah langka
seperti ini di pasaran.
nike cortez
ReplyDeletehuarache shoes
golden goose shoes
yeezy
supreme shirts
michael kors factory outlet
hermes
mbt shoes
curry shoes
yeezy boost 350
xiaofang20191213