Search This Blog

Monday, May 4, 2015

Balada si Roy #1: Joe Avonturir



Judul : Balada si Roy 1, Joe Avonturir
Pengarang : Gol A Gong
Sampul : Martin Dima
Cetakan : 1, 2012
Tebal : 366 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 

http://www.gramediapustakautama.com/uploads/dirimg_buku/re_buku_picture_86351.jpg

                Seandainya saya membaca novel ini semenjak remaja, pastilah ada banyak seklai pelajaran hidup yang bisa saya pelajari dari kehidupan Roy. Kisah inspiratif remaja bandel dari tahun 80-an ini memang pernah dimuat di majalah Hai sebagai serial bersambung sejak 1989, tapi kala itu sepertinya saya masih belum lancar membaca, belum kenal majalah lain selain Bobo, dan juga lebih suka bermain kejar-kejaran di sendang ketimbang membaca buku. Kata generasi 80-an, novel ini nge-hits banget pada masanya, tapi rupanya itu bukan masa saya, belum. Saya kebagian booming serial Lupus yang ternyata lebih banyak kocaknya ketimbang bab-bab tentang pelajaran hidupnya.  Ya sudah, saya akhirnya jadi cowok humoris saja dan bukannya seorang avonturir seperti Roy. 

                Apa itu Avonturir? Terus terang saja juga baru ketemu kata ini di novel Balada si Roy ini (*editor nggak gaul*). Kemungkinan, kata itu merupakan plesetan atau peng-Indonesia-an dari kata ‘adventurer” dalam bahasa Inggris. Karena /edventjerer/ terlalu susah dieja, makanya diganti avonturir. Dari percakapan tokoh-tokoh di buku ini  yang sepertinya paham apa itu avonturir, saya menduga kata ini memang sempat populer di tahun 1980-an. Seorang petualang, begitulah kira-kira, atau untuk zaman sekarang mungkin bisa dibandingkan sebagai seorang ‘kere traveler’. Tapi tidak, seorang avonturir menurut saya lebih dari seorang traveler. Mereka memiliki sesuatu tujuan yang lebih megah dalam perjalanannya, tidak semata-mata bertualang untuk melepas penat, tetapi juga untuk menyepi, untuk menepi, untuk melihat dunia, dan merenungkan makna kehidupan. Biasanya, ada sesuatu yang mereka hasilkan setelah perjalanan itu, entah buku, lagu, atau ilmu tertentu.

                Dalam buku Balada si Roy pertama, kita diajak berkenalan dengan Roy, seorang remaja usia 17 tahun yang bandelnya nggak ketulungan. Roy ini digambarkan sebagai pemuda urakan namun memiliki pesona tertentu yang bisa mengaet para gadis. Dia nakal tetapi tidak untuk menyakiti orang lain. Roy ini beringas tapi hanya ketika dia didzalimi atau melihat kedzaliman di depannya. Dia juga suka membantu orang yang kesusahan serta sangat setia kawan. Cowok bandel tetapi tidak merusak. Kalau di zaman sekarang, istilahnya bad boy yang banyak digilai oleh para remaja putri. Roy tinggal bersama Ibunya, yang hidup dengan mengandalkan keahlian menjahitnya. Ayahnya telah meninggal sejak Roy masih SD, waktu itu sang ayah meninggal di pelukan alam yang memang menjadi kecintaan sejatinya. Bakat mencintai alam itulah yang rupanya menurun kepada Roy.

                Buku pertama ini dibagi menjadi dua bagian, yakni JOE dan VONTURIR. Pada bagian pertama, kita akan diajak berkenalan lebih jauh dengan Roy di masa remajanya, juga sesekali bernostalgia ke masa kecilnya. Masalah rupanya tidak pernah berhenti melingkupi Roy, mulai dari perkelahian remaja hingga kebut-kebutan di jalan raya. Belum lagi sifat slebornya yang suka lirik-lirik genit kalau lihat cewek cantik lewat, katanya dia mungkin tidak bisa hidup kalau sehari ngak lihat cewek cantik LOL. Kegenitan Roy ini untungnya didukung oleh fisiknya yang memang memiliki pesona sendiri bagi para cewek, fisik keras seorang bad boy yang selayaknya akan melindungi semua yang dicintainya. Pesona inilah yang membuat Roy berkali-kali ’putus-jadian’ dengan banyak cewek. Ada alasan tertentu mengapa dia melakukan hal ini.

                Membaca buku ini, tampak sekali bahwa novel ini memang ‘cowok banget’. Begitu banyak kutipan keras dan liar tentang dunia cowok, dan penulis juga tidak main-main dalam memunculkan karakter Roy yang cowok banget ini. Tidak tanggung-tanggung, Roy digambarkan harus mengalami semua hal yang memang disukai oleh remaja cowok berandalan, mulai dari berkelahi, minum minuman keras, mengonsumsi pil koplo, ikut ajang balapan liar, hingga menjadi playboy kelas kampung. Banyak orang geleng-geleng dengan sifatnya ini, untungnya Roy adalah tipe bad boy yang sportif, yang hanya melawan kalau dia diganggu. Namun demikian, Roy ini juga digambarkan sebagai seorang calon pengarang. Dia pandai membuat cerpen, dan karyanya ini sering masuk di majalah. Sulit membayangkan ada sosok penulis remaja yang bad boy seperti ini, tapi jika memang benar-benar ada, pasti akan unik.

                Pengalaman, kenakalan, dan berbagai kejadian yang dialami Roy telah mengantarkannya pada keputusan untuk melakukan petualangan. Bumi menunggu untuk dijelajahi, tapi tidak untuk ditaklukan. Bagi Roy, petualangan akan menjadi sekolahnya untuk belajar tentang kehidupan. Bagi kita, para pembacanya, membaca buku ini adalah salah satu cara belajar tentang kehidupan. Dari kerasnya kehidupan Roy, kita masih bisa merasakan keindahan dan optimisme masa remaja. Seandainya ada lebih banyak remaja zaman sekarang yang mau membaca buku ini, pasti akan muncul lebih banyak lelaki-lelaki hebat macam Roy. Bagi para orang tua, novel ini perlu dibaca karena akan membantu mereka memahami lebih dalam karakter dari putra-putri mereka yang masih remaja. Tidak untuk menghakimi, tetapi berusaha memahami dan kemudian membimbing mereka.

                Sebagaimana tulisan Gol A Gong yang lain, novel ini terasa kental banget aroma mengguruinya. Menggunakan sudut pandang orang ketiga, penulis bisa dengan leluasa menyisipkan petuahnya yang lebih merupakan semacam komentarnya terhadap kehidupan Roy. Tapi kesan menggurui ini diimbangi dengan peceritaan yang mengalir serta karakter Roy yang sangat kuat. Karakter utamanya dibangun dengan perlahan-lahan, sama sekali tidak dipaksa untuk tiba-tiba berubah menjadi baik. Kita seperti bisa mengikuti perjalanan kehidupan Roy hingga akhirnya bisa memahami dan mungkin bersimpati kepada si remaja bandel ini.  Begitu banyak kalimat quotable dalam buku ini, saking banyaknya saya jadi bingung mau ambil yang mana. Cobalah asal buka buku ini, halaman berapa saja, niscaya aka nada satu atau dua kalimat inspiratif berisi ajakan positif. Larik-larik berikut mungkin bisa mengambarkan bagaimana karakter seorang Roy:

Laki-laki artinya mempunyai keberanian.
Mempunyai martabat. Itu artinya percaya pada kemanusiaan.
Itu artinya mencintai tanpa cinta itu menjadi jangkar.
Itu artinya berjuang untuk menang.
(hlm 1)

5 comments: