Judul : Tempest
Pengarang : Julie Cross
Penerjemah : Angelic Zaizai
Penyunting : Dyah Agustine
Cetakan : Pertama, Oktober 2014
Tebal: 477 hlm
Penerbit : Mizan Fantasy
Pengarang : Julie Cross
Penerjemah : Angelic Zaizai
Penyunting : Dyah Agustine
Cetakan : Pertama, Oktober 2014
Tebal: 477 hlm
Penerbit : Mizan Fantasy
Jakson
Meyer, 19 tahun, bukanlah pemuda biasa. Pertama, dia remaja yang kaya raya, dan
kedua, ia bisa melintasi waktu dan mundur ke masa lalu tanpa mengubah masa
sekarang atau masa depan. Awalnya
Jackson hanya bisa melompat mundur ke beberapa jam, kemudian semakin lama semakin jauh mundur ke
belakang. Jakson melakukannya hanya untuk bersenang-senang. Saat sedang bosan
di ruang kuliah, dia bisa melompat mundur ke dua hari sebelumnya,
berjalan-jalan sebentar, dan lalu kembali ke masa kini tanpa ada satupun yang
mengetahuinya. Tak perlu ada kewajiban menyelamatkan dunia atau apapun. Menyenangkan
sekali jadi Jackson bukan? Mengingatkan pada film Jumper.
Tapi,
suatu hari, sekumpulan orang asing yang menyerbu masuk ke kamar asrama
Holly—pacar Jackson. Mereka hendak menangkap Jackson. Holly tertembak, dan
Jackson hanya bisa melarikan diri—meninggalkan Holly—dengan melompat mundur ke
masa lalu. Dari tahun 2009, Jackson melompat ke tahun 2007. Gawatnya lagi,
Jackson tidak bisa melompat kembali ke masa kini. Setiap lompatan waktu yang
dia lakukan selalu kembali ke tahun 2007, ketika dia masih berusia 17 tahun. Di
tahun inilah Jackson harus menjalani
hidupnya sebagai anak SMA (sementara secara fisik dia adalah anak kuliahan),
bertemu dengan Holly yang masih SMA, dan ayahnya yang kebingungan.
Sekuat
kemampuan, Jackson berusaha kembali ke tahun 2009, tapi semuanya sia-sia. Dia
hars mencari sekutu yang mampu membantu dan mengetahui rahasianya. Jackson
bertemu dengan Adam, seorang nerd cerdas
yang jago meretas komputer. Atas saran Adam, Jackson menuliskan semua
pengalaman lompat waktunya dalam sebuah jurnal agar Adam bisa membacanya setiap
kali keduanya bertemu di dimensi waktu yang berbeda. Sementara itu, Jackson
mulai mnjumpai berbagai keganjilan. Ayahnya ternyata bukan seorang CEO biasa.
Ditambah lagi, mulai bermunculan orang-orang asing yang mencoba mengusiknya
atau bahkan menangkap Jackson. Siapakah mereka? Benarkah ada orang-orang lain
yang mengetahui kemampuannya ini selain Adam? Dan, bagaimana caranya agar
Jackson bisa kembali ke tahun 2009?
Konsep ide yang menarik bukan?
Cukup memunculkan rasa penasaran untuk membaca buku ini. Perjalanan waktu
adalah tema yang sangat seksi untuk ditulis dalam sebuah novel. Namun, tema
seksi ini bisa menjadi bumerang jika tidak digarap dengan teliti. Sebagaimana
kita tahu, perjalanan waktu berarti mengubah sejarah, ada terlalu banyak
anomali dan variabel yang harus diperhatikan. Jika A mengubah B di masa lalu,
apakah B akan menjadi D di masa kini padahal di masa kini B adalah C. Penulis
mengatasi bolong disini dengan menyebut bahwa perjalanan Jackson ke masa lalu
tidak akan mengubah masa kini. Bagaimana bisa? Bisa, jika ada lebih dari satu
semesta, atau istilahnya semesta pararel.
Dalam Tempest, Julie Cross mengabungkan antara konsep relativitas waktu
dengan dunia pararel. Dua tema yang berat tapi penulis mampu menuliskannya
dalam kalimat-kalimat yang mudah dan tidak njlimet. Ada beberapa konsep yang
hampir selip dan menimbulkan tanda tanya mengenai konsep perjalanan waktu ini.
Jackson begitu sering melompati waktu, berulang kali sampai saya malas
menghitung ini lompatan ke berapa dan dia ada di tanggal yang mana. Begitu
seringnya sampai saya malas melihat tanggal yang tertera di bagian atas
sejumlah bab. Padahal, tanggal-tanggal tersebut sangat krusial jika kita ingin
melacak linimasa perjalanan lompat waktu Jackson. Tapi, karena begitu sering,
saya jenuh dan lebih memilih menikmati ceritanya.
Untungnya, buku ini enak sekali
dibaca, baik cerita maupun terjemahannya mengalir banget. Saya abaikan konsep
lompatan waktunya dan lebih memilih untuk menikmati ceritanya. Satu hal yang
kurang dari novel ini, saya kok tidak bisa menyukai dua tokoh utamanya ya, si
Jackson dan Holly. Karakter Jackson ini flat
banget, tipikal cowok anak orang kaya yang membosankan, sementara Holly,
cewek ala-ala SMA Amerika sekali, bukan jenis karakter yang lovable. Saya juga kesulitan
membayangkan si Jackson ini orangnya kayak gimana saat membaca novel ini. Entah
kenapa. Dua karakter yang ditulis dengan baik dan menyentuh menurut saya adalah
Courtney—saudarai kembar Jackson—serta ya Adam bolehlah.
Untuk sebuah novel fantasi (atau
mungkin ini masuk young adult), kadar
romance di dalam novel ini terlalu
pekat, padahal yang pacaran hanya Jackson dan Holly. Jackson seperti memaksa
agar dunia mau berputar mengelilingi dia dan Holly, dan hanya itu yang penting.
Ada juga beberapa adegan dalam buku ini yang terlalu dewasa untuk pembaca
remaja Indonesia, seperti konsep tinggal bersama dalam satu kamar sebelum
menikah, juga hubungan pacaran antara Jackson dan Holly yang diekspos
habis-habisan. Pembaca dibawah usia 17 tahun sebaiknya tidak membaca novel ini
dulu.
Semoga, di buku kedua, kadar romance-nya dikurangi dan penulis lebih
fokus ke perjalanan waktunya. Pembaca membuka buku ini sebagai sebuah buku
petualangan melompati waktu, bukan sekadar tebar-tebar romansa ala-ala anak
kuliahan. Adalah bagus memadukan antara kisah fantasi dengan romansa, banyak penulis lain yang
berhasil melakukannya. Tapi, sebagai sebuah novel fantasi, Tempest kebanyakan romansa-nya menurut saya.
No comments:
Post a Comment