Judul :
Dunia Anna, Sebuah Novel Filsafat Semesta
Pengarang : Jostein Gaarder
Penerjemah : Irwan Syahrir
Penyunting : Esti Budihapsari
Tebal: 244 hlm
Cetakan : 1, Oktober 2014
Penerbit : Mizan
Kita
mengenal Jostein Gaarder lewat karya fenomenalnya Dunia Sophie yang berhasil mengugah pembaca awam untuk mau dan
berani mempelajari filsafat. Melalui novel tebal tersebut, tema filsafat terevolusi
menjadi sebuah tema yang menarik serta tidak membosankan. Banyak remaja
tertarik mempelajarinya setelah membaca Dunia
Sophie. Begitu juga dengan Dunia
Anna, lewat buku ini Gaardner hendak mengangkat isu lingkungan yang jarang
disentuh dalam karya-karya fiksi. Pengarang yang akhir-akhir ini ikut aktif
dalam kegiatan pecinta lingkungan ini memang selalu mampu memunculkan sesuatu
yang baru dan segar ke hadapan pembaca. Lewat kata-kata sederhana, baris-baris
kalimat khas anak muda, Dunia Anna sesungguhnya
mengusung misi berat tentang lingkungan hidup, tentang Bumi yang semakin rapuh,
sekaligus hendak menyentil pemahaman kita akan masa depan.
Pada seratus tahun lalu, bumi ini masih
begitu memesona. Namun, dalam abad ini, bumi telah kehilangan pesonanya. Dunia
kini telah begitu berubah. (hlm 35)
Tahun
2012, seorang gadis remaja bernama Anna yang tinggal di Norwegia mendapatkan
mimpi yang menyerupai sebuah visi. Dalam mimpinya, dia menjadi Nova, cicitnya
yang akan dia jumpai di masa depan, tepatnya di tahun 2082. Melalui Nova, Anna bisa
melihat kondisi bumi seratus tahun ke depan, yang telah begitu rusak akibat
pemanasan global. Ribuan spesies binatang dan tumbuhan langka akhirnya punah.
Sementara di alam liar, binatang dan tumbuhan sudah kehilangan habitatnya.
Kota-kota di daratan rendah dan pantai sudah tenggelam. Tidak ada lagi
kepulauan Maldives dan pulau-pulau indah di Pasifik. Kawasan yang kini kita
sebut sebagai Afrika Utara dan Timur Tengah sudah tidak bisa ditinggali karena
terlalu panas. Dan orang-orang Arab pun mengendarai untanya ke utara, ke
Norwegia. Bukan lagi mereka sebagai pengungsi perang atau karena kelaparan,
tetapi pengungsi iklim. Semuanya karena konsumsi minyak bumi berlebihan
sehingga memunculkan efek rumah kaca bagi Bumi.
Minyak bumi telah menjadi bencana buat
negaraku. Kami menjadi kaya dengan cepat, tapi sekarang kami malah jadi miskin.
Bagaimana bisa tetap kaya kalau kami tidak punya negara yang dapat ditinggali?”
(hlm 77)
Bumi
di tahun 2082 sudah begitu jauh berbeda dibanding Bumi saat ini. Belum pernah
sebelumnya, teknologi layar sentuh begitu canggihnya sehingga mampu menampilkan
visualisasi dari satwa-satwa yang (dulu) hidup di alam liar. Namun, pada saat
yang sama, generasi masa itu telah kehilangan hak mereka untuk bisa menyaksikan
berbagai satwa liar di habitatnya yang asli.
Bumi sudah terlalu panas, es-es di kutub sudah hampir habis mencair, dan
suhu Bumi telah meningkat dengan sedemikian pesat. Nova hendak menyalahkan
Anna—nenek buyutnya—karena tidak berbuat apa-apa demi menjaga kelangsungan
hidup binatang dan flora liar. Tapi, konon, semuanya bisa diatasi dengan satu
permintaan kecil pada sebuah cincin bermata rubi yang konon adalah milik
Aladin. Masih tersisa satu permintaan yang belum diluluskan. Dan Anna di masa
depan hendak menggunakan jatah permintaan terakhir itu untuk memperbaiki bumi.
“Kita adalah
generasi pertama yang memengaruhi iklim di bumi, dan pada saat yang sama
generasi terakhir yang tidak mau menerima keharusan membayar harganya ….
Sungguh menyakitkan, Anna. Karena, bukanlah alam yang membunuh. Tetapi kita,
manusia. “ (hlm 241)
Lewat mimpi yang menerawang ke
masa depan itulah Anna tergerak untuk mempelajari lebih lanjut tentang
pemanasan global dan isu-isu lingkungan. Bersama sang pacar, Jonas, mereka
kemudian membuat semacam program unik yang berupaya mengaitkan antara isu
lingkungan dengan hal-hal yang menarik minat sebagian besar manusia, seperti
ketertarikan mereka pada selebritis dan pemain bola. Secara tidak langsung,
Gaarder turut menawarkan satu solusi yakni dengan ‘menjual ‘ keanekaragaman
hayati sebagai suatu bentuk keperdulian masyarakat dunia, demi keberlangsungan
hidup umat manusia. Juga, agar generasi masa mendatang tidak kehilangan
hak-haknya untuk bisa melihat satwa dan flora yang saat ini masih bisa kita
saksikan hidup di alam liar.
“Kita telah menjauhkan diri kita dari alam tempat kita hidup dan mengabaikan
seluruh eksistensi. Sudah sebegitu jauh hingga kebanyakan orang lebih bisa
menyebutkan nama-nama pemain sepak bola dan bintang film ketimbang menyebutkan
jenis-jenis burung.” (hlm 173)
Lalu, apakah kaitan antara
cincin Aladin, lotere, pemanasan global, dan seorang gadis remaja yang tinggal
di sebuah kota kecil di Norwegia? Jostein Gaarder akan merangkai jawabannya
dalam sebuah prosa yang unik dan sama sekali tidak membosankan lewat novel
ini. Ukurannya yang tipis, dengan sampul
indah, serta gaya bahasa yang khas remaja; menjadikan buku ini cocok dibaca
oleh siapa saja, terutama bagi para remaja yang kelak akan menjadi generasi
penerus sekaligus melahirkan generasi-generasi masa depan. Lewat Dunia Anna, pengarang berhasil
menyatukan sedikit aroma filsafat dengan isu lingkungan hidup, kemudian mengejawantahkannya
lewat kisah dua remaja dalam bahasa yang sederhana namun sangat memikat. Banyak sekali baris-baris yang layak dikutip
dalam novel ini, juga baris-baris yang akan langsung menyentil kesadaran kita,
para pembaca, untuk lebih peduli dengan isu lingkungan hidup. Karena bumi kita
hanya satu, mari kita jaga bersama-sama.
“Jutaan spesies masih terancam bahaya besar. Berbagai laporan yang
menakutkan bermunculan. Namun, belum terlambat untuk menyelamatkan
keanekaragaman hayati bumi ini. Dunia ini bisa mendapatkan kesempatan kedua,
jika kita turut aktif berperan serta.”
ini novelnya menceritakan apa?
ReplyDeletetentang pemanasan global. bagus dan layak dibaca untuk menyadarkan kita ttg pentingnya menjada alam
DeleteAda ebooknya kah?
ReplyDeleteRespect the author. Buy it
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete