Judul : Bite Sized Magic (Sihir Segigit)
Pengarang : Kathryn Littlewood
Penerjemah : @PutroNugroho
Lulu Fitri Rahman
Sampul : iacopo Bruno
Cetakan: Pertama, 2014
Penerbit : Mizan fantasi
Ditutup
dengan ajaib, tapi untuk pembaca anak-anak. Demikian kesan saya setelah
merampungkan membaca tiga seri ini. Sungguh amat disayangkan, buku pamungkas
dari seri Bliss Bakery Trilogy ini ternyata
tidak lebih ajaib dari buku pertamanya, walau ending buku memang sangat manis, semanis kue moony pye buatan Rosemary Bliss. Ada sesuatu yang kurang dalam buku
ketiga ini. Taburan bubuk sihir, hilangnya stoples-stoples biru, atau Booke yang entah kenapa di buku ini
sangat jarang muncul. Tapi, jika pembaca sudah telanjur mengikuti seri ini,
lebih baik sekalian saja membaca buku ketiganya. Harganya juga tidak terlalu
mahal, plus ada bonus sampulnya yang biru menawan dan ada taburan bubuk sihir
berkilauan dalam lembar-lembarnya, cocok sebagai buku koleksi atau hiasan yang
indah di perpustakaan Anda. Jadikan set trilogy buku ini sebagai hadiah bacaan
untuk pembaca usia anak-anak dan remaja, mereka pasti menyukainya.
Sihir Segigit masih mengusung tema yang sama sebagaimana dua
buku sebelumnya, yakni sihir dalam makanan dan makna dari sebuah keluarga.
Dalam buku kedua, Rose berhasil mengalahkan Bibi Lilynya yang jahat dalam
pertandingan memasak paling bergengsi di dunia, Gareaux Grands. Kemenangan itu menjadikannya pemenang termuda (12
tahun) dalam sejarah penyelengaraan kompetisi
memasak di Paris itu. Booke berhasil
kembali dia rebut dari Bibi Lily, dan Rose pun tiba-tiba menjadi selebritis
dadakan. Kehebohan langsung menyergap Calamity Fall begitu para wartawan
mengetahui Rosemary Bliss, sang pemenang termuda, tinggal di sana. Untuk
sesaat, Rose berharap tidak perlu membuat roti lagi. Dan, harapannya terkabul,
dalam cara yang lain.
“Mengerjakan hal yang kau cintai dan
melakukannya sebaik-baiknya.” (hlm 282)
Kesuksesan
Rose telah membuat pihak-pihak lain iri, terutama asosiasi pengusaha makanan
terbesar di dunia, Mostess Snack Café Coorperation, yang kemudian menculiknya.
Mereka memaksa Rose untuk menyempurnakan produk makanan mereka (yang kaya akan
bahan pengawet dan pewarna buatan). Untuk pertama kalinya, Rose membuat roti
karena terpaksa. Lebih buruk lagi, roti yang dia buat mengandung komposisi
terlarang yang akan membuat seluruh orang yang memakannya menjadi zombie
makanan. Masalah semakin parah ketika pihak Mostess menahan orang tuanya dan
Balthazar sebagai sandera agar Rose mau melakukan perintah keji membuat
roti-roti berbahan sihir jahat. Mostess
ingin membuat roti yang sempurna, yang tidak hanya nikmat tapi juga indah
dilihat, dan bisa diproduksi secara missal plus tahan lama.
Rasanya ada yang menggerikan dalam
kesempurnaan produk buatan mesin semacam itu.” (hlm 71)
Dengan
berusaha tetap waras, Rose diam-diam membuat roti penawar di samping roti
zombie yang dia resepkan. Banyak rintangan menhadang, tetapi pada akhirnya
terbukti bahwa keluarga selalu Anda ketika kita membutuhkannya. Rencana sekeji
apapun akan terasa mudah dihadapi ketika kita bersama-sama dengan keluarga. Dua
malaikat penolong (yang lebih seringnya malah menganggu) datang membantu Rose,
Thy dan Sage. Bersama kedua saudaranya itu, dan para koki kue yang telah
tersadarkan atas kekejian Mostess Corp. bergerak untuk melawan diam-diam.
Mampukah tiga remaja itu mengalahkan jaringan toko kue dan roti terbesar di
Amerika Serikat? Dengan keluarga yang siap sedia berdiri di samping kita,
sepertinya tidak ada yang tidak mungkin.
“Mama punya anak-anak yang istimewa. Kalian
baik dan cerdas, dan kalian akan saling menjaga. Kalian akan baik-baik saja.” (hlm
268)
Sehangat
kue kukis yang baru dikeluarkan dari pemanggang, buku ketiga ini kembali
menghadirkan aroma kekeluargaan nan hangat sebagai senjata utama. Tidak ada
sihir yang sanggup mengalahkan kuatnya ikatan persaudaraan dan persahabatan.
Keluarga Bliss membuktikan, bahwa masalah apapun tidak akan terasa berat jika
dihadapi bersama, bahu membahu, bantu-membantu, karena itulah guna sebuah
keluarga. Sebuah penutup yang manis, walau menurut saya masih terlalu tipis
untuk sebuah buku penutup trilogy. Masih banyak cerita yang belum disampaikan.
Kisah-kisah hebat yang urung terungkapkan. Tokoh-tokoh baru yangmasih
disembunyikan. Buku ini masih terlalu sederhana untuk bisa dibilang sebagai
sebuah karya yang utuh. Tapi, mengingat ini adalah buku untuk anak dan remaja,
rasanya pembaca dewasa bisa memakluminya.
Semoga,
masih ada kelanjutan dari serial keluarga Bliss. Mungkin ketika Rose sudah
lebih dewasa. Akan saya nantikan perang epic antara Keluarga Bliss melawan
Asosiasi Penggilas Roti yang pasti bakal sangat seru. Semoga!
No comments:
Post a Comment